Sabtu, 29 Februari 2020

Apa Arti Kesunyianku



Apa Arti Kesunyianku

Andai kesunyian ini dapat bicara…
Mungkin aku takan kesepian…
Penantian yang kunantikan…
Tiada lagi selain kamu…
Setiap saat aku berdoa…
Selalu saja terselip namamu…
Tahukah kamu…
Kesetiaanku ini hanya milikmu…

Bagai pohon kering kala kemarau…
Menanti hujan membasahi bumi…
Kerinduanku pada kamu yang indah…
Tak pernah padam…
Meski beribu goda mengganggu…
Karena cintaku untuk indahmu…
Tak pernah dibatasi waktu…

Andai kesunyian ini dapat bicara…
Aku takan kesepian…
Biar aku sendiri…
Wajahmu terus bermain dalam bayanganku…
Senyummu yang indah selalu nampak dalam mimpiku…

Lalu apa arti kesunyian ini untukku…
Jika kerinduanku menyelimuti…
Namun wajah indahmu selalu hadir dalam bayanganku…
Apakah arti kesunyianku…
Jika sampai kapanpun ini akan bersamaku…
Akankan suatu saat kau datang…
Lalu kau temani aku dalam sunyiku…
Aku rindukan saat-saat seperti itu…
Hingga aku mampu memahami arti kesunyianku…

Aku Tidak Melupakan Goresan Tinta Hidup Ku



Aku Tidak Melupakan Goresan Tinta Hidup Ku

Mentari siang ini begitu hangat bukan…
Ya, cukup hangat untuk menemani sedikit luapan rasa yang begitu membeku…
Aku cukup puas dengan waktu ku…
Hidup layaknya seseorang yang hidup di dunia ini…
Aku menemukan banyak arah jalan…
Dan aku mampu menemukan arah jalanku sendiri…
Tak pernah ragu, apalagi untuk kembali ke masa lalu…
Tidak, sekali lagi tidak…
Aku punya tujuan yang jelas dari arah jalan ku…
Pendidikan, pekerjaan dan cinta…
Aku pernah dapatkan semuanya…
Meski terkadang hilang begitu saja…
Namun, inilah arti dunia sesengguhnya…
Dunia adalah kefanaan…

Di sini…
Di bumi ini adalah panggung terbesar bagi pementasan kehidupan ku…
Aku tak peduli berapa lama aku berjumpa dengan mu…
Tak peduli siapa asal-usul mu…
Tak peduli apa pendidikan mu…
Tak peduli berapa banyak harta yang kamu miliki…
Satu yang sering aku lihat darimu hanyalah akhlak mu…
Jika kamu berjalan, pandangan mata mu begitu terjaga…
Jika kamu berbicara, tutur kata mu adalah mutiara yang bercahaya…
Jika kamu menyapa, salam adalah awal ucapan mu…

Jika catatan yang disediakan Tuhan adalah yang terbaik untuk ku…
Akupun yakin segala kisah ku adalah kebaikan…
Banyak ataupun sedikit waktu yang kumiliki…
Apapun peran yang ku terima saat bersama mu…
Jika itu adalah sebuah rentetan kisah yang indah…
Dan persembahan pergelaran yang terbaik dari ku…
Aku berrsyukur atas semua itu…
Dan seperti apapun aku setelah kisah itu…
Aku tidak melupakan goresan tinta hidup ku…


Aku Taruh Di Atas Singgasana Malam



Aku Taruh Di Atas Singgasana Malam

Kita memang tak pernah sempurna…
Namun kita pernah hampir merasakan sebuah kesempurnaan…
Jika aku ingat saat itu…
Ya, memang tak seindah yang aku rasakan ketika itu…
Semua berjalan begitu cepat…
Layaknya sebuah mimpi yang datang kemudian menghilang…
Terkadang tanpa jejak…
Tapi ini berbeda!!...
Semua begitu jelas terpampang dalam layar dimensi ku...
Semua image aku taruh diatas singgasana malam…
Kemudian cahaya purnama membuat segalanya menjadi terang…

Malam…
Bagiku adalah candu..
Aku terkenang akan sebuah keindahan…
Dan tak pernah lepas dari gelombang rasanya…
Satu kali saja aku ingat paras mempesona mu…
Ribuan memori yang terekam selanjutnya akan terus berputar…

Sekarang aku ingat…
Pernah saat itu aku sedang sibuk didepan meja kerja ku…
Aku sibuk dengan layar bercahayaku…
Hingga aku sempat tak mempedulikan apa perkataan mu…
Kamu tanyakan “apakah kamu kamu mau makan sekarang”?...
Aku hanya menjawab “Iya nanti”…
Terkadang beberapa kata tak sempat aku dengar…
Atau bahkan terkadang tak sempat pula aku jawab pertanyaan mu…
Namun, betapa beruntungnya aku saat itu…
Bukan amarah yang ku dapat dari mu…
Dengan garis tangan mu yang lembut…
Kamu malah menyeka keringat yang mengalir di dahiku dengan tulus…

Ya… Semua orang memang memiliki keindahannya masing-masing…
Semua orang memiliki cerita yang beragam…
Aku akui, kisah ku tak seindah milik mereka…
Namun satu kisah ku telah menjadi hadiah teragung dari Tuhan yang memiliki cinta…

Aku Tahu dan Tidak Tahu Apa-Apa



Aku Tahu dan Tidak Tahu Apa-Apa

Aku tahu aku mencintaimu…
Tapi aku tidak tahu system bagaimana aku membahagiakanmu…
Aku hanya tahu kata…
Aku hanya tahu cahaya…
Aku hanya tahu air…
Aku hanya tahu gelap…
Aku hanya tahu percepatan…
Aku hanya tahu prosedur kerja…
Aku hidup dengan keegoisanku…
Aku juga hidup karena aku tahu aku mencintaimu…

Setiap system yang aku buat, tidak membuat kamu bahagia…
Setiap kata yang aku buat, tidak juga membuatmu melirik kata ku…
Aku tahu semua itu sekaligus aku juga tidak tahu apa-apa…

Aku Punya Hati



Aku Punya Hati

Kupandang langit yang begitu luas…
Kukais silsilah langkah kita…
Tak panjang memang…
Tapi kurentang amat banyak waktu yang terlewati…
Di atas sajadah kehidupan…
Semua jadi memori…
Semua jadi kenangan…
Semua jadi masa lalu…
Semua jadi cita-cita…
Semua jadi bahasa…
Semua jadi kata…
Semua jadi syair…
Dan menjadi aku..
Ya aku dalam jiwaku…

Kupandang samudera yang luas…
Kuhanyutkan kenangan murka…
Biar dilebur ombak…
Dan tenggelam di dasar samudera…

Kupandang padang pasir nan gersang…
Kumuntahkan obsesi hati tentang cinta disana…
Biar terbakar ikrar cinta disana…
Meski aku harus terus melangkah…
Dengan mars kepedihan…
Yakin aku mampu terus melangkah dan tersenyum…

Kupandang sabbana luas hatiku sendiri…
Syair-syair telah tertuliskan…
Dari lembar-lembar dedaunan…
Dari ranting-ranting pepohonan…
Dari setiap air yang mengalir…
Kabarkan semua…
Aku manusia punya jiwa…
Aku punya jiwa telanjang yang memiliki hati…
Aku punya hati…

Aku Percaya Tentang Perubahan



Aku Percaya Tentang Perubahan

Ketika hening berubah keramaian…
Ketika sunyi berubah menjadi gema…
Ketika nada-nada berubah menjadi alunan musik nan indah…
Aku masih percaya tentang sebuah perubahan…
Dan indah semua yang kumiliki saat ini…
Meski semua tak sejalan harapanku…
Aku percaya tentang perubahan…

Satu yang masih aku pertanyakan…
Bukan sesuatu yang maha agung memang…
Jika aku seperti mawar…
Dan kamu akan berjalan di sisi adaku…
Maka, jika kamu tak pedulikan aku…
Aku masih bisa menerima dengan pasti…
Aku  pun mampu menerima dengan tulus…
Jika saat-saat tertentu kamu perhatikanku…
Namun suatu ketika kamu acuhkan aku ketika layu…
Karena aku hanya sebuah mawar…
Yang bisa saja layu dan lebur bersama waktu kapan saja…

Dan saat senja berganti malam…
Terkadang terbesit dalam hatiku…
Masih samakah kamu perlakukan aku seperti mawar itu…
Ketika wujudku menyerupaimu…
Jika aku Adam maka kamu Hawa nan jelita…
Atau jika aku Hawa maka kamu Adam nan tampan…
Aku pikir semuanya akan berbeda…

Saat ini saja…
Ketika kamu acuhkan aku hanya beberapa detik…
Aku merasa kamu yang indah itu akan meninggalkanku…
Padahal aku tak menginginkan perpisahan meski hanya sesaat…
Walau aku tahu setiap perjumpaan akan ada perpisahan…

Kamu yang indah…
Jika sampai saat ini terkadang masih acuh…
Aku percaya kamu punya perasaan yang baik…
Aku yakin kamu mampu memahami perasaan yang aku miliki…
Aku pun percaya tentang sebuah perubahan…
Dan aku percaya Tuhan yang akan menjaga perasaan kita dengan indah…

Aku Menunggu Hingga Penghujung Purnama



Aku Menunggu Hingga Penghujung Purnama

Rindu yang pekat di tengah rembulan purnama…
Merantai pikiran…
Menyandera hati…
Menghitung jutaan detik menjadi titik…
Menghela titik menjadi garis…
Menyusun garis menjadi rona ayu seorang gadis…
Matanya sayu sisa tangis…

Rindu yang tak pernah habis…
Membanjir tak  tertahan…
Dan menguap ke sisi cahaya purnama…
Menjadi mendung berwarna jingga…

Di sini…
Di sisi-sisi kubangan hati yang tak bertiang…
Ada risau yang bergemuruh…
Hingga waktu terasa berhenti tak mengalir…

Tinta cinta yang kamu tulis sebagai sajak di sana…
Lepaskan ia  dengan hati…
Biar angin membawanya ke angkasa…
Hingga aku temukan di sisi purnama…
Maka kita akan saling menyapa di sisi cahayanya…

Di bawah atap purnama ini…
Dengan kerinduan yang menghentikan waktu ku…
Sepasang mata kerinduan…
Juga seperangkat hati yang tiada ragu…
Aku menunggu hingga penghujung purnama…

Aku, Kau Merajut Kisah Bernama Sahabat



Aku, Kau Merajut  Kisah Bernama Sahabat

Banyak, sahabat…
Banyak peluru di lidah mu, sering menembus ruang hati ku…
Banyak, sahabat…
Banyak bunga di lidah mu, seperti mawar atau melati…
Kita seperti dalam peperangan penuh benci…
Namun sebentar sedetik waktu…
Kita seperti tukang kebun yang menanam bunga yang indah…
Jadi rentetan kisah…
Menjelma menjadi waktu…

Banyak, sahabat…
Banyak pesan yang kita ikat, dalam satu buket bunga…
Banyak kesan yang kita masukan kado meski tanpa pita…
Terkadang kita kecewa dalam riuh pesta…
Terkadang pula kita saling menasihati dalam duka…
Tak pernah melulu kita menjadi beku…
Karena terkadang kita hangat seperti mentari pagi…
Kini, jauh dari yang dulu…
Kita telah menjadi sejarah dalam rentetan waktu…

Sahabat, bersama mu adalah kehidupan…
Kita menghidupkan canda dan tawa…
Meluapkan emosi dan sumpah serapah…
Membuat kesalahan dan saling memaafkan…
Terkadang kita pernah pula saling meledek…
Aku pernah bilang “Ahhh.. dasar botol yakult…”
Karena kau imut seperti botol yakult…
Kadang aku yang dapatkan cercaan juga…
Pernah kau bilang “Ahh.. Dasar palastik sabun colet…”
Hahaha… benar-benar aku merasakan menjadi manusia bersama mu…
Manusia yang bisa marah…
Manusia yang suka merajut canda dan tawa…
Manusia yang terkadang saling membuat kesalahan…
Manusia yang saling menasihati dalam kebaikan…
Manusia yang terkadang egois…
Dan terkadang kita memiliki kasih sayang yang penuh sebahagi sahabat…
Aku, kau merajut  kisah bernama sahabat…

Aku Hendak Menemukanmu



Aku Hendak Menemukanmu

Demi hati yang terluka…
Akulah wajahmu…
Demi hati yang tersayat…
Akulah sayapmu…
Aku bisa jadi apapun jika kamu mau…
Aku bisa jadi Awan yang menaungimu…
Bisa menjadi Embun yang menyejukanmu…
Demi segala rasa…
Akulah rasamu…

Atau…
Kamu tidak tahu…
Aku pergi berlayar…
Berperang dengan rasa…
Tenggelam dalam lautan…
Terombang ambing gelombang…
Atau terbentur karang…

Baktiku…
Aku hendak menemukanmu…
Menemukan rasamu…
Menemukan sabana hatimu…
Menemukanmu di pulau terasing…

Aku Harap Kamulah Imam Dunia Akhirat Ku



Aku Harap Kamulah Imam Dunia Akhirat Ku

Semenjak Tuhan mempertemukan kita…
Itu adalah awal kisah yang terindah dalam hidup ku…
Semua berjalan dengan romantika yang begitu indah…
Bagai melodi indah yang terciptakan…
Senyum mu yang menawan…
Selalu saja terekam dalam benak ku…
Tutur kata mu yang indah…
Tak pernah mampu aku melupakannya…

Setiap saat sunyi menyapa ku…
Hanya wajah mu yang teringat…
Tatkala hand phone ku berdering…
Aku harap hanya kamu yang menghubungi ku…
Setiap pintu rumah ku terketuk…
Aku harap kamu lah yang datang untuk ku…

Semua berjalan begitu cepat…
Menjadi rentetan kisah dalam kenangan…
Aku tak pernah lupa saat kamu membangunkan tidur ku…
Tak pernah lupa saat kamu menemani ketika aku bersedih…
Tak pernah melupakan saat kamu mendengarkan sedu sedan ku…
Tak pernah lupa saat kamu memberi semangat untuk ku…
Kamu memang yang terindah dalam kehidupan duniawi ku…
Setelah Ayahanda dan Ibunda ku…
Kamu lah urutan selanjutnya yang selalu mengajarkan kebaikan untuk ku…

Saat ini…
Ketika membaca setiap kata-kata ku ini…
Mungkin semua orang akan mengatakan aku berlebihan menyanjung mu…
Bahkan dalam hati aku pun mengatakan hal yang sama seperti mereka…
Namun itulah nyatanya…
Kenyataan yang setiap saat aku terima ketika bersama mu…
Kamu indah dan itu tidak berlebihan…
Kamu baik dan itu adalah kenyataan…
Kamu adalah Imam dalam kehidupan duniawi ku…
Dan saat ini aku harap kamu menjadi imam dunia akhirat ku…

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*