Selasa, 17 Maret 2020

Jika Bukan Kekasih Inilah Surat Sahabatmu




Jika Bukan Kekasih Inilah Surat Sahabatmu

Aku masih seperti yang dahulu…
Pendiam, dan tak mudah mengatakan sesuatu…
Kalaupun ada…
Hanya beberapa kata ini yang hadir…
Tidak begitu mudah melewati semua ini…
Satu rasa berpautan dengan rasa lain…
Terkadang membuat aku sesak dan lupa posisi adaku…
Langkah sering tak terarah…
Pikiranpun tak mudah kukendalikan…
Layaknya bunga di padang gersang…
Aku teramat membutuhkan satu basuhan embun…
Tak peduli berapa banyak…
Yang aku mau hanya itu…
Bukan permata…
Bukan intan…
Bukan pula berlian…
Ya, aku hanya inginkan itu…

Namun bukan sesuatu yang tulus jika membuatku lemah…
Aku masih mampu menahan hal ini…
Meski sampai seribu tahun lagi…
Karena bukan masalah waktu…
Tapi bagaimana aku bisa melewatinya dengan baik tanpamu…

Di sini…
Aku memang bukan yang kau impikan…
Aku memang tak berarti apapun untukmu…
Aku tak mampu merubah lukamu menjadi kebahagiaan…

Namun yang pasti dari adaku…
Hanya doa yang tulus untukmu…
Aku tak ingin melihat kesedihanmu…
Aku tak ingin ada air mata dari indah matamu…
Semoga saja, kepedihan yang kau rasakan lekas berakhir…
Hingga hanya senyum dan bahagia yang menyelimuti harimu…


Inilah Dhuha Ku…




Inilah Dhuha Ku…

Inilah dhuha ku…
Begitu hangat…
Cahaya nya menembus jendela kamarku…
Aku terdiam disini…
Menatapi garis lurus dan lengkung hidupku…
Ada warna hijau yang aku suka…
Ada warna merah milikku…
Ada coklat, abu-abu dan putih yang menghiasi…

Aku masih terdiam…
Ada tinta dan kertas disisiku…
Aku mau menulis seribu kata untuk kamu…
Tapi, aku rasa satu kata pun takan ingin kamu mengerti…
Bahasaku, takkan mau kamu fahami…
Sikapku kamu pun acuhkan…

Aku, tiap kali merindu suara indah mu…
Namun dengan keindahanmu, apa kamu mau mendengarku…
Aku mengagumimu bagai seorang raja atau ratu…
Jika kamu berjalan…
Aku seperti karpet merah bagimu…
Aku rela kau berjalan dibawah kekagumanku…
Tapi apakah kamu tak merasa angkuh dengan indahmu…

Sampai beberapa lamanya aku terdiam…
Sambil tertawa dan berbincang dengan kertas putih ini…
Aku semakin merasa…
Bahwa benar aku merindukan suaramu…
Namun apalah artiku, aku hanya mampu berdoa…
Dan kulanjutkan lagi dua rakaat dhuha ku…
Biar Tuhan yang menyampaikan salamku untuk kamu yang indah…

Inilah Candu Malam Ku






Inilah Candu Malam Ku

Inilah malam ku…
Sepi, sedu…
Namun entahlah, aku begitu menikmatinya…
Kesunyian ini bagai candu bagiku…
Ia datang tanpa permisi…
Jika hadir, pekat begitu menyiksaku…
Aku bagai terdampar di cawan samudera arak…
Aku pun tenggelam dalam derasnya anggur…
Sungguh, begitu nikmat kesunyian ini…
Aku meneguknya dengan tegukan istighfar…
Separuh masuk ke hati membuat sedikit goresan…
Separuh yang lain masuk ke lambung…
Membuatku kekenyangan dengan kepedihan…

Aku ingat satu mawar hijau dalam mimpiku…
Pernah aku berikan untuk mu…
Namun apakah kamu mampu mengetahuinya…
Karena ia hanya dalam sisi khayalku…
Sedang kamu begitu berbeda dalam nyatamu…
Aku sang pemimpi…
Sedang kamu adalah keindahan impian…
Kamu adalah ratu dari segala ratu impian…
Kamu adalah raja dari segala raja impian…

Dan melalui candu kesunyianku ini…
Aku mohon padamu…
Simpanlah mawar yang pernah ku beri untukmu…
Biarkan wanginya mengilhami…
Menemani indahmu…
Dan aku akan menyaksikan melalui candu malamku ini…

“Cita-citamu Adikku”





“Cita-citamu Adikku”
                              

Tidurlah adikku sayang…
Permata hati Ibunda…
Kakak kan selalu setia…
Menjagamu sepanjang hari…

Betapa cantik wajahmu…
Ketika kulambai kepalamu…
Kunyanyikan lagu merdu…
Semoga tenanglah tidurmu…

Hatiku nan pilu setiap waktu…
Bila kutelusuri nasibmu…
Air mata mengiringi hati nan pilu…
Sungguh malang nasibmu…

Adikku yang manis nan radim…
Dunia sedang menanti kehadiranmu…
Untuk membangun dihari nanti…
Dengan ilmu yang kau gapai…

Doa kan selalu kupanjatkan…
Semoga lekas tercapai cita-citamu adikku…
Dihari nanti menjadi tunas bangsa…
Tak lupa berbaktilah pada Ayahanda, Ibunda dan keluarga…


Serang, 27 September 2004
Hambali

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*