Senin, 20 Desember 2010

TENTANG SEBUAH KEPEDIHAN



TENTANG SEBUAH KEPEDIHAN


Di bawah bentangan langit yang sedikit sepi dari kumpulan bintang, dalam keramaian angin malam yang saling berlomba Bernyanyi penuh kelirihan akan kesunyian.. Aku berjalan aku berjalan dengan teman jiwaku satu-satunya teman terbaik yang pernah kumiliki, dalam kelam malam aku dan ia di payungi purnama malam ini, Kemudian dalam sunyi dan senyap.

Lirih suaranya berkata, “kawan mengapa bisa terjadi perasaan yang seperti ini yang tak pernah kupikirkan sebelumnya???”.

“mengapa kawan? Sebegitu sedihkah engkau hingga engkau bertanya seperti itu, hingga matamu memerah, hingga di sudut matamu masih tersisa air mata kepedihan, hingga suaramu parau sisa tangismu???”. Tanyaku padanya.

“benar!!!” hanya jawaban itu yang kuterima, seolah ia tak mampu berkata apapun lagi akibat kepedihannya yang luar biasa.

“Baiklah kawan mari kita bermain bersama alam”. Kuajak ia memahami kepedihannya bersama alam.
“untuk apa kawan??” tanyanya.

“untuk sebuah imaji yang terkunci di balik kegelapan”. Jawabku.

“Imaji?? Bukankah imaji mudah di gali dimana saja kita berdiri??” Tanya hati kecilnya yang sedikit ragu akan misiku.

“Benar!, ini mudah tapi butuh ketenangan” jawabku.

“Tapi, bukankah hal yang mudah itu mudah di dapat dimana saja kita berada??” tanyanya lagi, semakin penasaran ia dengan ajakanku itu.

“Masalahnya, ini bukan soal mudah atau sulit untuk di cari atau di gali, ini soal perenungan yang sangat butuh suatu ketenangan!”. Jawabku untuk menghapus keraguannya.

Setibanya di ujung malam, ku keluarkan tujuh cangkir kopi yang sudah kusediakan untuk ‘partnerku merenung. Lalu tujuh buah jagung rebus. Ini untuk dingin malam yang membeku. Dan, di mulailah cerita dari renungan hatiku untuk kepedihannya.. :

Lalu kujelaskan padamya seolah aku sedang berbicara dengan alam.

“Sudah, langsung saja kawan.. Jangan pakek basi-basi yang basi..” Celetus sang angin malam yang menussuk kedalam tulangku yang seolah telah hilang bersama kepedihan-ku untuk langsung membuka diskusi.
“Jangan gitu dong.. Santai sajaa..

Tidakkah kau lihat? wajahnya begitu ‘tak berwarna..” Sahut sang pohon yang sedang ku jadikan sandaran ketika kita mulai kesepian.

“Ada apa kawan..?

Ceritalah padaku..” Bisik sang pohon mencoba memihakku.
“Tahukah kau kawan akan sebuah luka..?

Maksudku, apa arti luka bagimu?” Tanyaku pada keduanya.

“Hahahaa..!

Apa yang terjadi pada dirimu kawan dengan pertanyanmu itu??
Luka??

Menurutku hanya sebuah rasa yang wajib kita rasakan..” Jawab sang angin dengan ejekan tawanya.

“Tidak ada apa-apa denganku, aku hanya bingung dengan sebuah luka yang semua orang mencoba menghindarinya..

Tapi tunggu dulu, apa maksudmu dengan ‘wajib kita rasakan??” Jawab dan tanya balik dariku.
“Aahh kau ini..!

Ketahuilah, tanpa ada luka, kita tidak pernah berfikir untuk bisa menetralisir sebuah rasa sakit!
Akibatnya.. Jika kita berhadapan dengan masalah besar yang sangat melukai, kita terjebak dan terancam dalam prustasi!” Oceh singkat sang angin yang terlihat sedikit pening.

“O’ouw.! Slow down..

Tenang kawan.. Begini maksud sang angin,

Janganlah kau terluka akan sebuah luka.. Luka bukan untuk di rasakan lukanya, tapi untuk dirasakan apa yang di sampaikannya. Karena sebenarnya luka itu datang hanya untuk menyampaikan sesuatu yang sebenarnya kau lupakan” Jabar sang pohon untuk memperjelas akan jawaban sang angin.

“Sesuatu yang di lupakan??

Emang apa sesuatu itu?? Tanyaku lagi.

“RASA SEDIH!

Sebentar..! Biarku kujabarkan dulu.. Pasti kau bingung dengan jawabanku.

Begini maskudku kawan..

Orang kebanyakan telah salah mengartikan arti sedih yang sesungguhnya, sedih mereka anggap suatu rasa yang hanya melukai.. Dan pada saat sedih itu datang pada mereka..

Ahirnya yang bisa mereka rasakan adalah rasa lukanya saja“. Perjelas sang pohon dengan jawabanya.
“Jadi apa sebenarnya rasa sedih itu??” Tanyaku lagi akan jawabannya.

“Sedih sebenarnya rasa yang mengajak kita untuk merenung dengan dalam, tapi sedikit membawa sebuah luka.. Luka itu adapun karena adanya sebuah rindu yang terlalu lama menggema atau sebuah rasa hati yang tersakiti. Luka itu datang juga membawa maksudnya sendiri, yang mengingatkan kita untuk berfikir dan untuk bisa meredam sebuah rasa sakit agar tidak menimbulkan sebuah rasa putus asa. Dan jika putus asa itu datang.. maka berhati-hatilah akan rayuannya, rayuan yang mengajak kita ke sebuah kata PRUSTASI!” Jabaran total penuh pesan moral dari sang pohon.

“Dan tahukah kau kawan, ini juga sangat wajib kau ketahui..

Kebahagian tidak akan lahir tanpa adanya Kesedihan yang mengawalinya..

Jadi, tugasmu hanyalah untuk menghargai dan menyambut dengan pemikiran bijaksana jika rasa sedih itu datang.

Karena ‘Sedih itu, ibu kandung Kebahagiaan!

Jika kau menghargai sedih itu secara bijaksana, maka ia akan melahirkan suatu kebahagian yang bijaksana pula. Karena dalam pemikiran yang bijaksana saat kau dalam keadaan sedih, kau akan tahu, pondasi-pondasi kuat yang di butuhkan dalam suatu kebahagiaan adalah ‘kebijaksanaan kita dalam menghadapi kesedihan’. Yang mana itu akan menjadi sebuah kekuatan yang sangat di butuhkan untuk mempertahankan kebahagian saat kebahagian itu di lahirkan“.

Sahut sang angin malam untuk menambahkan pengertian akan kesedihan.

Aku diam dengan kebanggaan yang dalam mendengar jabaran dari keduanya. Kini, ku ‘tak lagi akan terluka saat luka itu datang, karena ku tahu luka itu tidak akan melukaiku. Dan, hatiku tidak akan pernah perih saat aku sedang bersedih.. Karena sedih tidak akan membuatku bersedih, Melainkan memberiku kekuatan untuk lebih kokoh dalam kebijaksanaan, untuk menyambut lahirnya suatu sebuah kebahagiaan.

Masih tiga buah jagung lagi dari tujuh jagung yang ku bawa, tapi kopiku tinggal sisa ampas yang mengental kami menghabiskan malam ini bersama alam.

Kemudian teman jiwaku bertanya lagi “mengapa dalam kepedihanku, dalam rasa sakitku, dalam tangisku kemudian berkata “Ya Allah” orang yang mendengar itu seoalah benci dengan kata-kata itu, padahal dalam kesedihanku aku hanya mampu berkata “Ya Allah” biar aku tak larut, tak terjerumus dalam perbuatan bodoh ketika rasa sakit dan pedih benar-benar terasa dalam kehidupanku???”

Baiklah biarkan ia baca yang pernah kubaca ini semoga ia mengerti akan kepedihanmu……. Dan apa yang ia benci saat kau menangis….

****************************************************

Ya Allah!

“Semua yang ada di Langit dan di Bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. Ar-Rahman: 29)

Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup kencang menerjang, semua penumpang kapal akan panik dan menyeru, “ya Allah!”

Ketika seseorang tersesat di gurun pasir; kendaraan menyimpang jauh dari jalurnya; dan para khalifah bingung menentukan arah perjalanannya, mereka akan menyeru, “ya Allah”

Ketika musibah menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi, mereka yang tertimpa akan selalu berseru, “ya Allah”

Ketika pintu-pintu prrmintaan telah tertutup, dan tabir-tabir permohonan digerikan, orang-orang mendesah, “ya Allah”

Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan setiap jalan terasa menyempit, harapan terputus, dan semua jalan pintas membuntu, merekapun menyeru, “ya Allah”

Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup dan jiwa serasa seolah tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus anda pikul, menyerulah, “ya Allah”.

Kuingat kau saat alam begitu gegitu gelap gulita,
Dan wajah zaman berlumuran debu hitam
Kusebut nama-Mu dengan lantang disaat fajar menjelang,
Dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah

Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundah gulanakan hati adalah hanya pantas ditujukan ke hadirat-Nya.

Setiap dini hari menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan, julurkan tangan penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu ke arah-Nya untuk memohon pertolongan! Ketika lidah bergerak, tak lain hanya untuk menyebut, mengingat dan berdzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu, hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman kembali berkobar-kobar. Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya, keyakinan akan semakin kokoh. Karena,

“Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.” (QS. Asy-Syu’ara:19)
Allah : Nama yang paling bagus, susunan hurup yang paling indah,…….


****************************************************

dan ceritakan hal ini padanya:
TENTANG HATI

Berbicara “tentang hati”, akan sangat banyak bahasa dan perkataan yang akan menjadi bahan dialog kita, bagi seorang pedagang makanan, seorang dokter, bagi seorang penyair atau masing-masing dari kita akan berbeda ketika kita memperbincangkan tentang hati.

Yang ingin saya cetak miring “tentang hati” disini bukan sekedar hati sebagai bagian dari organ tubuh kita yang berfungsi menetralisir racun yang ada di dalam tubuh kita, tetapi lebih dari itu saya ingin mengatakan “hati sebagai tempat tersuci di dunia ini”. Izinkan saya yang tidak banyak perbendaharaan kata ini mengutip seorang penyair muda berbakat saudara kita, Rikha Aprilia.

Jika kita melukai hati manusia lainnya
Dosanya lebih besar daripada merusak sebuah tempat suci di dunia ini
Karena hati adalah sebuah kuil yang di tempatkan Tuhan di dalam diri setiap manusia
Sebuah kuil tuk menampung percikan Illahi di dalam diri kita
Kuil di dalam diri kita lebih berharga daripada kuil tersuci sekalipun di muka bumi
Jagalah lidah dan mulut kita
Agar tidak banyak orang yang sakit hati

Syair yang begitu indah itu seolah ingin mengatakan betapa pentingnya menjaga hati seseorang, betapa pentingnya menjaga tingkah laku dan tutur kata kita agar tidak menyakiti hati sebagai sumber perasaan dan kita sebut sebagai tempat tersuci itu.

Seandainya jika kita ingin menggambarkannya dalam alam pikiran kita, bisa kita bayangkan, ketika kita sengaja atau tidak sengaja telah merusak tempat-tempat suci di dunia ini, kita bisa saja membangunnya atau menggantinya dengan bentuk yang lebih indah. Akan tetapi, coba bayangkan ketika hati kita telah dilukai, bagaimana??? Saya rasa jawaban inipun akan sangat banyak berbeda.

Tetapi ingin saya kisahkan sebuah cerita tentang seorang pemuda dan pemudi yang membangun kisah cinta dalam kehidupannya, seorang perempuan ini telah sepenuh hati memberikan rasa kasih sayang kepada kekasihnya, sampai-sampai ia hanya mencita-citakan hanya dengan pria pujaannyalah ia hidup dari alam dunia sampai syurgawi nanti. Tetapi apa yang terjadi, pria pujaan hatinya telah melupakan janji setianya, pria itu telah tergoda entah karena harta, tahta atau karena sesuatu yang lainnya yang jelas ia telah mengkhianati janji setianya. Pria itu telah menikah dengan wanita lain, bayangkan seperti apa hati seorang wanita yang telah dilukai hatinya sedangkan wanita itu telah mencintai si pria itu dengan sepenuh hati. Saya tak ingin menjelaskan bagaimana keadaan hati seorang wanita yang telah dilukai hatinya tersebut. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan saya bagaimana seoran pria itu akan memperbaiki hati yang telah ia lukai sedang ia telah bahagia bersama dengan wanita lain tak memikirkan “tentang hati yang ia lukai”. (kisah itupun bisa dibalik seorang pria yang di lukai hatinya).

Sekali lagi, saya hanya mampu mengatakan “jagalah hati seseorang karena hati adalah tempat tersuci di dunia ini”.

****************************************************

“Baiklah kawan apa yang ingin kau sampaikan padanya???”

“aku tak mampu berkata banyak, namun ini sisa kata yang aku punya untuknya… aku terima jika kau tak pernah memikirkan apa yang terjadi padaku. aku tulus dan ikhlas padamu meski sadar atau tidak sadar engkau menghina, menjelekanku, merendahkanku, menceritakan seluruh keburukanku pada semua orang atas kegilaan jiwaku, namun aku mohon jangan sampai terdengar di telingaku, jangan sampai kata2 buruk itu terlihat oleh jiwaku, sungguh air mataku telah banyak terkorbankan oleh kebodohanku,, memang sungguh sudah kuyakini aku takan terlihat sedikit kebaikan-pun dimatamu, sampai kapanpun hanya keburukanlah yang ada dipandanganmu terhadapku, mungkin sampai aku terbujur kaku tak bernyawa, akupun telah menyadari hal itu, akupun cukup tahu diri untuk semua itu, aku cukup tahu diri……. Dengan kebodohanku yang terbodoh sekali lagi aku hanya bermohon tolong sisakan sedikit perasaanmu,, aku tak meminta perasaanmu untuk mencintaiku, aku hanya bermohon dengan segala kepedihan yang kurasakan tidak hanya lelah badan atau lelah hati, tapi lelah jiwaku. Aku mohon pada hati nuranimu jangan lagi kau tambah sakit ini dengan kata-kata yang kau anggap sederhana……. Karena dengan seperti inipun tanpa kau tambah aku cukup akan terus merasakan sakit untuk selamanya seperti yang kau inginkan.


# biarlah jangan kau pikirkan bagaimana keadaanku saat kutulis semua ini…!!!!!!!
# jika kau mampu memahami sungguh takan terwakili semua rasaku hanya dengan beberapa lembar ini.”

“Baiklah kawan,,, jangan lagi kau teruskan ceritamu, aku sudah memahami apa yang tengah kau rasakan, sekarang aku ingin katakan padamu, mari kita tutup mata ini dengan tenang, kita lalui waktu yang telah kita lalui, sungguh itu bukanlah masa milik kita lagi, milik kita sekarang adalah masa kini, dan masa depan itupun jika kita masih diberikan kepercayaan tuk menapaki di waktu atau masa depan… hanya selalu berusaha baik dan bertawakal kepada Allah itulah yang terbaik bagi-mu sekarang…….” Penutupku untuk teman jiwaku saat berduka malam purnama ini…….


22 : 37 Malam Selasa
Pondok Mungil, Ciputat 20 Desember 2010


Lye

0 komentar:

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*