Sabtu, 20 November 2010

TENTANG SEBUAH PERASAAN



“TENTANG SEBUAH PERASAAN”
oleh Ali Poetry pada 09 November 2010 jam 10:24


Rasa adalah dunia reka...
Tak dapat memahami Dunia itu sendiri,,,
Rasa adalah reflEksi...
Ia bias..
Ia bayang-bayang,,,
Tapi nyata dirasakan..
Dia bukan nyata,,
Tapi pintu untuk membuka kenyataan...
Ia hanyalah dusta...
Tapi terasa jika dirasa...
Rasa adalah pembohong untuk Dirinya...
Ia akan menjadi benar jika dirasa,,,
Melalui pembenaran secara pribadi'''...
Dalam rasa...
Siapapun berhak marasakan apa yang ia rasa...
Sang presiden, sastrawan, agamawan, pengacara, guru, supir angkot, hakim, dan penjahat sekalipun ia berhak merasa apa yang ia rasa...
Tak perlu anggap ia berdusta...
Karena rasa milik semua...
Kau, aku, dia dan mereka...
Kita punya rasa.......

@lye

“TENTANG SEBUAH PERASAAN”

Ini tentang sesuatu yang abstrak dan tak mungkin semuanya kita merasakan hal yang sama secara utuh sempurna, namun paling tidak, jika kita mengeluarkan tentang perasaan yang abstrak ini berbentuk bahasa baik berbentuk kata yang terucap maupun kata yang tertulis, sebuah bahasa akan mewakili sesuatu yang abstrak ini bagi semua yang mendengar atau yang membacanya.

Mungkin akan sama, ketika kita melihat langit yang semula cerah dan kemudian terlihat mendung. Aku, kamu, dia dan mungkin juga mereka ketika tak ada bahasa apapun yang ingin membahas tentang mendung itu, langit yang mendung itu akan terlihat biasa saja dan tak akan menjadi pembicaraan atau sesuatu yang menarik untuk diperbincangkan dan diberi makna akan adanya.

Dan dengan bahasa kita berkomunikasi, selanjutnya dengan sendirinya kita akan memaknai apa yang telah, sedang dan akan terjadi pada mendung itu, dan mingkin ketika kita mulai mengotakkannya dalam satu bahasa sebagai komunikasi, akhirnya kita mampu menyetujui secara bersama-sama bahwa mendung itu bagian dari proses alam dari suasana yang cerah menuju hujan ketika ada mendung. Meskipun terkadang tak sempurna kebenarannya.

Meski terkadang persetujuan itu sering sekali diawali oleh prasangka atau praduga, akan tetapi yanag kita peroleh disini adalah pemaknaan yang akan mendekati suatu kebenaran yang memang tak cukup untuk mencapai kesempurnaan melalui bahasa kata terucap, gerak-gerik tingkah laku kita atau tulisan yang merupakan bagian dari bahasa komunikasi ini.

Dan mengenai bahasa ini, bahasa sebagai alat yang akan saya gunakan untuk menjelaskan “tentang sebuah perasaan”. Seorang ahli bahasa atau psikolinguis seperti Chomsky atau Thomas Bever bever misalnya, yang saya kutip dari buku karangan Radar Panca Dahana “Kebenaran dan Dusta dalam Sastra”. Kedua ahli psikolinguis tersebut percaya bahwa terdapat semacam struktur tata bahasa di otak bagian kanan manusia yang menuntut menentukan cara seseorang berbahasa. Sungguh luar biasa memang sebuah bahasa, bagaimana seorang novelis seperti Habiburrahman El-Sheirozy yang mampu melahirkan novel yang luar biasa “ayat-ayat cinta” novel pembangun jiwa. Atau seorang penyair Jalaluddin Rummi, Kahlil Gibran, Chairul Anwar, Sanusi Pane, W.S Rendra, Taufik Ismail dan banyak penyair luar biasa lainnya yang mampu menghasilkan syair yang maha indah.

Dan “tentang sebuah perasaan”. Entah perasaan apa yang akan saya ungkapkan ini, dan bagaimana kita bisa atau tidak menyetujui pemaknaannya. Yang ingin disampaikan disini adalah “tentang sebuah perasaan” yang indah tak ada yang lain perasaan adalah sesuatu yang indah yang memiliki keindahan. Disetujui atau tidak, saya ingin mengatakan sebuah perasaan itu bagaikan……. (coba bayangkan) sebuah perasaan itu adalah intan permata dengan warna yang kau sukai (saya ambil warna hijau karena saya suka warna itu) dengan bentuk yang engkau sukai pula (saya ambil bentuk kotak atau bundar karena mungkin banyak dari kalian suka bentuk yang sederhana ini).

Sudahkah engkau membayangkan “tentang sebuah perasaan” itu sebagai batu intan permata dengan warna dan bentuk yang engkau sukai. Ia bermula dan memiliki dasar yang indah memiliki sesuatu yang siatnya menarik, menakjubkan dan menyenangkan. Dan ketika batu intan permata yang indah itu terlempar kedalam lumpur hitam dan bau, batu permata itu tetap memiliki sifat keindahan itumeski berada di tempat yang kurang tepat, namun sepertinya kita teramat kurang bijaksana jika menempatkan sesuatu yang indah itu di tempat yang tidak sepantasnya untuk keindahan itu. Akan tetapi cobalah ketika batu intan permata dengan warna dan bentuk yang engkau sukai itu engkau bentuk cincin yang indah kemudian engkau simpan di jari manismu (bagi wanita), hanya satu kata yang ingin kuucapkan… “SEMPURNA…”.

Itu yang ingin kujelaskan “tentang sebuah perasaan”. Simpan dan pakailah sebuah perasaan itu sebagai yang indah dan memang tak bisa kita pungkiri terkadang sebuah perasaan ada yang menghadirkan keharuan, kepedihan dan airmata, tapi tetaplah yakini “tentang sebuah perasaan itu” adalah sebuah kisah tentang keindahan.

Dan sekarang aku, kau, dia dan juga mereka bisa memutuskan dan memaknai “tentang sebuah perasaan”, sebelumnya ada yang meski kusampaikan lagi, menurut Roland Barthes bahasa adalah sebuah mitos, sebuah dunia acak “chaos” yang mampus-mampusan dan kita mengaturnya dalam keteraturan sementara dan memang yang ada pada tingkat pengucapan, gerak tubuh atau sebuah tulisan ini merupakan sebuah proses “penandaan” atau pemaknaan yang terus menerus dan dinamis.

Jadi saya pantas mengucap dan memohon “maaf” jika mungkin bahasaku tentang pemaknaan “tentang sebuah perasaan” menipu, karena memang kata-kata dalam bahasaku adalah memori kreati bagiku dan merupakan bagian dari upaya untuk terus memberi pemaknaan baru pada situasi aktual atau compatible bagiku. Dan mungkin karena bahasaku menciptakan pemaknaan “tentang sebuah perasaan” ini benar bersifat tentatif yang sementara, bisa berubah setiap detik waktunya.

Dan, silahkan sahabat perasaanku, putuskan apa yang ingin engkau katakan dalam bahasamu “tentang sebuah perasaan”!!!


Pondok Mungil, 10:37 03 November 2010
Lye

0 komentar:

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*