Rabu, 25 November 2009

Cinta dan Kenyataan

CINTA DAN KENYATAAN

Mari kita sekarang mendalami “intuisi” Spaemann itu dengan mengikuti refleksinya yang lebih mendasar. Kita bertolak dari fenomena persahabatan.

Diantara banyak segi menarik pada fenomena cinta persahabatan, ada satu yang pantas di beri perhatian, kaitannya dengan persepsi realitas. Ada banyak alilran filsafat modern, termasuk Kant dengan kritik akal murninya, positivisme logis dan strukturalisme, yang berdasarkan berbagai argumentasi teoritis, menyangkal kemungkinan untuk mencapai kepastian tentang realitas orang lain, bahkan tentang realitas saya sendiri. Tidak perlu argumen-argumen itu kita masukan disini.

Tetapi Sepaemann menunjukan bahwa ada satu kenyataan yang mendobrak semua argumentasi mengenai baik realitas orang lain maupun relitas saya sendiri dan itulah cinta persahabatan. Apabila saya menyadari bahwa sahabatku dalam kesulitan, segala keraguan-keraguan teoritis tentang apakah dia memang nyata dan sebagainya menguap tanpa bekas, aku sadar betul bahwa sahabatku dalam bahaya, aku juga sadar langsung bahwa akulah orang yang dapat dan karena itu harus membantu, dan dalam hal ini kenyataan sahabatku dan kenyataanku sendiri adalah terang secara langsung, tak terbantah.

Dalam cinta terjadi sesuatu yang sangat menarik.Realitas an sich menyatakan diri: realitas sahabat dan realitasku .Cinta itu pengakuan dan pembenaran sahabat an sich, bukan demi aku. meskipun aku amat berkepentingan dan merasa terlibat, tetapi kepentinganku adalah sahabatku pada dirinya sendiri, bukan sebagai kepentinganku. Sedemikian murnilah kepentinganku terhadap dia itu sehingga cinta sejati membuat saya bersedia mati dengan senang hati bagi yang kucintai. Menangkap kenyataan dalam arti itu berarti: Melihat sesuatu di luar kaitan kepentinganku sendiri, tidak lagi sebagai “objek”, jadi sebagai lawannya “subjek” ,melainkan an sich [1989,19].

Jadi, cinta persahabatan membuka mata kita bagi kenyataan an sich: bagi das sein sahabat. Mata yang terbuka dalam cinta adalah bukan hanya mata hati, melainkan mata akal budi. Dalam hubungan ini Spaemann mengutip kata indah biarawan pada Abad pertengahan, Richard dari S.Victor: “ubi amor, ibi oculus” “di mana ada cinta , di situ ada mata” [1989,19]. Berbeda dari peribahasa populer bahwa cinta membuat buta, cinta yang sebenarnya justru membuka mata bagi kenyataan an sich dia yang dicintai. Menurut Spaemann, cinta adalah dasar inteligibilitas-nya realitas [kenyataan bahwa realitas dapat dimengerti], mengikuti pengertian Plato bahwa “yang baik adalah dasar inteligibilitas-nya realitas “[1989,19]. Cinta persahabatan adalah tanda keterbukaan akal budi yang merentangkan diri kepada kenyataan, das sein an sich.



Franz Magnis-Suseno “PIJAR-PIJAR FILSAFAT”

Lye_




Franz Magnis-Suseno “PIJAR-PIJAR FILSAFAT”

0 komentar:

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*