Senin, 24 Januari 2011

MEMAHAMI KESETIAAN (WORDS, WORKS, WORLDS)



MEMAHAMI KESETIAAN
(WORDS, WORKS, WORLDS)

Ketika malam larut, dinding-dinding waktu tak membiarkan aku tuk terlelap sedikitpun, aku tak mampu berbuat banyak kecuali hanya sedikit mimpi yang kugantungkan dalam setiap masa yang kupijak dan aku terus memohon kepada Sang Maha Bijaksana tuk selalu menambahkan rasa syukur yang amat kepada makhluk-Nya ini sehingga aku selalu dapat terus bersyukur kepada Kekuasaan-Nya. Kita tak pernah akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan kita takan mampu mengulang masa yang telah kita lampaui, sebaik-baik dari kita adalah yang selalu berusaha berbuat baik di masa sekarang sambil terus berusaha melakukan yang terbaik untuk masa depan yang belum tentu kita ada di masa depan itu.

Belajar dari pengalaman yang telah cukup melukai hati, aku tak mau lagi melihat ada hati yang terluka, meskipun aku menyadari pula kehidupan di dunia ini amatlah komplek jika kita berbicara tentang rasa, karena rasa seperti tak terhingga jika kita berupaya menghitungnya secara matematis. Namun paling tidak kita bisa menggambarkan rasa itu sesuai dengan keinginan kita, seperti hal-nya kita sedang melukis di atas kanvas putih bercahaya, kita bebas memberikan warna dan bentuk apapun di atas kanvas itu.

Memang tak cukup banyak hal yang aku ketahui tentang rasa dari setiap makhluk yang ada dan nampak di dunia ini, namun rasaku dan rasa orang-orang yang pernah “bercerita tentang hati” atau yang aku lihat dari pengalaman dan kisah suci yang kita sebut sebagai “cinta” ternyata cukup menjadi alasan untuk memberiku keberanian menuliskan apa yang sebenarnya masih menjadi rahasia dari pragmen-pragmen alam yang luas dan aku sendiri hanya bisa mendekatinya melalui kata-kata. Namun aku punya sedikit alasan lain kenapa melalui kata-kata aku berusaha mendekati dan bersatu dengan alam dan memahami segalanya yang nampak menjadi bagian daripada alam, kupakai pepatah yang sederhana dari negeri seberang sana yakni; “words, works, worlds”.

Baiklah kita mulai saja dengan melihat setiap sejarah percintaan yang telah banyak orang alami, memang cinta itu sendiri tak banyak orang memahami dan meski kita berupaya memahaminya-pun hasilnya akan berbeda-beda. Dan saya sendiri tak mau mendefinisikan apa itu cinta?. Saya serahkan kepada anda untuk mendefinisikan sendiri cinta karena anda sendiri adalah raja untuk mendefinisikan setiap kata yang nampak ini. Dan setiap kata yang ada dibagian yang kubuat ini sebaiknya dibaca dengan lambat, kita pasti telah mengalami sesuatu yang menyedihkan berupa apapun termasuk cinta. Saya merasakan dan melihat yang terjadi tentang kisah dari beberapa orang yang telah menapikan dan menyia-nyiakan cinta, mereka bersedih, merana, menahan laju kerinduaan dan berusaha menguburnya dalam dekapan malam sambil berharap ada sesuatu yang terbaik didalamnya dan membohongi hatinya seperti para raja yang mengekang para budaknya, hatinya dibiarkan merana seoalah ia tak measakan apapun meski terkadang airmatnya yang merupakan kekuatan terakhirnya ia tumpahkan di bumi yang suci ini, ia seperti sang juara yang memperlihatkan kepedihannya dengan kebanggaan yang luar biasa, namun dibalik gerak jantungnya ada dusta yang menguasai gerak ventrikel jantungnya. Saya tak berusaha mengarang dengan kata-kata ini, meskipun memang tak banyak hal yang kutemukan mengenai apa yang kusampaikan ini dan memang tak cukup bukti untuk memberi keyakinan pada anda sehingga menjadi yakin. Namun tetap ingin saya katakan dua orang yang pernah berujar janji setia dengan segala ketulusan hatinya, dan pada suatu ketika telah menyia-nyiakan ketulusan cinta mereka, melalui dusta dan kemunafikan yang tak mau mereka buka akan menumpahkan air mata dan rasa yang gundah gulana disertai kebimbangan dan rasa penyesalan yang mereka sendiri tidak memahaminya. Dan meranalah kedua-duanya. Apakah kita sudi dan ikhlas melihat dua orang yang saling mencintai tetapi dengan dusta yang mereka simpan mengakibatkan kepedihan dan luka pada kedua-duanya??? Saya kira kita takan pernah menginginkannya atau melihatnya meski bukan kita yang merasakannya.

Mengapa saya membahas sesuatu yang mungkin takan pernah dianggap penting ini. Karena saya menganggap ini merupakan fragmen alam yang kita sendiri tak dapat menolaknya dengan kekuatan apapun, cinta, perasaan kasih dan sayang yang telah terjalin antara dua orang saya yakin telah dibangun dengan kesetiaan, dan yang saya sebut dengan kesetiaan itu ia takan pernah musnah atau hancur oleh apapun, kesetiaan takan pernah khianat, kesetetiaan akan selalu menjadi kesetiaan jika terjadi perpecahan dan perpisahan antara dua orang yang telah saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi itu berarti tuannya yang telah khianat. Jadi buat apa kita membuang-buang kesempatan untuk merasakan sesuatu yang indah hanya karena sedikit luka atau kesalahpahaman, karena harus kita yakini setiap kisah yang telah kita bentuk dengan kebaikan itu takan mudah terhancurkan oleh apapun jika kita mau memahami masing-masing dari kita dan apalah arti sebuah cinta jika ia bisa terhapuskan hanya dengan sedikit luka dan membiarkan kita merana dan mendustai diri kita dan mendustai orang yang kita cintai, saya-pun sebenarnya bukan orang yang pandai menjaga cinta dan orang yang kita cintai namun paling tidak kita berusaha menjaga kesetiaan karena pada awalnya cinta telah dibangun oleh atom-atom kesetiaan dan saya sungguh menginginkan setiap orang yang saat ini sedang memandu kasih untuk selalu menjaga kesetiaannya.

Saya jadi teringat dengan syair yang pernah kuterima dari saudaraku Rikha Aprilia:

Ketika kita mencintai seseorang
Lalu cinta itu ternodai dan terluka
Sesungguhnya disitulah ujiannya
Bukannya harus berpaling dan mencari cinta yang lain
Kesetiaan!!!
Itulah yang diinginkan setiap para pencinta
Dan apakah dua hati yang menyatu itu,
Akan terpisah oleh setitik noda?
Karena sesobek luka?
Atau karena hanya sekepal Lumpur derita
Yang dilemparkan ke muka?
Lalu dimanakah kekuatan cinta?
Yang dikecap semua orang?
Yang dipuja semua orang?
Yang dicari semua orang?
Cinta sejati hanya Satu
Dan akan selalu Satu
Setia, itulah yang tiada dua
Setia hanya kepada dia yang di cinta
Dan mari mencinta

22 april 2009

Semoga saja dengan sedikit apa yang kutuliskan ini bisa membuat kita sedikit berpikir tentang tujuan daripada pencarian kebahagiaan yang sejati. Saya tak mampu menganggap setiap kata-kata yang tertulis ini benar, ini hanyalah sebuah kata dusta yang membuka kebenaran dan saya-pun menganggap kebenaran itu hanya bisa dikatakan oleh orang yang telah tinggal di dalamnya; bukan oleh seseorang yang masih hidup dalam kepalsuan dan hanya sesekali berusaha keluar dari kepalsuan menuju kebenaran. sekali lagi kusampaikan; terkadang sebuah kalimat hanya bisa difahami jika dibaca dengan tempo yang tepat, dan setiap kalimat-kalimatku dimaksudkan untuk di baca dengan lambat.

Pondok Mungil, 12:47
Ciputat, 23 Januari 2011
Hambali Ibnu Ranim

0 komentar:

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*