Selasa, 14 Agustus 2012

Teori Implisit Versus Teori Eksplisit




Teori Implisit Versus Teori Eksplisit
(Salah satu bahan diskusi smester I di Asrama HMB Jakarta)

Orang tidak selamanya sadar akan asumsi-asumsi teoritis yang menjadi dasar penjelasan atau ramalannya, atau akan struktur logis dari kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, teri yang dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari biasanya bersifat implisit, tidak eksplisit. Sering teori-teori dapat kita lihat dalam tradisi dan dalam kebijaksanaan rakyat yang dapat diterima dengan akal sehat. Asumsi-asumsi teoritis yang mendasar itu dapat kita lihat dalam pepatah lama misalnya “Rasam minyak ke minyak, rasam air ke air” artinya: Mencari atau kembali ke kelompok atau golongannya masing-masing. Atau dapat pula dilihat dalam symbol-simbol kepercayaan yang sudah sangat berkembang mengenai kodrat manusia atau masyarakat, seperti misalnya kepercayaan agama yang mengatakan bahwa manusia memiliki suatu keistimewaan tertentu yang diperolehnya dari Allah, dan membedakan manusia dari binatang-binatang lainnya; atau adanya kepercayaan bahwa dalam jangka waktu yang panjang, orang yang berperilaku “baik” akan dihargai, dan yang berperilaku “buruk” akan disiksa.
Teori-teori implicit itu mewarnai sikap kita pada umumnya terhadap orang lain dan terhadap masyarakat. Kita semua tahu bahwa ada orang yang sinis yang percaya bahwa manusia itu hanya tertarik pada kesehjahteraannya sendiri saja; dan ada manusia yang optimis, yang terus menerus mencari sifat-sifat yang baik atau yang positif pada orang lain dan sering melihatnya demikian, sedangkan orang lain tidak. Saya tidak mengemukakan bahwa semua orang selalu konsisten dalam asumsi-asumsi teoritisnya. karena banyak dari asumsi-asumsi ini bersifat implicit (atau berada dibawah sadar), maka orang lalu tidak menjadi sadar kalau mereka tidak konsisten.
Bagi kebanyakan orang, teori-teorinya itu mungkin tetap bersifat implicit. tetapi karena berbagai alasan, orang lain menjadi “lebih sadar” dimana segi-segi tertentu dari teori-teori mereka yang imlisit itu menjadi eksplisit dan tunduk pada analisa obyektif atau analisa kritis. proses ini tidak harus berarti bahwa teori-teori implicit itu akan ditolak; sebaliknya, teori-teori itu mungkin mendapat dukungan. Bagaimanapun juga, hal yang kita kemukakan adalah bahwa individu menjadi sadar akan beberapa dari asumsi-asumsi teoritis yang mendasar, dan rela mengujinya secara obyektif, paling kurang dalam tingkatan tertentu. Banyak mahasiswa berpendapat bahwa bertambahnya kesadaran diperoleh lewat studi mengenai perspektif sosiologi.    
            

0 komentar:

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*