Permohonanku tak dianggap
Terlelap kesunyian diselimuti kerahasiaan
Disebalik dadanya yang datar terhimpit oleh kerisauan
Kabut tebal melengkung diluasan pikirannya
Dari belaian kasih tangannya malam pun syahdu
Terlihat dari sudut mataku
Kabut pekat itu bagai petir
Yang menyambar ubun-ubunku
Aku disini
Diatas peraduanku
Terbaring diatas permadani duri
Bentangan sutera putih disampingku
Seakan aku raga yang ditinggalkan ruhnya
Dalam makam kesunyian aku dikuburkan
Raga terbungkuskan sesak jiwa menyayat hati
Dari sebalik dinding yang curam ini
Aku menatap penaku
Tidur disisi kertas bercahaya
Dengan denyut jantung yang tak karuan
Entah apa yang ada dalam pikirannya
Tubuhnya mulai lemas
Ketika katanya tak lagi dipedulikan
Permintaannya tak ditanggapi
Keinginannya dihiraukan
Tanpa adanya jawaban
Meski berjuta panggilan dengan segenap jiwa
Memohon merintih dengan hati
Dalam kesunyian enam puluh menit
Apalagi kini yang menjadi harapannya
Semua hanya bagai mimpi
Tak sanggup ia petik
Nada pilunya yang terlukiskan
Kini terlihat bagai lukisan kepedihan
Yang tercatatkan dalam goresan syair dalam puisi
Oh penaku
Disisimu ada kertas bercahaya
Tak lagi kau dipedulikannya
Apa salahnya kau menjadi tinta
Mengalir tenang sepanjang detik waktumu
Menunggu saat kertas bercahaya membutuhkanmu
Meski harapan itu semu
Mentari pagi akan menyambutmu sebagai kawan
Kupu-kupu akan terbang di sisi kesabaranmu
Oh penaku
Biarkan kau menjadi tinta
Hingga melukiskan akan sejarah panjang hidupku
Yang tersusun dari berjuta mimpi dan keinginan
Dan terkadang aku dihinakan begitu rendah
Tak dianggap sebagai makhluk yang memiliki hati
Hingga goresan tak nyatapun seperti ukiran di tubuhku
Saat malam pekat menampakkan bintangnya
Biarkan jiwa ini melayang tinggi
Setelah terhina begitu rendah
Dan dengan kesabaran upayaku
Aku yakin padang gersang akan menjadi sabana hijau
Dan sungguh ketika malam
Kertas bercahaya itu
Kugoresi dengan tinta-tinta hatiku
Yang masih basah akan luka yang perih
Namun orang yang kusayangipun tak peduli
Kata-kata ku tak dianggap
Permohonanku tak dianggap
Aku direndahkan dengan segala keindahannya
Hingga aku tak punya perbendaharaan kata lagi
Hanya tinta dan airmata yang melukiskannya
Untuk mengucapkan rasa
Rasa terimakasih untuk pelajaran berharga darinya
Tentang pentingnya kufu’ dalam perjalanan kasih
Hingga tak ada lagi jarak
Aku yang lemah dengan segala kekuranganku
Dengan ia yang indah dengan segala kelebihannya
Dan kini
Penaku, tidurlah!!
Kertas bercahayaku tidurlah!!
Hingga pikiranku pun tertidur
Meski tidurnya dipenuhi mimpi yang sesakan jiwa
Sambil berharap
Fajar jangan terbit dulu
Aku malu dengan air mataku yang mengalir
Tersinari dan dibasahi embun pagi
3 komentar:
memohon sama siapa???
coba deh memohon sama Allah...
sama manusia..
iya seharusnya memohon sama Allah emang...
ehhmm.. maksud Q sama teman, ortu, pacar atau sypa.
sama Allah itu sih udah tentu harus'
Posting Komentar