"Kesedihan itu bersifat sementara ketika bahagia menjadi pilihan nyata..."
Ketika membaca sebuah judul yang tertera di atas seharusnya faham dengan apa yang dimaksud dari kata-kata tersebut, dan mungkin salah satunya adalah peringatan bagi kita atau lebih tepatnya adalah sebuah informasi bagi kita bahwa tak ada rasa kesedihan yang bersifat abadi dan itu memang harus diyakini tanpa ada rasa ragu sedikitpun. dan bagiku mungkin ada hal yang lain pula selain dari pada itu, yakni ini terjadi seperti tanpa dikomandai siapapun dan menjadi bahan renungan setelah dalam 2 Tahun terakhir ini sepertinnya aku merasa ada pada titik terendah dalam kualitas hidupku sebagai manusia sehingga banyak sekali nampaknya sebuah cobaan atau ujian menghampiri dalam waktu yang berdekatan dalam 2 Tahun ini.
Entahlah, bukan berarti saya bersifat suuzdhan pada Tuhan, justru saya selalu bersikap husnuzdhan pada Kekuasaan Tuhan sehingga ketika saya begitu jauh dari apa yang diinginkan Tuhan bagi setiap hamba-Nya tidak dilaksanakan dengan baik oleh saya sebagai hamba-Nya akhirnya tuhan memberikan beberapa ujian sehingga dapat mengingatkanku kembali akan Kekuasaan-Nya. takan habis Rasa syukur-ku terhadap kasih sayang Tuhan yang tak pernah lepas dari setiap detik perjalanan hidupku.
Hanya sekedar introfeksi diri, benar ketika berawal dari rasa yang berlebihan pada cinta terhadap keduniaan sehingga mulai jauh akan cinta terhadap Pemilik Cinta Yang Sesungguhnya, Tuhan begitu cemburu pada cintaku terhadap Dunia dan berupaya menjauhkan aku darinya, aku bersyukur Tuhan masih sayang pada ku sehingga dunia itu meninggalkanku, meski awalnya ada rasa kesedihan yang begitu luar biasa namun peringatan Tuhan melalui ayat-ayat Nya telah memberi peringatan sekaligus keyakinan padaku agar tak larut pada kesedihan dan kembali pada pilihan bahagia yang nyata bersama Kasih Sayang Yang Maha Kuasa yang begitu nyata.
Dalam dua tahun terakhir ujian begitu nyata, kehilangan cinta yang memang sebenarnya cinta itu bukan miliku, kehilangan sahabat yang meninggalkan dengan segala kesibukan yang menumpuk, kehilangan kepercayaan akibat kesalahan pengambilan keputusan yang kurang kupertimbangkan, kehilangan sebuah gelar yang harusnya sudah kuraih namun hanya karena sedikit kesalahan dalam pengambilan keputusan akhirnya gelar harus kutunggu dengan kesabaran dan mengulanginya dari awal (maaf juga pada dosen "guruku" yang pernah kubuat kecewa), kehilangan seorang paman yang begitu menyayangiku dan telah menjadi seseorang yang paling menjadi tuntunan selain daripada orang tuaku, dan terakhir baru selesai memperingati empat puluh hari pamanku dan belum genap tujuh hari salah satu kendaraan yang paling kusayangi kini telah diambil oleh orang lain "pencuri". dan mungkin itu bukanlah menjadi miliku lagi dan memang harus kuikhlaskan dengan tulus.
Dan akhirnya, sebuah kata "Kesedihan itu bersifat sementara ketika bahagia menjadi pilihan nyata" tidak hanya menjadi hiburan bagi hati semata namun harus menjadi keyakinan pada hati bahwa takan ada kesedihan yang terus menerus menyelimuti kehidupan manusia, dan akupun pernah merasakan bahagia meski sekarang ada sedikit rasa kesedihan itu namun aku yakin Tuhan punya cara-cara yang baik untuk memberikan kebahagiaan kembali kepada makhluk-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar