Undang-Undang Islam di Asia Tenggara
Islam di Asia tenggara berkembang tak lepas dari zaman penjajahan hingga kemerdekaan yang didapat oleh Negara-negara Asia Tenggara. Konsep kenegaraan yang dibawa oleh bangsa Eropa yang lebih mementingkan keduniawian tidak selaras dengan sejarah Asia Tenggara yang juga banyak memperhatikan kehidupan spiritualnya. Islam juga tak terlepas dari kenyataan ini dan pada sekarang ini banyak undang-undang yang benuansa islami yang telah dikeluarkan, sesuai dengan ketentuan Negara-negara tersebut.
1. Islam di Burma.
Islam di Burma mempunyai sifat yang tidak asli mereka dipandang bukan sebagai orang Burma tapi sebagai orang India.
A. Perkawinan dan perceraian.
Undang-undang bagi orang islam di Burma dan India berkaitan dengan perkawinan dan percerian adalah sama. Tapi ada ciri khusus bagi ornag Burma asli yaitu aturan perkawinan dengan penganut agama lain. Persoalannya yaitu dalah kesahan dari perkawinan tersebut, perkawinan itu dilakukan mdenagn adapt orang Burma. Tapi, Mahkamah (pengadilan) mmemutuskan bahwa perkawinan itu tidak sah karena hukum menikah bagi wanita muslimah dengan lelaki non muslim dilarang secara mutlak.
Dari segi perceraian , yang selalu menjadi persoalan adalah keuangan, peraturan bahwa dalam perceraian khuluk, isteri mesti membayar ganti rugi serta mengembalikan sebaian dari mahar. Sementara itu dalam bidang nafkah iddah, suami mesti memberikan nafkah kepada isteri selam masa iddah. Apabila talak dilakukan tanpa kehadiran isteri, maka iddah dapat berlaku dari sejak tahunya kabar tersebut kepada isteri.
B. Kewarisan
Dalam sistem kewarisan Burma banyak terpengaruh dari berbagai adat India, sehingga dalam pemutusan masalah-masalah kewarisan banyak perbedaan hasil keputusan dalam kasus yang serupa. Tapi, syariat Islam tentang waisat dalam harta hanya sepertiga yang dikeluarkan tetap diikuti.na un pengruh undang-undang Inggtis tealah digunakan dalam undang-undang harta pusaka Burma.
2. Islam Di Negeri-Negeri Selat dan Singapura
Kunci untuk memahami sejarah Undang-undang untuk Orang Islam di negeri-negeri selat ada dua perkara. Pertama. Bahwa Islam disini bercorak adat setempat Islam tidak berkaitan dengan kekuasaan. Kedua, undang-undang yang dipakai orang Islam ialah “undang-undang diri”, yaitu dipakai atas dasar patuh kepada agama dan dalam hal-hal yang mempunyai nilai keagamaan.
A. Pentadbiran Akta Undang-Undang untuk Orang Islam
Undang –undang ini dibuat untuk memperjelas secara rinci hala-hal yang berkaitan agama dan perundangan orang Islam di Singapura. Akta ini mempunyai sepuluh bagian.
Bagian pertama mencakup bagian pengertian, bagian II menguraikan perlembagaan dan fungsi Majelis Agama Islam Singapura yang merupakan sebuah badan berkanun. Bagian dari akta tersebut Mahkamah Syariah yang mempunyai kekuasaan di seluruh Singapura untuk mendengar menentukan tindakan dan prosiding apabila semua pihak adalah orang Islam, atau pihak-pihak yang menikah di bawah Undang-undang untuk orang Islam dan tindakan-tindakan yang berkaitan dengannya.
Mengenai perceraian yang dituntut oleh isteri, dan jika suami setuju, maka mahkamah ini akan mengabulkan permohonan itu. Apabila, suami setuju untuk bercerai dengan cara khulu’ maka mahkamah ini juga akan mempertimbangkan bayaran yang perlu diberikan oleh isteri menurut pendapat dan kedudukan pihak-pihak tersebut. Selain perceraian atas permintaan isteri, Mahkamah Syariah juga boleh mempertimbangkan permohonan bercerai melalui ta’liq bertulis yang dibuat semsa atau sesudah perkawinan. Seorang perempuan bersuami juga boleh memohon untuk bercerai melalui fasakh.
Bagian IV, mengatur mengenai keuangan yang mengatur tentang wakaf, serta harta. Wakaf ataua nazar tidak boleh dari sepertiga harta dari orang yang akan mengeluarkannya. Hal yang juga dibahas dalam bagian ini adalah zakat dan fitrah dan Majelis Agama Islam merupakan pemungut tunggal di Singapura.
Bagian V dari Akta tersebut adlah berkaitan dengan masjid dan sekolah agama. Majelis mempunyai kuasa untuk mendaftarkan serta mengawasi perjalan sekolah serta kurikulumnya.juga boleh untuk memeriksa sekolah dan menutup jika dinilai kurang memuaskan.
Bagian VI dari akta ini dalah perkawinan dan perceraian. Bagian ini hanya dipakai kepada perkawinana ynag salah seorang atau kedua-dua pihaknya beragama Islam dan telah diupacarakan menurut undang-undang untuk orang Islam.
Bagian VII akta ini membincangkan harta dan secara lebih terperinci membicarakan peruntukan Ordinan Orang Islam. Akta ini membicarakn hak dan upaya orang Islam dalam mengarahkan supaya harta pusaka mereka dibagikan menurut Undang-undang orang Islam.
Bagian VIII membicarakan mengenai penukaran agama. Akta ini menyatakan bahwa Majelis Agama Islam hendaklah menyimpan buku daftar nama orang bertukar agama, dan bahwa semua penukaran agama hendaklah dilaporkan kepada Majelis. Selanjutnya, penukaran agam hanya boleh dilakukan menurut Undang-undang untuk orang Islam.
Perkara terakhir yang dibahas dalam akta ini adalah kesalahan termasuk kesalahan yang ada sesudah akata ini, terutama yang gagagl mendaftar, dsb.
3. Islam di Negara-negara melayu dan Semenanjung Malaysia.
A. Undang-Undang Keluarga
Tujuan dibuatnya Undang-undang ini adalah untuk menyediakan peruntukan bagi mengupacarakan dan mendaftarkan perkawinan secara betul. Tujuan lain dari ini adalah untuk menetukan status.
Perundangan di setiap negara bagian memiliki penerapan yang berbeda-beda. Contoh, di Pahang dan Perlis, pendamai mempunyai kuasa untuk menceraikan pihak-pihak yang terlibat, tapi kekuasaan ini tidak dijalankan di Selangor, Perak, Negeri Sembilan, Johor, dan Melaka.
Perundangan mengenai perceraian secara fasakh lebih selaras. Di seluruh negara, berbagaikelemahan mental dan fsik menjadi sebagian sebab untuk melakukan perceraian secara fasakh.
Perundangan mengenai undanag-undang keluarga ini telah menunjukan penerimaan prinsip undang-undang Islam walaupun dalam pelaksanaannya agak tersendat.
B. Undang-undang harta
Undang-undang substantif yang berkaitan dengan wasiat merupakan undang-undang untuk orang Islam yang telah dikembangkan oleh Mahkah (sekular) yang di negeri-negeri melayu yang coba menggunakan prinsip Islam.
Apabila tidak ada pertentangan dengan adat persolan uang berkaitan dengan waris yang tak mengunakan wasiat akan diselesaikan menurut peraturan kewarisan Islam. Penafsiran kehakiman tentang kaedah-kaedah peraturan-peraturan tersebut cukup fleksibel untuk meliputi bentuk atau harta yang luar biasa.
Undang-undang yang berkaitan dengan wakaf sudah jelas. Perundangan tersebut mengiktirarf wakaf a, khas, dan nazar am dan tidak membuat perbedaan dari pentadbiran berbagai wakaf ini.
Baitul mal dari setiap enakmen Negerimendirikan baitul mal yang terdiri dari semua jenis harta boleh alih atau harta tak alih yang terakru kepada Baitul mal di bawah Undang-undang untuk orang Islam atau Enakmen Negeri. Baitul mal ini terutama terdiri dari harta asetr orang islam yang tak memiliki ahli waris.
4. Islam di Brunei
Perundangan yang pertama tentang Islam ialah Enakmen Undang-undang Islam. Akta ini berlaku kepada semua orang Islam. Dan undfang-undang ini merupakn campuran dari pearaturan setempat dan peraturan Islam. Lalu akta ini diperbaharui dengan menyesuaikan dengan kondisi Brunei.
Akta yng telah diperbaharui ini mengatur tentang Majelis Agama pada bagian II, Mahkamah Syari’ah pada bagian III, Hal Keuangan bagian Iv, Masjid bahgian V, perkawinan dan perceraian di bagian VI, bagian VII nafkah tanggungan, Muallaf bagian VIII, kesalahan bagian IX, dan Perkara Am bagian X.
Bagian Vi membicarakan sedcara terperinci asalah perkawinan dan perceraian. Memungkiri perjanjian pertunangan oleh phak lelaki yang dibuat secara lisan atau tuylisan megikuti undang-undang untuk orang Isla mengakibatkan pihak lelaki perlu membayar sejumlah bayara yang sama dengan mas kawin, ditambah dengan biaya belanja yang dibuat dengan ikhlas unutk persiapan perkawinan.
Suami boleh menceraikan dengan talak satu, dua, atau tiga dengan mengikuti undang-undang untuk orang Islam. Dan seorang suami harus memberiathukan perceraiannya kepada Pendaftar. Enakmen ini juga membuat peraturan untuk rujuk setelah cerai, yaitu apabila cerai talak stu atau dua. Dan diperbolehkan tinggal bersama dengan syarat kerelaan dari kedua belah pihak dana juga tidak melanggar undang-undang untuk orang Islam.
5. Islam di Sabah dan Serawak
A. Serawak
Undang-undang yang mentadbir orang Islam Serawak adalah Undang-undang Mahakamah Melayu Serawak. Undang-undang ini memiliki enam puluh enam bagian atau seksyen.
Seksyen 21-23 membicarakan tentang tempo iddah secara terperinci baik melalui perceraian biasa , iddah apabila mengandung dsb.
Seksyen 41-44 membicarakan perceraian dan nafkah jika tidak ada sebab untuk bercerai Mahkamah boleh memerintahkan usaha untuk berdamai dalam tempo lima belasa hari dan barulah jika tidak terjadi damai maka barulah memerintahkan untuk bercerai. Apabila pihak suami yang meminta untuk bercerai maka suami akan kehilangan semua pemberian yang diberinya pada masa perkawinan dan akan didenda begitu juga apabila itu talak tebus atau khulu’.
Seksyen 58 membicarakan tentang ruju’. Seksyen 59-63 membicarakan tentang kewarusan. Seksyen ini menyatakan bahwa harta seorang Islam yang telah meninggal dunia tidak boleh dibagikan kecuali apabila semua hutangnya telah lunas. Dan juga menyatakan bahwa seseorang yang bukan Islam, tidak boleh mensdapatkan warisan.
Undang-undang ini bukan merupakan undang-undang untuk orang Islam melainkan undang-undang Melayu setempat . meskipun demikian dapat dipahami bahwa kandungan isi sangat Islami.
B. Sabah
Di Sabah undang-undangnya agak mirip dengan yang di Serawak yang menitikberatkan pada kesalahan seksual. Selebihnya undang-undang ini membicarakan perkawinan, perceraian dan perkara yang berkaitan denganya. Pertunanagan dibicarakan pada seksyen 28 yang merupakan hanya sebuah formalitas. Seksyen 14 menetukan jumlah tetap mas kawin apabila melebihi akan dikenakan denda.
Perceraian dibicarakan pada seksyen 15 yang menyatakan bahwa apabila suami menceraikan tenpa sebab suami harus membiayai nafkah dalam masa iddah. Undang-undang tersebut membicarakan sebab-sebab perceraian denagan agak panjang lebar.
Di Sabah dan Serawak pun kemurnian Islam lebih berbentuk prosedur dari pada substantif. Tidak dapat dinafikan bahwa perubahan sedang berubah ke arah Islam tapi tak dapat pungkiri juga bahwa ia akan merupakan satu evolusi undang-undang yang telah ada.
6. Islam di Filipina
Pada tahun 1974, “Draft Cadangan Pentadbiran kanun Undang-undang Islam” disiapkan dan dikeluarkan yang akhirnya mengeluarkan “Kanun Undang-undang Diri Orang Islam Filipina” yang baru.
Kanun ini disusun dalam lima buku yang menganding sejumlah seratus sembilan puluh perkara yang meliputi : hubungan keluarga dan manusia, kewarisan, penyeleaian pertikaina dan pendapat berkaitan undang-undang, peraturan jinayah dan peraturan peralihan.
Pada buku II yang mebicarakan tentang hubungan keluarga dan manusisa vbab tentang perkawinan dibicarakan pada bab II,yaitu perkawinan antara orang Islam atau apabila hanya pihak lelaki yang beragama Islam dan akad nikah mengikuti undang-undang untuk orang Islam. Pernikahan disini dinilai sebagsi sutu kontrak sipil dan institusi social. Jika perempuan menikah dibawah umur lima belas tahun tetapi telah baligh Mahakamah Syariah daerah boleh memerintahkan agar akad nikah dilangsungkan. Perkara 23-30 membicarakan tentang perkawinan ynag dilarang
Perceraian dibicarakan pada perkara 45-57.
Kewarisan dibicarakan pada buku III, terbagi pada empat bab.
• Bab I membicarakan tentang asas dan kelas waris serta pengertian
• Bab II membicarakan waris dengan Wasiat
• Bab III membicarakan waris dengan Undang-undang
• Bab IV membicarakan penyelesaian dan pembagian harta waris
0 komentar:
Posting Komentar