Sabtu, 24 September 2011

MENCERMATI SEBUAH CATATAN BERBENTUK “PUISI”



MENCERMATI SEBUAH CATATAN BERBENTUK “PUISI”

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.


(1)   Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.


(2)   Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.


(3)   Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.


(4)   Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).


(5)   Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.


Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi.


(1)   Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.


(2)   Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.


(3)   Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.


(4)   Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.


(5)   Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun, 1989:6). (dalam endonesa.wordpress.com/2008/09/08/puisi-definisi-dan-unsur-unsurnya.

Dan beberapa manfaat puisi yaitu :


1. Melatih kita berani mengekspresikan diri melalui kata-kata tanpa harus ada partner bicara secara langsung. Kadang kala buat kita-kita yang tidak fasih lidah, berlatih mengekspresikan diri menjadi sulit kalau harus langsung berhadapan dengan orang lain. Kalau latihan bicara sendiri di depan cermin, besar resiko dianggap SeGi (setengah gila). So pasti, kita ngga mau resiko ini kan.


2. Menuntun kita memasuki dunia seni yang menjanjikan keindahan yang melebihi logika dan kata. Kalaupun belum mencapai keindahan seni puisi minimalnya kita bisa masuk dalam petualangan rimba kata dan makna. Seperti pergi ke Louvre di Paris mencari Monalisa. Kalaupun belum berhasil menemukan Monalisa, maka kita sudah terpesona melihat keindahan berbagai lukisan bahkan dari interior ruangan. Menulis puisi dapat dinikmati seperti perjalanan yang tidak tergantung sepenuhnya pada tujuan akhir.


3. Memampukan kita “saying one thing and meaning another thing”, dapat menyampaikan makna ganda yakni yang tersurat dan tersirat. [center] (dalam smkn1ktb.forumotion/t146-taukah-anda-manfaat-dari-menulis-puisi)


            Dan beberapa pengamat puisi memiliki pandangan sebagai berikut :


Matthew Arnold : Puisi merupakan keistimewaan tersendiri, ia memberikan sumbangan kepada perbendaharaan pengalaman atau pengetahuan manusia.


Aristotles : Puisi yang bersifat tragis berupaya membersihkan kerohanian manusia melalui rasa simpati atau belas kasihan


Maliere : Puisi mampu membawa manusia ke arah jalan yang lurus disamping menggelikan hati.


Shelley : Puisi memperkuat organ moral manusia sama seperti pendidikan jasmani yang memperkuat urat-urat dalam badan, dan puisi juga bisa membawa kita untuk melihat apa yang kita tidak pernah kita lihat, untuk mendengar apa yang tak pernah kita dengar.


Waldo Emerson : Puisi mengajar sebanyak mungkin dengan kata-kata sedikit mungkin.


Shahnon Ahmad : Puisi adalah untuk menyemarakkan kesadaran. Umtuk memanusiakan kembali manusia itu, meninggikan budi pekerti, membentuk perwatakan dan juga membangkitkan semangat untuk bertindak.


Usman Awang : Puisi adalah untuk menimbulkan kesedaran atau keinsafan dalam diri dan hati. (dalam dunia puisi.110mb.com)

Dalam membuat atau menciptakan sebuah puisi kita tak perlu memakai kata yang terlalu tinggi, cukup dengan bahasa sederhana dan simpel katanya, seperti halnya kita memandang sebuah kelahiran kita jauh di sana tempat kelahiran yang rindunya terbang bersama debu ke negeri barat arah angin senja berbeda budaya bermusim semi dan tanpa ada debu jalanan yang bercampur asap kendaraan dan ini bukan puisi cuma catatan menjelang hari kelahiran mencoba mengaca pada realita betapa indahnya bunga impian yang telah kita lewati dari sebuah proses kelahiran.


Puisi adalah alat anti penindasan, di dalam dunia sastra internet selalu ada karya yang memuat isu-isu sosial. Pembaca sastra tidak melulu orang-orang yang ahli terhadap sastra, tetapi juga orang yang mengalami penindasan sosial. Untuk itu puisi seharusnya memuat hal-hal yang mampu mewakili suara hati orang lain. Dengan demikian puisi akan dapat menjadi milik umum dan bisa berkeliaran bebas menentukan sasaran.


Atau ketika kita memandang sebuah kota urban di dalamnya penuh dengan berbagai permasalahan, di Kampung urbanisasi tanah air semua perantau yang memiliki berjuta harapan yang tergantung di dinding-dinding waktunya, berjuta harapan pendatang berkilauan terjebak kisah macet di jalanan yang panas terasing dari ide-ide kemanusiaan yang telah habis dirayu jilatan anak setan kota urban itu, biang kerok dan menjadi pusat pabrik kasak kusuk busuk langganan penuh isu jual pahala beli dosa buat orang napsu berkuasa di kota urban adalah  panggungnya sandiwara rakyat tertipu mimpinya para penguasa.


Dan ketika kita memandang suatu realita sosial, pertanyaan yang mungkin akan ada adalah. Untuk apa kita tulis puisi bila membiarkan saja korupsi,??? seperti ketika kita melihat sebuah demonstrasi dituduh anarki sedangkan korupsi dianggap manusiawi dan melihat penegak hukum hanya basa-basi. Sayangnya, begitu pun para penyair hanya menjadi paranoid! Begitu banyak kata-kata tanpa aksi dan penindasan kita amini,  penjahat HAM kita ampuni! Seni hanya untuk seni, adalah kejahatan tersendiri! Dan beberapa orang berkata tugas penyair bukan cuma menulis sebab menulis itu mencuri kata-kata berbaris dari kenyataan yang berisi tawa dan tangis tugas penyair adalah menulis dan berbaris berkumpul didepan gedung majelis tempat persekutuan para iblis yang menyusun kebijakan-kebijakan narsis demi kepentingannya yang sadis!!!


Namun itulah sebuah puisi, masing-masing dari kita memiliki makna tersenderi dalam memahaminya, yang terpenting adalah ketika kita menuliskan sebuah kata maka kata yang benar dan pilihlah kata yang tepat dan berbuatlah yang benar dan bergerak dengan penuh semangat menciptakan impian dalam kata menjadi nyata, nyanyikan nyanyian jiwa dalam puisi dengan kisah-kisah perjuangan rakyat dan perjuangan jiwa dan tokoh utamanya adalah ruh dan raga kita, Antagonisnya para koruptor dan penindas laknat, para perusak kisah cinta kasih, dan sahabat dari para iblis terlaknat!


Menarilah  bersama pena menyanyikan tembang jiwa namun jangan sampai terlena, menulis untuk  untuk tatanan sejahtera dan setara!!! Paling tidak kita dapat menyampaikan makna ganda yakni yang tersurat dan tersirat. Maka tulisan kita hendaknya kita tulis sedalam samudera! Puisimu penuh dengan cakrawala sepenuh ketulusan dan kesucian sehingga kita menjadi penyair sekaligus pembela!

0 komentar:

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*