Pagi yang begitu cerah, matahari begitu perkasa menampakan wajah-nya di ufuk timur, angin begitu lembut menyapa tubuhku, ketika kulangkahkan kakiku tuk menatap sang mentari kicauan burung menemani langkahku...
Satu jam kuhangatkan tubuhku di bawah sang mentari, aku mulai penat, kejenuhan mulai menyelimuti rasaku, kedamaian yang kudambakan ternyata belum juga mampu kuraih, kini dipersimpangan kebingungan, yang kubisa hanyalah menanti kejujuran dan kepastian apa yang akan dapat kuraih dikehidupanku...
Aku kembali ke tempat peraduanku, hanya hamparan beberapa kertas dan pensil yang sanggup dan mau menemaniku, seolah kedua benda itu menjadi teman terbaik bagiku, tak masuk akal memang namun itulah yang ada di dalam dunia ide-ku, benar atau salah semua orang berhak menilainya...
Ketika kubaringkan tubuhku, aku mulai larut dalam kisahku, kisah yang telah lalu tentang kebahagiaan, keculasan, kebodohan, kepedihan, dan berjuta rasa pada kisah yang telah kulalui, hingga tak terasa dari sudut mataku meneteskan permata yang mencair...
Ketika aku semakin larut dalam kisahku, sang pena-pun berkata "wahai sahabatku, engkau tak usahlah bersedih dengan apa yang telah terjadi padamu, belajarlah menjadi orang yang bijaksana, orang yang selalu berbahagia dengan apa yang diterimanya dan tak bersedih atas dirimu sendiri"...
Wahai sang pena sahabatku, kata-katamu benar, aku pastikan dan harus aku yakini memang hanya dengan kebijaksanaan aku bisa melewati masa-masa tersulit, akan tetapi yang aku tak mampu adalah harus terus terbayangi oleh masa-masa lalu yang begitu bodohnya, dan keadaan yang seperti itulah yang membuat rasa pedih membuat sudut-sudut mataku mengeluarkan permata yang mencair...
Sang kertas-pun mulai mengeluarkan kata-katanya "wahai saudaraku,engkau begitu hebat, engkaulah teman terbaik kami, engkaulah teman terbaik kami disaat kami mulai dilupakan, dan engkaulah teman sunyi-sepi kami, yang ingin kukatakan padamu, sudahlah tak usah lagi engkau bersedih akan masa lalumu. karena masa-masa yang sudah engkau lalui, kata-kata yang sudah terucap untuknya, kini bukan masa dan kata milikmu lagi, biarlah ia berlalu dengan masanya dan biarlah kata-katamu menjadi kata untuknya"...
kata-kata hebat dan luar biasa dari sahabat ide-ku seperti multivitamin bagi tubuhku, semangatku memuncak kembali, kupeluk mereka dengan penuh kasih dan ku kais permata yang telah mencair dari sudut-sudut mataku. "sahabat... sungguh engkau takan pernah kulupakan sampai kapanpun meski kertas bercahaya ini mulai menemaniku"...
Sang pena-pun berkata "terimakasih sahabat engkau takan melupakan kami, akan tetapi yang terpenting adalah engkau tak pernah melupakan Dzat Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan kita semua, menciptakan alam dengan segala isinya. Tuhan Yang Maha Bijaksana yang telah menjadikan kita dan telah menyaksikan persahabatan kita"...
Subhanallah... hatiku semakin mantap, dan akhirnya kuserahkan seluruh doa dan usahaku kepada-Nya, Allah SWT Tuhan semesta alam...
Lye_
0 komentar:
Posting Komentar