Kamis, 09 Juni 2011

BAGAIMANA HARUS MENGAKHIRINYA???


BAGAIMANA HARUS MENGAKHIRINYA???

Di sana Dia hanya diam duduk di jendela kamarnya yang mulai dihiasi temaram cahaya rembulan dengan kerinduan yang luar biasa tak bergeming Tak pula berkata Meski masih menetra Dan memekak gendang telinganya mengingat setiap kata yang tercipta pada kisah kehidupannya, kemudian ia terbaring dengan kibasan romantisme keheningan menyelimuti sunyi sepinya, Sementara aku... Masih  menanam benih kerinduan Memupuk dengan ketidakpastian Menyiram dengan kesedihan yang yang pernah ku tuai mungkin hanya kekecewaan Tak peduli seberapa sakit hatiku Asal jantung masih berdetak itu cukup menandakan aku masih tetap bertahan untuk hidup dan melukiskan kisah-kisah kehidupanku entah sampai kapan?

Dia masih  terdiam duduk di jendela kamarnya yang mewah dihiasi lampu-lampu keindahan dan tak bergeming tak pula berkata mungkin hatinya dicuri sang malaikat tenggelam dalam dunia yang dia ciptakan dengan berbagai jenis permata keindahan yang memancarkan cahaya yang indah dan kehangatan yang luar biasa dalam kisah keindahan tentang cinta, Sementara aku... mulai menanam benih kebencian memupuk dengan dendam menyiram dengan ketidakwajaran dan kuharap akan kutuai kepuasan namun bukan itu yang kuinginkan aku hanya berharap senyumku yang tulus mampu membayar semua itu, dan mengubur kebencian itu didasar jurang yang tak mungkin bisa ku ambil lagi karena aku akan bahagia jika melihatnya senyum bahagia.


Kuasah parang yang bergerigi terbuat dari intan permata yang menghujam tepat di jantungnya Lebih baik detak jantungnya terhenti daripada hidup dan bergerak tanpa hati dan perasaan Ataukah harus kuakhiri saja? Telah banyak yang dikorbankan... Haruskah berhenti dipertengahan? Tidak!!! Semuanya harus jelas Kesungguhanku yang akan menjawabnya Entahlah!! Sekuat apa aku ? Entahlah, dan...entah!!! Yang pasti Tak kubiarkan jiwanya goyah Hanya karena kisah yang kau buat dan kau berikan dengan sedikit ketidakpastian, Haruskah berakhir sampai disini ? Jiwaku berontak, Otakku mendebat Haruskah kuakhiri saja ? sekali lagi tidak!!! Aku memang bukan petarung sejati, bukan manusia yang memiliki kekuatan yang luar biasa, namun perasaan kesetiaan… hanya kesetiaan yang hadir disisi-sisi jiwaku.


Saat dinding-dinding waktu kembali hadir dan berdetak kencang diantara sunyinya malam aku kembali terbangun oleh desahan malam yang menghamburkan rintik hujan di atas genteng,,, gemericiknya tertampar angin dan masuk lewat tempias kamarku. Membasahi kerinduanku yang mulai mengering dan membekukan hatiku ketika wajahmu terlintas melewati bayangan disisi hatiku, malam pun kian bising dengan gemuruh,, sesekali aku menengadah kelangit-langit kamarku, karena aku takut tertimpa rapuhnya. Entah kenapa aku jadi memikirkannya lagi malam ini… Wajahnya terlintas di benakku.. Jeritannya masih tersimpan kuat di otakku.. semuanya terekam begitu jelas meski pertemuanku hanya satu purnama, Keluh kesahnya bagai belati yang bersarang kokoh di jantung yang tak lagi lentuk, matanya yang sayup dengan sinaranya yang begitu sejuk terlintas pula dari sudut-sudut gelap malamku kini, dan aromanya tiba-tiba datang dan terasa sangat menyengat penciumanku.. oh,,,,,,,,!!!!!! Bagaimana kini aku, Akankah aku terbangun dalam mimpi atau aku mimpi dalam bangunku.. dia selalu membayangi dalam mimpiku namun ia sungguh telah hadir dan nyata dsi kehidupanku, dia nyata dikehidupanku namun ia hanya kan menjadi mimpi dalam nyataku.

Dan di atas sana gemuru semakin besar Seakan langit mau roboh olehnya. Gemericik hujan kini tak lagi terdengar merdu namun iramanya semakin besar dan semakin cepat di hantar kilat yang berserakan di udara.. sementara awan hitam menari berkejaran dan bernyanyi dengan riangnya, bagai menikmati pesta malam yang pongah.. menyaksikan si kecil ini dengan doa-doa yang kuterbangkan bersama angin-angin malam yang terbang kian kemari bersama derai hujan yang belum pula terhenti, sementara kerinduan ini semakin menggunung dan mengikuti arah angin yang membawanya, Kembali aku terjaga malam ini dalam hati yang resah, gundah, gelisah, dan bejubel ketakutan… Dengan kalimat seperti apakah harus ku akhiri secarik rajutan kata-kata ini dan bagaimana aku harus merajut mimpi, maka datanglah subuh sebagai awal dari penciptaan pagi. Kututup lembar malam ini dalam hitungan rakaat Episode hidup Hari berganti Selalu ada yang tertinggal Sekeping hati. Maka di situs ini kutitipkan puisi Sebab ragaku akan kembali menantang hari Menghargai kenyataan: Datang dan pergi… Lahir dan mati… tanpa berkesudahan dan senyumku hanya itu yang aku punya hingga hangatnya dhuha menyapaku aku ingin selalu tersenyum untukmu meski kau tak pernah tau.


Di antara bibir pantai yang mengangga kutatap lurus ke depan melihat angkuhnya jurang curam yang mengangga lebar diantara samudera nan luas, mempersilahkan tiap tubuh untuk segera memerdekakan diri bebas lepas dari kefanaan ini menawarkan sebuah kesenangan dan entahlah kesenangan seperti apa yang ditawarkan untuk beberapa hati yang tak terbingkis dengan keimanan, ada bisikan halus di telingaku "selangkah lagi...ayo..." lidahku kelu mulutku rapat membisu ketika peluh mulai mempermandikan tubuh kurus ini "ayo..selangkah lagi" "ya" bathinku mantap aku muak aku muntah dengan kesesakan ini aku mulai bosan dengan beberapa jalan yang kuambil dari kehidupan ini, aku mau melangkah selangkah lagi ketika sekonyong-konyong dingin udara menamparku dengan kebenciannya dan gemuruh ombak menabrakku membuat tubuhku gentar.... oh....dalamnya samudera pintu jurang ini "tidak" "tidak" aku takut mati… aku takut “mati”… aku mau melangkah lagi akan kucoba itu…

Seandainya kaki, tangan dan mataku bisa berbicara aku takan perlu lagi mengungkap kejujuran dengan lidahku yang tak pernah kau percaya. Semoga suatu saat nanti meski di Syurga akan kubuktikan itu… dan kau akan menyaksikan kebenaran itu dengan keyakinan yang meski terasa sia-sia akan mengalirlah airmata kasihmu yang sesungguhnya. Dan aku akan mampu tersenyum mensyukuri kebenaran yang tak lagi terhijab, syukurpun kupersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Agung.


1 komentar:

Anonim mengatakan...

keren,!! bahasa nya menyentuh,,

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*