Minggu, 22 Mei 2011

MAKNA ULANG TAHUN/KELAHIRAN “Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtua-ku, dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi dan merawat-ku sejak kecil”



MAKNA ULANG TAHUN/KELAHIRAN
“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtua-ku, dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi dan merawat-ku sejak kecil”

Memperingati hari kelahiran adalah hal yang biasa dilakukan di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Namun tak sedikit yang tak paham apa hakikat sebenarnya ulang tahun tersebut. Ketika seseorang berulang tahun, berarti usianya bertambah satu. Sehari yang lalu ia masih berusia 15 tahun, namun hari ini ia sudah menjadi remaja 16 tahunan. Kemarin 21 tahun, sekarang 22 tahun. Begitulah seterusnya dan begitulah yang dipahami semua orang. Namun sebenarnya di setiap tahun yang dilalui, umur yang sudah ditentukan berkurang satu angka. begitulah seterusnya sampai jatah umur kita di dunia ini berakhir dan ketiadaanlah yang akan menyambut kita.

Selain umur yang semakin berkurang, hari ulang tahun adalah hari di mana ibu kita bertaruh nyawa melahirkan kita, Setiap ibu yang pernah melahirkan pasti mempunyai cerita yang berbeda dengan ibu lainnya. Namun mereka akan sampai pada satu kesimpulan yang sama, bahwa melahirkan itu sakit dan sangat melelahkan. Namun ketulusannya melenyapkan semua itu dan diganti dengan rasa bahagia. Namun di hari ulang tahun itu, entahlah di usia ke 16, 22 atau usia lainnya, hampir tak seorang pun yang mengingat saat-saat menegangkan dan penuh penderitaan itu. Tak terpikir di benak si anak untuk memberikan hadiah pada ibunya meskipun hanya ucapan terima kasih karena ibunya telah berjuang melahirkannya, setelah 9 bulan mengandungnya di dalam perutnya dan banyak pengorbanan lainnya.

Dulu ketika Ibu saya melahirkan si bungsu (Mariatul Qibtiyah “QQ”), saya sudah cukup mengerti. Sedikit banyak saya sudah paham tentang proses kelahiran. Dan pengalaman itulah yang membuat saya selalu menghormati kedua orang tua saya, khusus-nya seorang Ibu.

Dari Abu Hurairah ra berkata, telah datang seseorang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya perlakukan secara baik?” Rasul berkata, “Ibumu” Kemudian orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Rasul berkata, “Ibumu” Kemudian orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Rasul berkata, “Ibumu” Kemudian ia bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Rasul berkata, “kemudian ayahmu”
(HR. Bukhari Muslim)

Dulu, setiap kali membaca hadits ini, rasanya biasa saja, belum ada dzuq-nya. Saya tahu bahwa ibu memang lebih pantas untuk diutamakan dan dihormati, tapi itu hanya karena membaca ayat Al-Qur’an dan Hadits yang banyak bercerita tentang keutamaan ibu. Dulu, saya tak tahu bagaimana sulitnya perjuangan Ibu ketika melahirkan, namun setelah saya cukup mengerti betapa perjuangan Ibu melahirkan anak-anak-nya termasuk ketika Ibu saya melahirkan adik bungsu saya (Mariatul Qibtiyyah “QQ”) kini saya tahu masa melahirkan adalah masa antara hidup dan mati seorang Ibu. Dan masa-masa perjuangan itu hanya akan menjadi kenangan tersendiri yang tak akan diceritakan kepada anak-anaknya sebagai ungkit-ungkitan atas jasa besarnya itu. Bahkan ketika si anak membantah ucapannya dan berani melawan, si ibu biasanya hanya bisa menangis sedih. Namun sebagai anak, kita biasanya suka menghitung dan mengungkit jasa kita terhadap ayah dan ibu. Pernahkah kita sadari bahwa sebagian kita sering mengingat dan menghitung-hitung uang yang kita kirimkan kepada orang tua kita? Dalam sehari, berapa kalikah kita ingat untuk mendoakan mereka, khususnya bila mereka sudah tiada? Dalam seminggu, berapa kalikah kita menelepon mereka (bila kita berada jauh dari mereka)? Dalam sebulan, berapa kalikah kita mengirimkan kelebihan rezeki kita untuk biaya kehidupan mereka yang tentu saja tak sekuat dulu dalam mencari nafkah? Dalam setahun, berapa kalikah kita datang menjenguk dan memperhatikan kebutuhan mereka? Sampai detik ini, sudah berapa kalikah kita mengucapkan terima kasih dengan ucapan yang tulus?

Hari lahir atau yang biasa kita sebut dengan hari ulang tahun ini adalah hari di mana seorang wanita mulia meregang nyawa demi melahirkan kita. Dan wanita mulia itu kita panggil dengan sebutan ibu, bunda, umi, emak, umak, omak, mamak, dan berbagai sebutan lainnya. Di hari lahir kita itu, rasanya tak pantas jika kita masih menuntut wanita mulia itu untuk memenuhi keinginan kita yang seabreg-abreg, yang pastinya jika dituruti tak akan pernah terpuaskan. Di hari lahir kita itu, cobalah untuk merenung dan membayangkan segala perjuangan orangtua kita, sejak kita lahir ke dunia sampai dewasa seperti sekarang ini, lantas berterima kasihlah dan doakanlah mereka.

“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtuaku, dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi dan merawatku sejak kecil” Amin.

Kemudian hal yang paling penting dalam memperingati hari kelahiran adalah membangkitkan rasa syukur kepada Allah SWT. Kita dilahirkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus dan suci yang bening sebening embun pagi dan kasih sayang cinta yang hangat sehangat cahaya mentari di waktu dhuha, kita pun lahir dengan kehormatan dan kemuliaan, oleh karena itu setelah kita diberi kehormatan dan kemuliaan oleh Allah, tidak boleh kita menempatkan diri kita dalam posisi yang lemah dan hina. Setiap hari selalu ada yang memperingati hari ulang tahun atau hari kelahiran. Hal yang paling penting dalam memperingati hari kelahiran adalah membangkitkan rasa syukur kepada Allah SWT.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS Ibrahim 7).

Bila kita pandai bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, niscaya Allah akan memberikan tambahan berupa limpahan karuniaNya, limpahan rahmatNya kepada kita semua. Oleh karenanya untuk memantapkan rasa syukur kita, kita harus memahami makna kelahiran kita. Kita tidak akan lahir ke dunia ini kecuali disebabkan oleh adanya mawaddah warahmah, adanya mahabbah warahmah. Kita lahir karena adanya cinta dan kasih sayang dari ibu dan bapak kita. Kita lahir melalui kasih sayang kedua orang tua kita dan kelahiran kita disambut oleh kasih sayang kerabat, saudara dan handai taulan kita. Oleh karena itu kita lahir untuk membawa misi rahmatan lilalamin. Kita lahir untuk menyebar kasih sayang kepada seluruh lapisan ummat, seluruh lapisan bangsa, bahkan seluruh lapisan kemanusiaan. Kita lahir dengan membawa mahabbah warahmah.

Kita dilahirkan dengan penuh cinta dan kasih sayang, kita pun lahir dengan kehormatan dan kemuliaan.

“Padahal izzah (kehormatan) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS Munafiqun 8)

Selain kehormatan Allah pun memberikan kemuliaan kepada kita di atas semua makhluk lainnya yang diciptakanNya.

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Al-Isra : 70)

Kita lahir dengan kehormatan dan kemuliaan, oleh karena itu setelah kita diberi kehormatan dan kemuliaan oleh Allah, tidak boleh kita menempatkan diri kita dalam posisi yang lemah dan hina. Insya Allah kelahiran kita juga adalah untuk membangun kehormatan dan kemuliaan umat, bangsa dan negara serta kemanusiaan. Kitapun lahir kedunia dengan mengemban amanah dan memikul tanggung jawab. Kita lahir dengan membawa misi ibadah dan tugas kekhilafahan di dunia ini.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat : 56)

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al-Baqarah : 30)

Kita lahir sudah dengan mengemban amanah dan memikul tanggungjawab yang sebelumnya oleh Allah SWT telah ditawarkan kepada makhluk-makhluk lain:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh “.(QS Al Ahzab 72)

Amanah dan tanggung jawab ini harus kita tunaikan , sebab seluruh gerak, ibadah, tindakan dan ucapan kita akan dituntut pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya “.(QS al-Isra 36)

Oleh karena itu harus kita sadari bahwa tidak bisa kita mengkhianati amanah yang kita emban dan tanggung jawab yang kita pikul tersebut:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui “. (Al-Anfal : 27)

Ingatlah selalu tiga nilai atau tiga makna kelahiran ini:
1. Wulidna bil mahabbati warahmah, kita lahir dengan membawa misi penyebar kasih sayang.
2.Wulidna bil izzati walkaramah, kita lahir dengan kehormatan dan kita lahir untuk meraih kemuliaan.
3.Wulidna bil amanati wal masuliyah, kita lahir untuk mengemban amanah dan memikul tanggungjawab, yang insya Allah kita bersama-sama akan menghadap Allah untuk dimintai pertanggungjawabannya sejauh mana amanah dan mausliyah itu kita laksanakan.

Selamat datang adik-ku! (meut ultah ya QQ)
Telah terbit purnama hati-ku...
Hingga benderanglah kegelapan semesta alam...
Hangatkan kebahagiaan dengan cinta kasih sayang...
Tampak jelas tangisan adik mungil-ku...
Layaknya tangisan kebahagiaan sang merpati...
Menuju dunia yang indah. Selamat datang adik-ku!
Langkahkan kaki-mu di bumi ini...

Dengan doa kami, Mengiringi langkah-mu...
Biar kebahagiaan-mu sampai pada setiap sudut...
Bagai merajut keindahan melalui mimpi...
Keindahan dunia ini takan pernah habis...
Mari adik-ku! Mari kita raih kebahagiaan dunia sepenuh jiwa...
Aku kakak-mu bersama keluarga-mu akan selalu bersama-mu...
Ketika tangisan mungil-mu terdengar...
Doa kami selalu mengiringi untuk kebahagiaan-mu...
Usapan kasih ibunda dan ayahanda, penuh doa-dzikir...
Adik-ku kini kau telah dewasa...
Keindahan cahaya mata-mu...
Lengkapilah dengan keindahan akhlak-mu...
Kami kelauarga-mu bahagia bersama kebahagiaan-mu...


Pondok moengil Ciputat, 22 Mei 2011
Aly_alvan
Berbagai sumber.

0 komentar:

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*