Hanya catatan senja awal Mei untuk mengawali kisah-kisahku selanjutnya bukan berarti benar kisah yang kuceritakan ini, karena kebenaran bagi orang yang tak sempurna ini hanyalah sebuah asa dan bukan pula berarti salah karena dari sebuah kesalahan itulah kita harus berusaha melakukan hal yang terbaik.
Kata orang Cemburu ialah kebencian seseorang untuk disamai dengan orang lain dalam hak-haknya, dan itu merupakan salah satu akibat dari buah cinta. Maka tidak ada cemburu kecuali bagi orang yang mencintai. Dan cemburu itu termasuk sifat yang baik dan bagian yang mulia, baik pada laki-laki atau wanita. Namun bagaimana kecemburuan bagi orang yang tak punya hak atas kecemburuan tersebut sedang kita tak pernah kuasa atas kedatangan rasa tersebut, apakah ini merupakan kesalahan besar.
Ya Allah Tuhan Semesta Alam pemilik segala Keindahan dan pemilik segala Rasa, jika rasa cemburu yang Engkau berikan ini baik bagi hamba untuk selalu senantiasa menambah rasa cinta kasih sayang hamba kepada makhluk-Mu maka biarkanlah rasa ini bersemayam di hati hamba-Mu ini, namun sekiranya rasa cemburu yang hamba miliki ini tak baik bagi diri hamba dan hanya sebuah sifat yang buruk maka bimbinglah hamba agar senantiasa selalu berjalan di jalan-Mu karena hanya Engkaulah Yang Maha Mengetahui akan segala kisah dan karuniai-lah hamba-Mu ini dengan kasih sayang-Mu yang suci..
Cemburu bagai musim panas yang melanda…
Kehausan melilit meracuni ragaku…
Tiap jengkal relung jiwa terasa payah…
Mengoyak melecehkan segala ketegaran…
Bukan hanya hati tapi nurani…
Bukan hanya raga namun jiwa…
Mempertaruhkan sebuah harga diri…
Haruskah aku tegar dan terus berjalan…
Sementara terang di hatimu tak tersedia tempat bagiku…
Aku telah kalah telak dalam kisahmu…
Oleh pesona dan mungkin kisah yang kau buat…
Kataku akan kesetiaan biarlah kulaksanakan…
Biar aku terus merengkuhnya melalui kisahku…
Meski panas terus melanda…
Dan kehausan melilit meracuni ragaku…
Kesetianku terhadap kesetiaanku…
Sebagai makhluk yang mencoba meraih asa tentang kebenaran…
Sebagian kisahku untuk sebuah kesetiaan…
Dan jangan sesekali kau tanya…
Tentang seorang wanita yang ditutup matanya…
Dan di tangan kanan sebuah pedang…
Sedang di tangan kirinya sebuah timbangan…
Tentang sebuah lambang keadilan…
Karena keadilan adalah milik Tuhan…
Kita hanya memiliki sebuah kesetiaan…
Yang kita coba bangun dengan kesederhanaan…
Dan ku-akui kini akan semakin sulit bagiku…
Panas yang melanda ini…
Dan kehausan akan terus melilit meracuni ragaku…
Atas semua yang kusaksikan…
Meski aku tak pernah tahu apa yang sesungguhnya…
Meski segala itu bukanlah hak bagiku…
Cemburu ku akui cemburu…
Bukan dari apa yang aku lihat…
Bukan pula dari apa yang aku pikirkan tentangmu…
Namun hanya dari kisah yang tersirat dari kisahmu…
Dan sesungguhnya aku tak berharga bagi kisahmu…
Dan rasa itu ku akui dengan sadarku…
Pondok moengil, senja mei
Alye al-Van
0 komentar:
Posting Komentar