Senin, 14 Februari 2011

SAAT SEMUA LELAHKU MERENGGUT SEMANGATKU



SAAT SEMUA LELAHKU MERENGGUT SEMANGATKU

Senja saat semua lelahku merenggut semangatku, aku terbaring dalam dekapan dingin saat hujan menyirami hangatnya tanah yang telah dipanasi terik mentari, sang mega dengan fatamorgana yang biasa kulihat kini kelam kelabu, pohon-pohon membisu, angin-angin tak menderu, hanya getaran hatiku kurasakan tak menentu.

Aku memohon maaf atas nama ketulusan, aku serahkan semua atas nama keikhlasan, aku rasakan semua rasa atas nama hatiku yang senantiasa dihidupi oleh berjuta rasa, aku lepaskan keindahanmu bukan karena aku tak ingin mendekapmu dalam dekapan nyata, aku biarkan engkau terbang jauh bersamanya bukan berarti aku tak mau menatap indahnya kehidupan bersamamu, aku membohongi ketulusan hatiku bukan berarti aku ingin mendzalimi hatiku. aku sungguh hanya ingin menatap engkau tersenyum simpul kebahagiaan bersamanya, aku hanya ingin ia bahagia bersama engkau yang ia cinta. aku hanya ingini cinta yang lama telah tertunda kini menjadi nyata di atas alam bahagiamu. dan aku... biarlah aku bersama rasaku, biarlah engkau cukup beri aku kebahagiaan dengan melihat kebahagiaanmu, biarlah kisah ini kututup dengan menatap senyum kebahagiaanmu bersamanya.

Meski dalam ketidaktahuanku aku merasa ada luka, namun kurasakan sebagai seni dari perjalanan hidupku karena bagiku luka, bahagia, tangis, tawa, cinta, kasih, sayang airmata dan semua tentang rasa adalah bagian dari seni adaku dan seni hidupku.

Jangan lagi engkau menutup cintamu itu, biarkanlah ia meraih apa yang ia ingini, jangan simpan ia dibalik airmatamu, bawalah , jagalah, kasihilah cintamu yang telah lama engkau coba tuk memandu, saat katanya belum engkau raih, ulurkan tanganmu tuk menarik kata dari hatinya, saat engkau terima tutur kata penuh kasih nan tulus, sayang dan cinta darinya, terbanglah bersamanya meraih mimpi yang telah ia dan engkau gantungkan dalam langit-langit waktu masa lalumu.

Aku tersenyum...

Lihatlah senyumku...

Jika engkau tak pernah mampu tuk melihatnya, rasakanlah senyum ketulusanku di hatimu, ia akan selalu tersenyum disisi hatimu, karena bahagiaku ketika bahagiamu, senyumku ketika senyummu, tersenyumlah... dan biarkan kini kuterbaring dan mencoba meretas mimpiku disaat senja mulai membawaku dalam alam yang sunyi sesunyi hatiku.

Sunyi...
Hening...
Senyap...
Senyummu...
Bahagiamu...
Bahagianya...
Kini adalah bagian senyumku...



Pondok Mungil 18:20 Malam Jumat
Ciputat, 27 Januari 2011

Hambali Ibnu Ranim

0 komentar:

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*