Hanya Berusaha Mengobati Hati dengan Kata-Kata
Sebenarnya untuk saat ini tak punya banyak waktu untuk
bersantai-santai apalagi untuk menulis kata-kata yang mungkin aku sendiripun
mengklaim sebagai kata-kata yang tiada artinya, namun seperti yang pernah
kutuliskan pada kesempatan lain, meski demikian sebuah kata tak pernah ada
kata-kata yang tercipta dengan tanpa arti apa-apa atau paling mudah aku
membahasakannya dengan “tak ada kata-kata yang sia-sia” ya meski saat ini aku
merasa kata-kata yang kubuat saat ini diklaim sebagai kata-kata yang sia-sia,
tapi paling tidak ini bisa memberi sedikit arti bagi penulis untuk paling engga
menutup sedikit celah kepenatan, kebencian, kerinduan, amarah, emosi, lelah,
putus asa, merasa diri orang yang bodoh, merasa diri sebagai orang yang
terbuang, merasa diri orang yang tak memiliki arti, merasa jadi seorang
pecundang, merasa yang paling terhinakan, merasa menjadi orang yang paling culas,
merasa menjadi orang yang paling mudah dibodohi, merasa orang yang mudah
dipermainkan, merasa menjadi seorang laki-laki yang tak ada upaya, merasa
menjadi manusia yang tak dianggap sebagai menusia, merasa kosong, merasa sepi,
merasa sendiri dan merasa sunyi senyap. Dan dengan kata-kata ini saya berusaha
menjadi manusia yang selalu bersyukur kepada Allah SWT tak peduli
apa yang sedang aku alami sekarang.
Aku benar-benar
menyadari pada saat genting seperti sekarang seharusnya harus bisa lebih tenang
dan santai dalam melakukan segala hal terutama hati ini, harus lebih hangat
menyambut hari lebih hangat dari pada cahaya mentari ketika dhuha, seharusnya
hati ini lebih santai seperti banyak orang yang happy di pantai, seharusnya
hati ini lebih slowly seperti kebanyakan orang yang lagi bersantai di pulau,
seharusnya hati ini lebih sejuk melebihi sejuknya angin pegunungan dan lebih
suci dan bening melebihi suci dan beningnya embun pagi. Dan melalui kata ini
aku hanya berupaya memetik semua itu tanpa harus mengganggu orang lain, tanpa
harus mengganggu keluargaku, sahabatku atau orang yang saya cintai. Karena aku
sadar betul mereka juga memiliki kesibukan yang lebih daripada kesibukanku yang
sederhana ini.
Ya jika harus aku katakan, sebenarnya aku juga ingin ketika dalam
keadaan seperti ini ada seorang yang kuimpikan datang untuk memberi sedikit teh
manis untuk menemaniku duduk di depan meja kerja mungilku, membangunkanku
ketika mulai kelelahan dan tertidur pulas meninggalkan pekerjaanku, memberitahu
kalau waktu shalat telah tiba, membuatkan aku sarapan pagi dan makan
bersamanya, atau paling tidak menanyakan tentang khabarku yang mulai dalam
keadaan kelelahan. Tapi aku sadari itu memang belum waktunya buatku seperti
itu. Dan untuk saat ini hanya kata-kata inilah yang mampu menemaniku
membayangkan hal yang demikian indahnya.
“Tantangan utama” di
bulan ini akan segera datang dalam beberapa hari lagi, dan aku menyadari betul persiapan
yang telah kupersiapkan masih teramat jauh dari kesempurnaan, ditambah lagi
pikiranku yang saat-saat seperti ini tak bisa kuajak kompromi, meski sudah
kupaksakan untuk kututup lembaran itu paling tidak sampai semua pekerjaan dan
tugasku selesai, namun entahlah hati dan perasaan memang susah sekali diajak
kompromi, lebih sulit daripada sekedar menaklukan harimau atau singa yang buas.
belum selesai dengan satu urusan yang meski kutahan sampai pada waktunya, sudah
datang masalah lama yang mendobrak ketenanganku, menghimpit dada membuat aku
sesak dan sulit sekali keluar dari cengkramannya, kalau boleh kuibaratkan saat
ini saya seperti “berjalan diantara jalan setapak yang licin, disampingnya ada
jurang terjal yang siap menerima jika aku terjatuh, ditambah lagi hujan batu
api yang menghantamku dari atas”. tak usah terlalu dibayangkan semua itu hanya
ibarat. Meski demikian saya tak akan menyerah. Cukup Allah bagiku
Ya cukup Allah bagiku, aku berdoa setiap saat tidak untuk lari dari
setiap masalah yang telah Allah sediakan untuk mengujiku, aku hanya mampu
berdoa kepada Allah untuk memberikan kekuatan dan mengajarkan kepadaku untuk
menyelesaikan semua ujian itu dengan baik tanpa harus mengeluh dan tetap
bersyukur akan segala Karunia dan Kekuasaannya. Tak hanya itu, Kutitipkan doaku
untuk bidadari mungil yang ada disana, yang saat ini mungkin keadaannya lebih
sulit daripadaku, aku titipkan ia pada Allah semoga ia diberikan kekuatan dan
petunjuk untuk menyelesaikan semua ujian yang dihadapinya, aku yakin ia mampu
menyelesaikan semua ujian kehidupan dengan baik dan benar.
Dan sekali lagi hanya dengan kata-kata ini aku mampu memeluk segala
hal termasuk, angin, air, api, tanah, daun, ranting-ranting, sungai, gunung,
lautan, matahari, awan, sahabat, keluarga, seseorang yang kuimpikan kelak, dan
yang pasti Allah tak pernah lepas dari setiap kata yang keluar dari tubuh dan
jiwa milik-Nya ini.
Terimakasih Allah...
0 komentar:
Posting Komentar