“HANYA SEBUAH KEIKHLASAN”
Keikhlasan adalah memberi tanpa harus menerima, memberi cinta tanpa harus meminta cinta, memberi kasih sayang tanpa harus meminta kasih sayang, memberikan segala sesuatu tanpa harus meminta segala sesuatu atau juga tidak meminta meski hanya sedikit sesuatu, memberi tidak selamanya identik dengan menerima, berikanlah segala sesuatu untuk mereka semua tanpa mengharapkan balasan apapun, berikanlah walaupun akhirnya tak mendapatkan apa apa, jadilah orang yang suka memberi sesama, walaupun itu hanya senyuman, memberi di sini tentunya memberi dengan sesuai yang di tuntun oleh Islam biarlah Allah yang akan membalas amalan kita, karena tidak ada yang lebih baik balasannya melainkan Allah semata, kepada-Nya lah kita mengharap balasan atas pemberian kita kepada sesama.
Kita pasti masih ingat akan lagu yang sering kita nyanyikan saat kita masih kecil, “kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia…” (Nyanyiin ya sama nada-mu yg merdu). maka berikanlah segala sesuatu layaknya orang tua kita memberikan apapun untuk kita dan anak-anaknya, memberilah layaknya mentari yang terus bersinar tak henti-hentinya menemani kehidupan kita. Dan semoga saja tiap bait ini hanya menjadi sebuah keikhlasan, amien.
Tentang Ikhlas
Banyak para ulama yang memulai kitab-kitab mereka dengan membahas permasalahan niat (dimana hal ini sangat erat kaitannya dengan keikhlasan), di antaranya Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, Imam Al Maqdisi dalam kitab Umdatul Ahkam, Imam Nawawi dalam kitab Arbain An-Nawawi dan Riyadhus Shalihin-nya, Imam Al Baghowi dalam kitabMasobihis Sunnah serta ulama-ulama lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keikhlasan tersebut. namun, apakah sesungguhnya makna dari ikhlas itu sendiri ?
Sahabatku dan keluargaku yang baik hati, sedikit pemahaman saya tentang ikhlas yakni, keikhlasan adalah ketika kita menjadikan niat kita dalam melakukan suatu amalan hanyalah karena Allah semata, kita melakukannya bukan karena selain Allah, bukan karena riya (ingin dilihat manusia) ataupun sum’ah (ingin didengar manusia), bukan pula karena kita ingin mendapatkan pujian serta kedudukan yang tinggi di antara manusia, dan juga bukan karena kita tidak ingin dicela oleh manusia. Apabila kita melakukan suatu amalan hanya karena Allah semata bukan karena kesemua hal tersebut, maka ketahuilah saudaraku, itu berarti kita telah ikhlas. Fudhail bin Iyadh berkata, “Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amal karena manusia adalah riya.”
Dalam Hal Apa Kita Harus Ikhlas ?
Sebagian dari kita menyangka bahwa yang namanya keikhlasan itu hanya ada dalam perkara-perkara ibadah semata seperti sholat, puasa, zakat, membaca al qur’an, haji dan amal-amal ibadah lainnya. Namun sahabatku dan saudaraku yang manis, ketahuilah bahwa keikhlasan harus ada pula dalam amalan-amalan yang berhubungan dengan muamalah. Ketika kita tersenyum terhadap orang lain, maka kita harus ikhlas. Ketika kita mengunjungi orang lain, maka kita harus ikhlas. Dan tidaklah kita melakukan itu semua kecuali semata-mata karena Allah,
Rasulullah SAW bersabda: “Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau ?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini.” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: “Tidak, hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itu pun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena-Nya.” (HR. Muslim)
Subhanallah ya? tidaklah orang ini mengunjungi saudaranya tersebut kecuali hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Tidakkah kita ingin dicintai oleh Allah SWT?
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu.” (HR Bukhari Muslim)
Jika kita mampu merenungi sabda Rasulallah SAW tersebut ini, bahkan “hanya” dengan sesuap makanan yang seorang suami letakkan di mulut istrinya, apabila dilakukan ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Bagaimana pula jika kita mampu melakukan segala keikhlasan kita pada setiap detak jantung kita dan pada setiap perjalanan kehidupan kita? Sungguh merupakan suatu keberuntungan yang amat sangat besar dan amat teramat luar biasa seandainya kita dapat menghadirkan keikhlasan dalam seluruh kehidupan kita.
Jangan Mengharap “Terima Kasih” dari Seseorang
Entahlah pernah atau tidak saya berbuat demikian namun hal ini penting kita perhatikan ketika kita melakukan perbuatan yang baik kepada orang lain yakni jangan pernah mengharapkan tanda terimakasih kepada kita, apapun yang kita lakukan atau sebaik dan sebanyak apapun perbuatan baik kita kepada orang lain maka janganlah kita mengharapkan “terima kasih” dari seseorang tersebut.
Cobalah kita perhatikan pada kehidupan kita, dan kita tak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah terkejut, bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri yakni Allah SWT Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda. ( La Tahzan, DR ‘Aidh Al-Qarni, hal 12 )
Inilah tulisan yang tanpa sengaja aku temukan di internet ketika itu bisa membuat aku manangis. Tatkala hati sedang gundah, pikiran tak karuan dikarenakan pikiran negatifku yang beranggapan bahwa seseorang yang menurutku sangat menjadi prioritas dalam perhatianku, seseorang yang menurutku manjadi segalanya (menurut anggapan keliruku) tak berkenan ada ketika aku membutuhkanya, dan mudah mempermasalahkan hal-hal yang menurutku tak perlu dipermasalahkan, menurut Logika negatifku ia hanya baik ketika ia membutuhkan aku, tapi begitu ia tak membutuhkan aku ia seakan-akan membenciku dan menjauh dariku. Ketika perasaan kacau, ketika pekerjaaku teracuni olenya yang mengakibatkan sikapkupun tak seperti biasa, seseorang sahabatku, mengajarkan arti keikhlasan kepadaku. Ia berkata “Jika kita berharap pada manusia maka suatu saat kita pasti akan kecewa, maka barharaplah sesuatu hanya pada Allah maka kita tidak akan pernah kecewa”. DR ‘ Aidh Al-Qorni yaitu La Tahzan. Subhanalloh ketika membacanya seolah-olah aku mendapat obat atas segala sakit yang ada pada hatiku. Aku mendapat teguran-teguran yang dapat mengembalikan semangatku. Aku mandapatkan makna dari sebuah keikhlasan hati. Ternyata selama ini segala sesuatu yang aku lakukan untuk “nya” adalah penuh harap dan pamrih akan balasan kebaikan darinya. Setelah aku merenungi ternyata benar jika kita berbuat baik niatilah karena Allah, maka kita tidak akan kecewa jika seseorang yang telah kita tolong tidak membalas kebaikan kita bahkan kitapun tetap tersenyum manakala seseorang yang telah kita tolong atu orang yang kita cintai meninggalkan kita atau bahkan berbalik membenci kita. Allah akan membalas segala kebaikan kita tanpa harus melalui seseorang yang kita tolong. Dan Yakinlah Bahwa Allah Maha Bijaksana.
Dan seandainya kita pernah dalam kondisi seperti itu maka yang harus kita sampaikan adalah permohonan maaf kita pada sahabat kita begitupun saya ingin saya sampaikan pada sahabat kehidupanku Maafkanlah jika pernah terjadi segala pikiran dan logika negatifku akanmu Semoga Allah senantiasa memberikan hikmah dari setiap ketetapan-Nya pada kita Agar kita menjadi hamba yang selalu mandapat petunjuk-Nya Amiin, dan Terimakasih untuk semua sahabatku yang selalu mengulurkan tanganya ketika saya jatuh, Semoga Allah akan mengabadikan persaudaraan kita hingga kita berada di alam yang tanpa batasan waktu dan mengumpulkan kita ditempat orang-orang yang baik di syurga-Nya nanti amin.
Suatu saat adakalanya kita merasakan waktu dan tempat terasa sempit kecuali suatu tempat dari Rahmat Allah SWT yang menguasai setiap hati manusia, betapapun kerasnya hati itu, dengan kekuasanya-Nya Ia dapat meluluhkan hati siapapun, sehingga waktu dan tempat itu terasa begitu lapang untuk kita yang bisa menghargai diri mereka sendiri, untuk mereka yang tulus bersahabat karena Allah, bukan karena harta, pangkat dan lainnya, maka ijinkan saya sekedar menganggap diri saya penting bagi kalian saudaraku dan sahabatku dan kepada semua saudara seiman yg ikhlas berteman karena Allah semoga diberikan kebaikan, karena-Nya lah kita bertemu, dan karena-Nya lah kita berpisah, sehinngga setiap waktu dan tempat itu terasa begitu lapang karena suatu hal yang sangat penting untuk kita pahami, bahwa hidup adalah untuk mempersembahkan yang terbaik, terbaik bagi dunia dan terbaik bagi akhirat kita semua semoga dapat menjadi bahan renungan bagi kita bersama, tak penting kapan kehidupan kita berakhir maka lakukanlah perbuatan yang baik dan terus berusaha untuk melakukan yang baik dengan segala keikhlasan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Ibnu Mas’ud RA berkata, “Perkataan dan perbuatan seorang hamba tidak akan bermanfaat kecuali dengan niat (ikhlas), dan tidaklah akan bermanfaat pula perkataan, perbuatan dan niat seorang hamba kecuali yang sesuai dengan sunnah (mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam)
Semoga saja keabadian kasih sayang dan cinta kita kepada siapapun itu selalu menemani sepi yang kerap menyap hati, mematri kasih hanya untuk sampai di penghujung waktu ajal terjemput menghadang langkah letih kehidupan kita yang senantiasa diselimuti senyuman keikhlasan, perjalanan ini panjang untuk kita tempuhi diatas pilar yang terjaga mari kita bergandeng berjalan bersama mengisi beranda kehidupan kita dengan sulaman cinta penuh warna kasih mesra dalam suka ataupun duka dan selalu terselimuti bulir_bulir keikhlasan dari kedalaman jiwa kita dan beralas tilam kesabaran dari ranting hati dan senantiasa kita merunduk dalam getar simpuh menderma baitan lafadz do’a kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Indah Pemilik Segala Keindahan, bersyukur hingga hari esok datang menjelang dan semoga cinta ini tak henti bersemi diatas lempung kesabaran tak bosan mengiring keikhlasan tak jua beranjak disaat itu, sekarang hingga hembusan nafas terakhir maka kini kupinta kepada Allah, Wahai Penilam Cahaya Kasihku, berikanlah kami kesabaran dan keikhlasan demi meraih keridhaan-Mu tuhan-Ku.
Pondok Mungil
Alye_bae geh…
Berbagai sumber..