Sabtu, 29 November 2014

Teori Behavioristik B.F Skinner (Operant Conditioning)





Teori Behavioristik B.F Skinner (Operant Conditioning)

Telah diketahui sejak lama, bahwa pada umumnya manusia lebih memilih utnuk melakukan sesuatu yang memiliki konsekuensi/akibat menyenangkan dan menghindari melakukan hal-hal yang dapat mendatangkan akibat/konsekuensi hukuman. Dua orang ahli psikologi yang mempengeruhi pandangan Skinner sebagai seorang ahli psikologi (Behavioris) adalah Edward L. Thorndike dan John B. Watson.
Edward L. Thorndike adalah seorang ahli psikologi pertama yang secara sistematik mempelajari akibat dari tingkah laku. Dalam studinya, Edward menggunakan binatang baru kemudian manusia. Edward mengamati bahwa dalam proses pembelajaran akan lebih banyak diserap/didapatkan karena pengaruh dari efek mengikuti suatu respon. Pengamatan ini pun disebut sebagai Law of Effect. Skinner mengakui bahwa Law of Effect berperan penting terhadap kontrol dari tingkah laku. Skinner juga setuju kepada Thorndike bahwa dalam pembentukan perilaku manusia, efek terhadap penghadiahan lebih dapat diprediksi dibanding efek terhadap pemberian hukuman.
 Selanjutnya adalah John B. Watson, John B. Watson mempelajari binatang dan manusia dalam studi psikologinya. Dan yakin bahwa kesadaran dan introspeksi (mawas diri) tidak memainkan peran dalam pembelajaran ilmiah terhadap perilaku manusia.  Dalam Psychology as the Behaviorist Views, Watson berpendapat bahwa perilaku manusia sama dengan hewan dan mesin, yang dapat dipelajari secara objektif. Ia tidak hanya mematahkan kesadaran dan introspeksi, tetapi juga gagasan terhadap naluri, sensasi, persepsi, motivasi, bagian mental/kejiwaan, pikiran, dan perumpamaan/perbandingan. Watson juga berpendapat bahwa tujuan dari psikologi adalah prediksi dan kontrol terhadap tingkah laku. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan membatasi psikologi kepada suatu pembelajaran objektif terhadap bentuk kebiasaan melalui stimulus-response connections. Dan seperti halnya Thorndike dan Watson, Skinner menegaskan bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara ilmiah. Scientific Behaviorism yang dianut Skinner berpegang teguh bahwa perilaku akan jauh lebih baik dipelajari tanpa referensi mengenai keinginan, naluri, dan motivasi. Scientific Behaviorism menghargai interpretasi terhadap tingkah laku tetapi bukan penjelasan mengenai penyebabnya.
Skinner mengembangkan behaviorisme dengan menciptakan dan mengembangkan teori operant conditioning. Kunci dari pemahaman operant conditioning ini adalah reinforcement (penguatan) langsung terhadap respon. Reinforcement yang berkesinambungan dapat meningkatkan kemungkinan perilaku yang sama itu muncul lagi. Dalam operant conditioning frekuensi pemberian reinforcement selalu diubah atau diganti. Reinforcement tidak menyebabkan timbulnya sebuah kebiasaan akan tetapi meningkatkan kemungkinan sebuah perilaku akan diulang kembali. Di dalam operant conditioning terdapat prinsip-prinsip utama bagaimana seseorang beajar perilaku baru atau belajar perilaku yang ada, prinsip-prinsip utama tersebut adalah shaping (pembentukan), reinforcement (penguatan), punishment (hukuman), extinction (penghapusan), generalization (generalisasi) dan discrimination (pembedaan) . 
1.                       Shaping (Pembentukan)
Dalam metode Shaping (Pembentukan), seorang pengajar (pemberi stimulus) memulai pembelajaran (pemberian stimulus) dengan penguatan kembali suatu respon yang dapat dilakukan oleh  pembelajar (pemberi respon) dengan mudah, dan secara berangsur-angsur ditambah tingkat kesulitan respon yang dibutuhkan. Sebagai contoh, pakar psikologi telah menggunakan metode shaping (pembetukan) ini untuk mengajarkan kemampuan berbicara kepada anak-anak dengan keterbelakangan mental yang parah, dimana pertama-pertama, para pakar psikologi memberikan hadiah pada suara apapun yang mereka dengar dari anak-anak tersebut, dan kemudian secara berangsur-angsur menuntut suara yang semakin menyerupai kata-kata gurunya.
2.                       Reinforcement (Penguatan)
Reinforcement (Penguatan) merupakan proses yang memperkuat perilaku, yaitu memperbesar kesempatan agar perilaku yang sama tidak terjadi lagi. memiliki 2 efek, yaitu menguatkan perilaku dan memberikan penghargaan kepada pelaku. Reinforcement dan reward tidak sama, karena tidak semua perilaku reinforcement merupakan rewarding (penghadiahan) atau pleasing (pemuasan) kepada seseorang. Ada dua kategori reinforcement (penguatan) yaitu Positive Reinforcement (Penguatan Positif) dan Negative Reinforcement (Penguatan Negatif) :
·  Positive Reinforcement (Penguatan Positif) adalah sebuah stimulus yang hasil/respon dari pemberian stimulusnya bergantung pada kondisi dan situasi. Penguatan positif merupakan cara yang efektif dalam mengendalikan perilakui baik hewan ataupun manusia serta dapat memperkuat perilaku baik yang dinginkan ataupun tidak diinginkan. Sebagai contoh, anak-anak kemungkinan mau bekerja keras di rumah maupun di sekolah karena penghargaan yang mereka terima dari orang tua maupun guru mereka karena hasil kerja mereka yang bagus.
·  Negative Reinforcement (Penguatan Negatif) adalah metode meningkatkan perilaku dengan cara menghilangkan atau mengalihkan aversive stimulus (stimulus yang tidak menyenangkan). Ada dua tipe penguatan negatif, yaitu mengatasi dan menghindari. Pada tipe mengatasi, seseorang melakukan perilaku khusus mengarah pada menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan. Contohnya, seseorang yang terbiasa belajar dalam ketenangandan kesunyian tiba-tiba mendengar suara radio yang keras dan mengganggu proses belajarnya. Maka yang dilakukan orang tersebut dapat pindah ke tempat lain atau mematikan radio tersebut.
3.                       Punishment
Apabila reinforcement memperkuat perilaku, Punishment atau hukuman menghentikan perilaku dengan menghadirkan aversive stimulus (pemberian stimulus yang tidak menyenangkan) yang dapat berupa menghukum dengan mencubit, dan sebagainya.  Skinner menyetujui pendapat Thorndike bahwa efek dari punishment lebih sulit diprediksi daripada reward. Salah satu efek dari punishment adalah suppress behavior (perilaku  tertekan) pada seseorang yang diberi hukuman, yang dapat menyebabkan orang tersebut menjadi sangat menderita, marah, agresif, atau reaksi emosional negatif lainnya. bahkan mereka mungkin menyembunyikan bukti-bukti perilaku salah mereka atau melarikan diri dari situasi buruknya. Ada dua tipe punishment (hukuman), yaitu :
·  Positive punishment (hukuman positif), meliputi mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus yang tidak menyenangkan jika perilaku itu terjadi. Sebagai Contoh, Orang tua menggunakan hukuman positif ketika mereka memarahi anak karena perilaku yang buruk, dan juga masyarakat dan aparat keamanan menggunakan hukuman positif ketika mereka menahan atau memenjarakan seseorang yang melanggar hukum.
·  Negative punishment (hukuman negatif) atau disebut juga peniadaan, meliputi mengurangi perilaku dengan menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika perilaku terjadi. Salah satu contohnya adalah taktik orang tua yang membatasi gerakan anaknya atau mencabut beberapa hak istimewanya karena perilaku anaknya yang buruk.
Untuk menghindari supress behavior serta bebagai reaksi emosional negatif lainnya, banyak pakar psikologi yang merekomendasikan bahwa hukuman hanya boleh dilakukan untuk mengontrol perilaku ketika tidak ada alternatif lain yang lebih realistis.
4.                       Extinction (Penghapusan/Eliminasi Kondisi)
Di dalam operant conditioning, extinction (eliminasi kondisi) merupakan eliminasi dari perilaku yang dipelajari dengan menghentikan penguat dari perilaku tersebut. Dan pada manusia, menarik kembali penguat akan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, orang tua seringkali memberikan reinforcement negatif sifat marah anak-anak muda dengan memberinya perhatian. Jika orang tua mengabaikan saja kemarahan anak-anak dengan lebih memberikannya hadiah berupa perhatian tersebut, frekuensi kemarahan dari anak-anak tersebut seharusnya secara berangsur-angsur akan berkurang. Extinction jarang diaplikasikan secara sistematis untuk terapi perilaku manusia atau modifikasi perilaku.
5.                       Generalization (Generalisasi)
Generalization (Generalisasi) dalam operant conditioning nyaris sama dengan yang terjadi dalam classical conditioning. Pada generalisasi, suatu perilaku yang telah dipelajari seseorang dalam sebuah situasi akan dilakukan lagi dalam kesempatan lain namun tetap dalam situasi yang sama. Salah satu contoh generalisasi adalah seseorang yang diberi hadiah dengan tertawa atas ceritanya yang lucu di suatu bar akan mengulang cerita yang sama di retoran, pesta, atau resepsi pernikahan.  
6.                       Discrimination (Diskriminasi)
Seperti halnya generalisasi, Discrimination (Diskriminasi) dalam operant conditioning nyaris sama dengan yang terjadi dalam classical conditioning. Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi namun tidak dalam situasi lain.
Sebagai contoh, Seseorang akan belajar bahwa menceritakan leluconnya di dalam gereja atau dalam situasi bisnis yang memerlukan keseriusan tidak akan membuat orang tertawa. Stimuli diskriminatif memberikan peringatan bahwa suatu perilaku sepertinya diperkuat negatif. Orang tersebut akan belajar menceritakan leluconnya hanya ketika ia berada pada situasi yang riuh dan banyak orang (stimulus diskriminatif).
Penerapan Teori Behavioristik B.F. Skinner (Operant Conditioning)
Belajar ketika perilaku akan dan tidak akan diperkuat merupakan bagian penting dari operant conditioning. Operant conditioning memiliki manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat mengontrol dan memperkuat perilaku anak-anaknya agar sesuai dengan nilai moral dan norma dengan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak sesuai, serta menggunakan positive reinforcement untuk memperkuat perilaku yang sesuai . Di dalam kelas, guru memperkuat kemampuan akademik yang bagus dengan teknik positive reinforcement yaitu dengan memberi sedikit hadiah atau hak-hak tertentu sebagai bentuk penghargaan terhadap apa yang telah diperoleh siswa.
Perusahaan menggunakan hadiah atau bonus untuk memperbaiki kehadiran, produktivitas, dan keselamatan kerja bagi para pekerjanya. Pakar psikologi menggunakan prinsip-prinsip belajar operant conditioning untuk merawat anak-anak atau orang dewasa yang memiliki kelainan.  Pakar psikologi juga menggunakan teknik operant conditioning untuk merawat kecenderungan bunuh diri, kelainan seksual, permasalahan perkawinan, kecanduan obat terlarang, perilaku konsumtif, kelainan perilaku dalam makan, dan masalah lainnya
Sumber:
ü     Jess Feist and Gregory J. Feist.Theories of Personality. New York: McGraw Hill. 
ü     L. Atkinson,Rita, Richard C. Atkinson.1983. Pengantar Psikologi. Jakarta:Erlangga


alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*