Senin, 21 Januari 2013

Pilar Penyangga Keluarga Islami




Pilar Penyangga Keluarga Islami
Mayoritas manusia tentu mendambakan kebahagiaan, menanti ketentraman dan ketanangan jiwa. Tentu pula semua menghindari dari berbagai pemicu gundah gulana dan kegelisahan. Terlebih dalam lingkngan keluarga. Ingatlah semua ini tak akan terwujud kecuali dengan iman kepada Allah, tawakal dan mengembalikan semua masalah kepadaNya, disamping melakukan berbagai usaha yang sesuai dengan syari'at.
Pentingnya keharmonisan keluarga yang paling berpengaruh buat pribadi dan masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran. Allah dengan hikmahNya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia untuk menetap dan tinggal dengan tentram di dalamnya. FirmanNya: "dan diantara tanda-tanda kekuasanNya adalah Dia mencipatakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan diajadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar Rum: 21)
Ya.supaya engkau cenderung dan merasa tentram kepadanya (Allah tidak mengatakan: 'supaya kamu tinggal bersamanya'). Ini menegaskan makna tenang dalam perangai dan jiwa serta menekankan wujudnya kedamaian dalam berbagai bentuknya.
Maka suami istri akan mendapatkan ketenangan pada pasangannya di kala datang kegelisahan dan mendapati kelapangan di saat dihampiri kesempitan. Sesungguhnya pilar hubungan suami istri adalah kekerabatan dan pershabatan yang terpancang di atas cinta dan kasih sayang. Hubungan yang mendalam dan lekat ini mirip dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri. Al Qur'an menjelaskan: "Mereka itu pakaian bagimu dan kamu pun pakaian baginya." (Al Baqarah: 187)
Terlebih lagi ketika mengingat apa yang dipersiapkan bagi hubungan ini misalnya; penddidikan anak dan jaminan kehidupan, yang tentu saja tak akan terbentuk kecuali dalam atmosfir keibuan yang lembut dan kebapakan yang semangat dan serius. Adakah di sana komunitas yang lebih bersih dari suasana hubungan yang mulia ini?
Faktor pertama dan terpenting adalah iman kepada Allah dan hari akhir, takut kepada Dzat Yang memperhatikan segala yang tersembunyi serta senantiasa bertaqwa dan bermuraqabbah (merasa diawasi oleh Allah) lalu menjauh dari kedhaliman dan kekeliruan di dalam mencari kebenaran.
"Demikian diberi pengajaran dengan itu, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia kan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia kan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya." (Ath Thalaq: 2-3)
Di antara yang menguatkan tali iman yaitu bersungguh-sungguh dan serius dalam ibadah serta saling ingat-mengingatkan. Perhatikan sabda Rasululloh: "Semoga Allah merahmati suami yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula istrinya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati istri yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula suaminya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasa'i, Ibnu Majah).
Hubungan suami istri bukanlah hubungan duniawi atau nafsu hewani namun berupa interaksi jiwa yang luhur. Jadi ketika hubungan itu shahih maka dapat berlanjut ke kehidupan akhirat kelak. FirmanNya: "Yaitu surga 'Adn yang mereka itu masuk di dalamnya bersama-sama orang yang shaleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya." (Ar Ra'du: 23)
Termasuk yang mengokohkan hal ini adalah pergaulan yang baik. Ini tidak akan tercipta kecuali jika keduanya saling mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.
Mencari kesempurnaan dalam keluarga dan anggotanya adalah hal mustahil dan merasa frustasi dalam usaha melakukan penyempurnan setiap sifat mereka atau yang lainnya termasuk sia-sia juga.
Seorang suami dituntut untuk lebih bisa bersabar ketimbang istrinya, dimana istri itu lemah secara fisik atau pribadinya. Jika ia dituntut untuk melakukan segala sesuatu maka ia akan buntu.
Teralalu berlebih dalam meluruskannya berarti membengkokkannya dan membengkokkannya berarti menceraikannya. Rasululloh bersabda: "Nasehatilah wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk dan bagian yang bengkok dari rusuk adalah bagian atasnya. Seandainya kamu luruskan maka berarti akan mematahkannya. Dan seandainya kamu biarkan maka akan terus saja bengkok, untuk itu nasehatilah dengan baik." (HR. Bukhari, Muslim)
Jadi kelemahan wanita sudah ada sejak diciptakan, jadi bersabarlah untuk menghadapinya. Seorang suami seyogyanya tidak terus-menerus mengingat apa yang menjadi bahan kesempitan keluarganya, alihkan pada beberapa sisi kekurangan mereka. Dan perhatikan sisi kebaikan niscaya akan banyak sekali.
Dalam hal ini maka berperilakulah lemah lembut. Sebab jika ia sudah melihat sebagian yang dibencinya maka tidak tahu lagi dimana sumber-sumber kebahagiaan itu berada. Allah berfirman;"Dan bergaullah bersama mereka dengan patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikannya kebaikan yang banyak." (An Nisa': 19)
Apabila tidak begitu lalu bagaimana mungkin akan tercipta ketentraman, kedamaian dan cinta kasih itu: jika pemimpin keluarga itu sendiri berperangai keras, jelek pergaulannya, sempit wawasannya, dungu, terburu-buru, tidak pemaaf, pemarah, jika masuk terlalu banyak mengungkit-ungkit kebaikan dan jika keluar selalu berburuk sangka.
Padahal sudah dimaklumi bahwa interaksi yang baik dan sumber kebahagiaan itu tidaklah tercipta kecuali dengan kelembutan dan menjauhakan diri dari prasangka yang tak beralasan. Dan kecemburuan terkadang berubah menjadi prasangka buruk yang menggiringnya untuk senantiasa menyalah tafsirkan omongan dan meragukan segala tingkah laku. Ini tentu akan membikin hidup terasa sempit dan gelisah dengan tanpa alasan yang jelas dan benar.
Kebahagiaan, cinta dan kasih sayang tidaklah sempurna kecuali ketika istri mengetahui kewajiban dan tiada melalaikannya. Berbakti kepada suami sebagai pemimpin, pelindung, penjaga dan pemberi nafkah. Taat kepadanya, menjaga dirinya sebagi istri dan harta suami. Demikian pula menguasai tugas istri dan mengerjakannya serta memperhatikan diri dan rumahnya.
Inilah istri shalihah sekaligus ibu yang penuh kasih sayang, pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Juga mengakui kecakapan suami dan tiada mengingkari kebaikannya. Untuk itu seyogyanya memaafkan kekeliruan dan mangabaikan kekhilafan. Jangan berperilaku jelek ketika suami hadir dan jangan mengkhianati ketika ia pergi.
Dengan ini sudah barang tentu akan tercapai saling meridhai, akan langgeng hubungan, mesra, cinta dan kasih sayang. Dalam hadits: "Perempuan mana yang meninggal dan suaminya ridha kepadanya maka ia masuk surga." (HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu Majah)
Maka bertaqwalah wahai kaum muslimin! Ketahuilah bahwa dengan dicapainya keharmonisan akan tersebarlah semerbak kebahagiaan dan tercipta suasana yang kondusif bagi tarbiyah.
Selain itu tumbuh pula kehidupan di rumah yang mulia dengan dipenuhi cinta kasih dan saling pengertian anatar sifat keibuan yang penuh kasih sayang dan kebapakan yang tegas, jauh dari cekcok, perselisihan dan saling mendhalimi satu sama lain. Juga tak ada permusuhan dan saling menyakiti.
Lurusnya keluarga menjadi media untuk menciptakan keamanan masyarakat. Bagaimana bisa aman bila ikatan keluarga telah amburadul. Padahal Allah memberi kenikmatan ini yaitu kenikmatan kerukunan keluarga, kemesraan dan keharmonisannya.
Hubungan suami istri yang sangat solid dan fungsinya sebagai orang tua di tambah anak-anaknya yang tumbuh dalam asuhan mereka, merupakan gambaran umat terkini dan masa depan. Karena itu ketika setan berhasil menceraikan hubungan keluarga dia tidak sekadar menggoncangkan sebuah keluarga namun juga menjerumuskan masyarakat seluruhnya ke dalam kebobrokan yang merajalela. Realita sekarang menjadi bukti.
Semoga Allah merahmati pria yang perilakunya terpuji, baik hatinya, pandai bergaul (terhadap keluarga), lemah lembut, pengasih, penyayang, tekun, tidak berlebihan dan tiada lalai dengan kewajibannya. Semoga Allah merahmati pula wanita yang tidak mencari-cari kekeliruan, tidak cerewet, shalihah, taat dan memelihara dirinya ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memeliharanya.
Bertaqwalah wahai kaum muslimin, wahai suami istri. Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaaya akan dimudahkan urusannya. (Syeikh Shalih bin Abdullah bin Al Humaid).
Sumber: Dari berbagai sumber : dudung.net

Gangguan Perilaku




Gangguan Perilaku
PENDAHULUAN
Setiap orang  dalam sebuah masyarakat diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan standar perilaku tertentu.  Norma-norma perubahan perilaku  pada saat  anak-anak tumbuh dan berkembang  melalui berbagai tahap kehidupan mereka. Perilaku-perilaku  tertentu, seperti mengkomunikasikan  rasa lapar  melalui  tangisan, mungkin cocok untuk usia tertentu  misalnya bayi  tetapi tidak untuk semua (misalnya, masa remaja). Sebuah masyarakat memberikan norma-norma tingkah laku untuk berbagai tahap perkembangan dan untuk lingkungan-  lingkungan yang spesifik.  Misalnya, anak-anak diharapkan secara umum tenang, tertib, kooperatif, dan penuhperhatian  saat  belajar di sekolah. Anak-anak diharapkan untuk mencintai, membantu dan taat kepada orangtua mereka di rumah. Anak-anak yang perilakunya tidak konsisten dengan harapan masyarakat cenderung dianggap mengalami masalah.. Ganngguan perilaku terkait juga dengan ganngguan Emosi, ganggua perilaku  atau perilaku  abnormal.

Definisi
Menurut CCBD (Council for Children with Behavioral Disorders), gangguan emosi dan tingkah laku adalah ketidakmampuan yang ditandai dengan merespon perilaku dan emosional sangat tidak sesuai dengan usia, budaya atau norma-norma etnis yang berdampak buruk secara nyata pada pendidikannya. Pendidikan disini meliputi kemampuan akademis sosial, keterampilan dan kepribadian.
Klasifikasi  Gangguan  Perlaku
1.Perilaku Agresif
Sangat Perusak, Sikap Cari Perhatian Yang Berlebihan Dan Juga Pemarah.
2. Perilaku Antisosial
Penolakan Terhadap Nilai-Nilai Umum Dan Sosial, Tetapi Menerima Nilai-Nilai Dan Aturan Sesama Teman Kelompok, Melakukan Pelanggaran Disekolah, Penyalahgunaan Obat-Obatan.
3. Kecemasan/Menarik Diri
Kesadaran Diri Yang Berlebihan, Menyamaratakan Perasaan, Ketakutan, Kecemasan Yang Tinggi, Depresi Yang Dalam, Terlalu Sensitif Dan Mudah Sekali Malu.
Lima Tips untuk Menghilangkan Gangguannya
Ada berbagai jenis gangguan kecemasan, tetapi karakteristik utama yang mendasarinya adalah karena pemikiran yang tidak rasional, khawatir dan ketakutan berlebihan. Serangan kegelisahan dan kepanikan terjadi secara acak dan sering timbul bagi mereka yang menderita atau mempunyai masalah gangguan kecemasan. Ketika gangguan kecemasan terjadi, maka menyebabkan sakit kepala, mual, tremor dan ketakutan irasional dan gugup.
Ada pemicu yang berbeda untuk berbagai jenis gangguan kecemasan, tapi di sini ada 5 tips untuk membantu Anda mengatasi serangan kegelisahan dan kepanikan yang akan terjadi.
Belajarlah untuk Santai. Teknik relaksasi dapat membantu Anda untuk mengurangi efek dari gejala serangan kegelisahan dan kepanikan, seperti sakit kepala dan berkeringat. Dengan berkonsentrasi pada diri sendiri dan menghalangi semua emosi negatif dan lingkungan di sekitar Anda, Anda dapat merilekskan tubuh dan bernapas. Hal ini akan mengurangi intensitas gejala, tetapi tidak boleh digunakan sebagai alternatif dari perawatan medis yang tepat.Mendekatkan diri kepada Allah juga sangat membantu Anda untuk bersantai, biasakan untuk melakukannya di pagi hari atau di malam hari. Ini akan membantu Anda belajar untuk menenangkan tubuh dan pikiran. Juga, sisihkan waktu untuk diri sendiri untuk beristirahat dan bersantai setiap hari, dan ini akan mengurangi  stres dan ketegangan dari pekerjaan atau kehidupan.
Carilah Perawatan Tepat. Ada berbagai perawatan yang tersedia untuk gangguan kecemasan, dan sangat penting untuk memilih perawatan yang benar dan efektif dengan melakukan perawatan yang berbeda untuk jenis yang berbeda. Obat dapat membatasi gejala-gejala, tetapi bukan obat cepat yang memiliki banyak efek samping yang sering lebih parah. Terapi kognitif dan perilaku lebih cocok karena membantu Anda mentoleransi dengan penyebab serangan kecemasan, dan akan membantu Anda untuk mengatasi gangguan Anda.
Ubah Gaya Hidup Anda . Ambil latihan setidaknya dua kali seminggu, untuk membantu Anda mendapatkan tubuh bugar kembali. Ada banyak bentuk latihan, dan sebagai saran mungkin termasuk jalan cepat atau berenang. Diet Anda juga memainkan bagian besar, dan Anda harus mencoba untuk menjaga diet seimbang. Kurangi makanan olahan dan makanan ringan tinggi gula. Zat-zat seperti alkohol, rokok dan kafein juga sangat tidak disarankan karena mereka bertindak sebagai stimulan atau depresan, dan dapat memicu serangan kegelisahan Anda. Jika Anda merasa bahwa pekerjaan Anda terlalu stres, coba ubah ke salah satu yang lebih santai sebagai gantinya. Ingat, kesehatan Anda adalah kekayaan.
Mencari Dukungan. Memendam emosi adalah tidak sehat, dari itu dianjurkan bahwa Anda berbagi emosi dan pengalaman Anda dengan teman dan keluarga. Berbagi dengan mereka tentang masalah Anda, dan menceritakan bagaimana Anda akan mencoba mengatasi dan memulihkan masalah yang sedang Anda hadapi. Mereka mungkin memiliki saran yang berharga, setidaknya, mereka dapat membantu untuk mendukung Anda secara emosional. Dukungan kelompok dan konseling profesional juga menjadi alternatif. Berbicara tentang kecemasan Anda juga akan membantu Anda untuk menerima keadaan, dan memahami dengan lebih baik penyebab serangan kecemasan Anda.
Self Monitoring. Luangkan waktu untuk bersantai dan bersantai, dan pastikan tubuh dan pikiran Anda tenang. Buatlah daftar penyebab serangan kegelisahan/kepanikan Anda, dan mencoba untuk mengidentifikasi apa yang memicunya. Setelah Anda melakukan itu, Anda dapat mencari solusi yang tepat, apakah itu menghadapi masalah atau cukup menghindari.
4. Gangguan Pemusatan Perhatian
Sikap Yang Sering Bingung, Konsentrasi Jelek Dan Impulsif.
5. Gangguan Gerak
Gelisah, Ketidakmampuan Untuk Tenang, Tingkat Tekanan Tinggi Dan Sangat Banyak Bicara.
6. Perilaku Psikotik
Mengungkapkan Ide-Ide Yang Aneh, Bicara Diulang-Ulang, Tidak Sensitif, Memperlihatkan Sifat Aneh.
Menurut Elizabeth B. Hurlock ada tiga ciri perilaku abnormal, yaitu sebagai berikut:
1.  Manic Syndrome
Gejala ini ditandai dengan  ketidakmampuan seseorang dalam mengenali perubahan personality. Ia tidak dapat membedakan mana dirinya ketika ia sedih atau ketika ia sedang bahagia. Selain itu, ketidakmampuan ini pun terlihat dari gejala perubahan fisik maupun usia, tetapi kepribadiannya tidak berkembang. Mereka yang termasuk kedalam individu abnormal sering kali dikuasai oleh halusinasi. Seolah mereka mempunyai dunia sendiri, aktivitas merekapun sangat tidak dimengerti oleh orang-orang biasa. Gejala halusinasi ini kemudian diikuti oleh perlaku lainnya, seperti berbicara sendiri, banyak bicara, over aktif, juga menjadi tidak sabar. Adapun ciri lain dari Manic Syndrom dalam individu abnormal adalah tidak memiliki dorongan seksual. Mereka sama sekali pasif terhadap lawan jenis, bahkan terkadang mereka menganggapnya sebagai individu yang sama.
2. Psychopathic Personality
Dalam gejala Psichopathic Personality, seseorang yang dikatakan abnormal biasanya memiliki ego yang sangat tinggi. Mereka tidak mau tahu (karena memang mereka tidak mengerti) apapun tentang keadaan orang lain, yang terpenting bagi mereka adalah kepuasan terhadap ego.
Saat sedang tertawa dan bahagia, beberapa detik atau menit kemudian tiba-tiba menangis dan bersedih. Mungkin gejala perubahan emosi ini dipengaruhi pula oleh halusinasi. Mereka pun tidak jarang mengekspresikankan perasaan mereka, seperti cinta, marah, bahagia, sedih, atau takut dengan bentuk-bentuk perilaku yang sulit dikendalikan.
3.  Deliquen Personality
Gejala ini ditampilkan dengan sikap pertahanan diri yang sangat kuat. Mereka yang abnormal seringkali mengunci diri dalam lingkungan yang sepi dan sendiri. Mereka seolah tidak ingin ada serangan yang datang terhadap dirinya sehingga mereka selalu mempertahankan diri atau membuat benteng pertahanan terhadap segala hal yang ada.
Gejala lain yang ditunjukkan adalah hiper-sensitif. Mereka dengan sangat cepat mengekspresikan rasa sedih, marah, takut, atau senang dengan hal-hal yang oleh orang normal biasa-biasa saja. Gejala hiper-sensitif inilah yang perlu diperhatikan ketika invidu abnormal berhubungan dengan orang lain, bisa-bisa terjadi pertengkaran karena yang satu tidak mengetahui dan memahami yang lainnya.
Bentuk lain dari Deliquen Personality adalah ketidakmampuan menurut terhadap peraturan yang disebut juga Diciplin Problems. Baik itu masalah kedisplinan yang berkaitan dengan aturan yang di rumah, ataupun di lingkungan masyarakat.

Pendekatan-Pendekatan Teoritis  Gangguan Emosi Dan Prilaku
A. Pendekatan Biomedis
Pendekatan Ini Berusaha Untuk Menerangkan Gangguan Emosi Dan Tingkah Laku Dari Sudut Pandang Kedokteran.. Strategi Penanganan Yang Ditekankan Dalam Pendekatan Ini Yaitu Penggunaan Obat Dan Penanganan Medis Lainnya seperti pemberian  Obat penenang, contohnya antidepressant, antihistamines, Benzodiazepines. Efek samping pemberian obat dalam jangka panjang yaitu ketergantungan dan gangguan saraf.
B. Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan Ini Menitikberatkan Pada Kehidupan Psikologis. Berusaha Memahami Dan Memecahkan Kesulitan-Kesulitan Yang Difokuskan Pada Penyebab-Penyebab Hambatan Pendekatan Ini Juga Terapi Untuk Merubah Sikap Negatif  Ke Arah Yang Lebih Positif. Ini Dilakukan Oleh Psikiater, Psikolog, Konselor Dan Sejenisnya.
C. Pendekatan Perilaku
Pendekatan Ini Berusaha Untuk Mengubah Perilaku Yang Merupakan Problematika Secara Sosial Dan Personal . Tujuannya Adalah Menghilangkan Perilaku Negatif Dan Menggantinya Dengan Perilaku Yang Lebih Layak Secara Sosial.
D. Pendekatan Pendidikan
Jarang Ditemukan Seorang  Dengan Gangguan Emosional Dan Tingkah Laku Mendapat Prestasi Baik Secara Akademis. Mereka Biasanya Tidak Mampu Berkonsentrasi Dan Mengatur Pembelajaran Diri Mereka.
Sebaliknya, Penanganan Pembelajaran Yang Dapat Membantu penderita Berhasil Secara Akademis Mungkin Berdampak Pada Kehidupan Emosi Dan Sikapnya. Suasana pendidikan Yang Baik Dapat Benar-Benar Menjadi Lingkungan Terapis.
e. Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi menekankan perlunya pemahaman pemderita ke dalam konteks kehidupan mereka secara total. Pendekatan ini juga menekankan perlunya membantu penderita  yang mengalami hambatan harus dilakukan melalui usaha-usaha kolaborasi keluarga, sekolah, teman dan masyarakat.

Terapi/ Penanganan
Teknik relaksasi yang sistematis pada bagian tubuh, seperti meditasi dan yoga.
Cognitive behavioral therapy Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah suatu pendekatan psikoterapi dengan bicara. CBT   untuk memecahkan masalah tentang disfungsional emosi, perilaku dan kognisi melalui prosedur yang berorientasi, dan sistematis di masa sekarang. membantu pasien mengenali pikiran yang berkontribusi pada kecemasan. Cara ini biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Beberapa dokter dan peneliti lebih berorientasi kognitif (misalnya restrukturisasi kognitif), sementara yang lain lebih berorientasi perilaku (dalam terapi pemaparan in vivo). Intervensi lain mengkombinasikan keduanya (terapi eksposur misalnya imaginal). CBT ini terutama dikembangkan melalui integrasi dari terapi perilaku dengan terapi kognitif. Sementara berakar pada teori yang agak berbeda, kedua tradisi menemukan landasan bersama dalam memfokuskan pada "di sini dan sekarang", dan mengurangi gejala pada program pengobatan Banyak CBT untuk gangguan tertentu telah dievaluasi untuk keberhasilan;. Tren kesehatan dari pengobatan berbasis bukti, di mana perawatan spesifik untuk diagnosis berdasarkan gejala disarankan, telah disukai CBT atas pendekatan lain seperti perawatan psikodinamik. Di Inggris, Institut Nasional untuk Kesehatan danClinical Excellence (NICE) merekomendasikan CBT sebagai pengobatan pilihan bagi sejumlah masalah kesehatan mental, termasuk gangguan stres pasca trauma, OCD, bulimia nervosa, dan depresi klinis.
Emotional Freedom Technique. Sebuah terapi memanfaatkan energy dalam tubuh dengan cara menstimulasi pada titik-titik meridian tubuh untuk memperbaiki aliran energy tubuh.Emotional Freedom Technique (EFT) adalah sebuah terapi psikologi praktis yang dapat menangani banyak penyakit, baik itu penyakit fisik dan penyakit psikologis (masalah pikiran dan perasaan). Dapat dikatakan EFT adalah versi psikologi dari terapi akupunktur yang menggunakan jarum.EFT tidak menggunakan jarum, melainkan dengan menyelaraskan sistem energi tubuh pada titik-titik meridian di tubuh Anda, dengan cara mengetuk (tapping) dengan ujung jari.Cara ini merupakan cara yang efektif dan cepat untuk mengatasi tidak hanya kecemasan, tapi juga masalah emosional lainnya.
Gary Craig, sang penemu EFT tidak mengklaim bahwa EFT itu sempurna. Tetapi pada banyak kasus, EFT bekerja sangat cepat dan dengan hasil spektakuler. EFT sering kali berhasil menyembuhkan dimana teknik lainnya tidak sanggup.Beberapa masalah yang bisa diselesaikan dengan EFT antara lain: Kecemasan, Kemarahan, Compulsive Behavior, Panic disorder, Kecanduan (rokok atau obat-obatan), Stress dan Depresi, Trauma, Ketakutan dan Phobia (ketinggian, binatang, atau benda tertentu), Kecemasan di tempat umum, Ketakutan berbicara di depan umum, Sakit Kepala / Migren, Menghilangkan keyakinan negatif, Perasaan malu / bersalah, Insomnia, Kekecewaan atau sakit hati, Peak Performance, Masalah seksual, Masalah pada anak atau wanita, Kanker, Allergi dan masalah lainnya.
Prinsip Kerja EFT EFT merupakan teknik akupuntur versi emosional. Berbeda dengan teknik akupuntur pada umumnya yang menggunakan jarum, EFT menggunakan tapping (ketukan ringan) dengan jari di 18 titik meredian tubuh untuk mengatasi hampir semua hambatan emosi dan fisik. Delapan belas saja? Ya, memang hanya ada 18 titik yang perlu pelajari dalam EFT. Anda tidak perlu mempelajari 300 titik akupuntur yang menggunakan jarum.
Ketika seseorang mengalami hambatan emosional seperti marah, kecewa, sedih, cemas, stress, trauma dsb., aliran energi di dalam tubuh yang melalui titik meredian tubuh akan terganggu. Dan untuk menghilangkan hambatan-hambatan emosi di atas, kita perlu memperbaiki gangguan aliran di titik meredian dengan cara mengetukkan jari dengan cara tertentu sesuai teknik EFT.
Untuk melakukan ketukan pada 18 titik meredian tubuh hanya memerlukan 4 prosedur yang sederhana dan mudah diingat, yang dinamakan resep dasar (basic recipe). Prosedur ini dapat digunakan untuk mengatasi hampir semua masalah emosi negatif dan fisik. Sangat mudah untuk belajar EFT, anda hanya perlu waktu sekitar 3 jam saja.
Hypnotherapy Sebuah cara pengobatan yang menjangkau pikiran bawah sadar yang merupakan sumber "program kecemasan" tersimpan. Hypnotherapy bisa membenarkan program pikiran yang salah tersebut. Cara Kerja Hypnotherapy Kita bisa mengucapkan suatu afirmasi atau sugesti kepada seseorang dalam kondisi sadar tanpa hasil apapun, tetapi apabila kita mengucapkan sugesti yang sama dalam kondisi hypnosis, maka hasilnya sangat luar biasa.

Pikiran sadar / conscious mind adalah proses mental yang Anda sadari dan bisa Anda kendalikan. Pikiran bawah sadar / subconscious mind adalah proses mental yang berfungsi secara otomatis sehingga Anda tidak menyadarinya.Besarnya pengaruh pikiran sadar terhadap seluruh aspek kehidupan seseorang, misalnya sikap, kepribadian, perilaku, kebiasaan, cara pikir, dan kondisi mental seseorang hanya 12%. Sedangkan besarnya pengaruh pikiran bawah sadar adalah 88%. Untuk mudahnya kita bulatkan menjadi 10% dan 90%. Dari sini dapat kita ketahui bahwa pikiran bawah sadar mengendalikan diri kita 9 kali lebih kuat dibandingkan pikiran sadar.Pikiran sadar mempunyai fungsi mengidentifikasi informasi yang masuk, membandingkan dengan data yang sudah ada dalam memori kita, menganalisa data yang baru masuk tersebut dan memutuskan data baru akan disimpan, dibuang atau diabaikan sementara.Sementara itu pikiran bawah sadar yang kapasitasnya jauh lebih besar dari pikiran sadar mempunyai fungsi yang jauh lebih komplek. Semua fungsi organ tubuh kita diatur cara kerjanya dari pikiran bawah sadar. Selain itu nilai-nilai yang kita pegang, sistem kepercayaan dan keyakinan terhadap segala sesuatu juga disimpan di sini. Memori jangka panjang kita juga terdapat dalam pikiran bawah sadar.Garis putus-putus (pada gambar di atas) meng-ilustrasi-kan Critical Factor. Critical Factor adalah bagian dari pikiran yang selalu menganalisis segala informasi yang masuk dan menentukan tindakan rasional seseorang. Critical Factor ini melindungi pikiran bawah sadar dari ide, informasi, sugesti atau bentuk pikiran lain yang bisa mengubah program pikiran yang sudah tertanam di bawah sadar.Ketika kita dalam kondisi sadar seperti sekarang ini, Critical Factor akan menghalangi afirmasi atau sugesti yang ingin kita tanamkan ke pikiran bawah sadar. Sugesti yang diucapkan dalam kondisi sadar terhalang oleh Critical Factor, sehingga efeknya sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.Saat hypnotist melakukan hypnosis, yang terjadi adalah hypnotist mem-by-pass Critical Factor subjek (orang yang dihipnotis) dan langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar subjek. By-pass di sini jangan disalah artikan sebagai suatu bentuk manipulasi. Menembus Critical Factor ini dilakukan dengan suatu teknik yang dinamakan "induksi".
Induksi bisa dilakukan dengan cara membuat pikiran sadar subjek dibuat sibuk, lengah, bosan, bingung (tidak memahami) atau lelah sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar, yaitu Critical Factor terbuka atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Karena Critical Factor terbuka atau pengawasannya lemah maka sugesti akan langsung menjangkau pikiran bawah sadar.Critical Factor menjadi tidak aktif ketika seseorang dalam kondisi trance hypnosis. Maka dari itu, semua sugesti - selama tidak bertentangan dengan sistem kepercayaan dan nilai-nilai dasar yang dianut seseorang - akan diterima oleh pikiran bawah sadar sebagai kebenaran, kemudian disimpan sebagai program pikiran. Program pikiran yang sudah ditanamkan melalui sugesti dalam kondisi hypnosis, akan menjadi pemicu perubahan yang seketika dan permanen.



Teori Imlisit Versus Teori Eksplisit dan Konstruksi Sosial Mengenai Kenyataan




Teori Imlisit Versus Teori Eksplisit dan Konstruksi Sosial Mengenai Kenyataan

            Pengaruh dari pengalaman-pengalaman sosial individu atau dari pengalaman intelektualnya pada orientasinya terhadap lingkungan social sangatlah dipengaruhi oleh persfektip Berger dan Luckmann mengenai konstruksi sosial tentang kenyataan. (Lihat Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, The sosial Construction of Reality : Garden City, N.Y. : Doubleday, 66). Berger dan Luckmann menekankan bahwa sistem-sistem sosial dan pandangan-pandangan hidupnya diciptakan dan dipertahankan secara sosial, tidak didasarkan pada suatu kenyataan akhir atau absolut. Tetapi dalam suatu masyarakat yang sangat stabil yang memiliki satu pandangan hidup budaya yang dominan, orang mengalami kenyataan sosial di mana mereka termasuk, dan yang pandangan hidupnya memberikan pembenaran atau legitimasi, sebagai suatu yang didasarkan pada sesuatu kenyataan absolut dan tidak berubah-ubah, yang terlepas dari kenyataan-kenyataan dan ide-ide budayanya. Sebaliknya, dalam masyarakat-masyarakat yang lebih mudah berubah-ubah atau yang bersifat pluralistik dalam struktur sosial atau ide-ide budayanya, pandangan hidup yang monolitis dan tidak berubah-ubah itu tidak bisa diterima. Di sana banyak sekali berkembang pandangan-pandangan hidup yang bersifat kompetitif dan pola budaya, yang masing-masing didasarkan pada definisi-definisi sosial yang memperlihatkan alternatif atau kepercayaan-kepercayaan di mana orang harus mengadakan pilihan dari antaranya.
            Perspektif Berger dan Luckmann membantu kita untuk memahami distingsi antara lingkungan-lingkungan sosial yang mendorong terjadinya refleksi yang sadar akan bentuk-bentuk sosial dan bentuk-bentuk budaya, dan lingkungan-lingkungan sosial yang mendorong diterimanya bentuk-bentuk ini secara pasif dan tidak reflektif. Ini sesuai dengan anggapan bahwa berteori yang didasarkan pada sadar-diri akan kenyataan sosial akan lebih lazim terjadi dalam lingkungan sosial yang terbuka dan pruralistis.
            Ringkasnya, kita semua berteori dalam proses menciptakan atau mempertahankan kenyataan sosial, meskipun mungkin kita tidak menganggap diri kita sendiri sebagai ahli teori sosial. Sebagai Manusia, kita melihat apa yang ada dibelakang pengalaman langsung atau fakta dari situasi kita sendiri dengan maksud untuk menginterpretasi, menjelaskan, meramal, dan merencanakan kehidupan kita sehari-hari. Namun kita tidak selalu sadar akan asumsi-asumsi implisit yang menjadi dasar kesimpulan ini, dan kita tidak selalu menghargai bahwa asumsi-asumsi ini diciptakan oleh manusia dalam kehidupan sosial.
            Kesadaran kita akan asumsi-asumsi teoritis yang kita miliki, dan akan sifatnya yang tidak sempurna dan diciptakan dalam kehidupan sosial, mungkin akan ditimbulkan oleh pengalaman apa saja di mana kebiasaan-kebiasaan yang mapan menjadi tidak sesuai atau tidak relevan dan harus diubah, atau di mana kita dipaksa untuk membenarkan atau mempertahankan asumsi-asumsi ini, atau membuat pilihan-pilihan yang tidak biasa di antara alternatif-alternatif. Beberapa pengalaman yang demikian itu sudah kita tunjukkan : mobilitas atau terbukanya lintas budaya di mana wawasan pengalaman sosial seseorang itu diperluas ; perubahan pesat yang sering kali menuntut pilihan yang sadar akan suatu tipe yang tidak tercakup dalam tradisi yang sudah mapan ; dan marginalitas yang sering kali mengakibatkan orang mengambil jarak tertentu terhadap kebiasaan dan kepercayaan tertentu (Melanjutkan bentuk-bentuk pertanyaan seperti dalam bagian ini dapat masuk pada satu bidang yang disebut sosiologi mengenai sosiologi. Dalam beberapa hal,  pembaca mungkin dapat mengenal jenis pengalaman sosial yang membangkitkan niat terhadap sosiologi. Juga bagi para ahli teori sosiologi yang didiskusikan di sini diandaikan bahwa pengalaman-pengalaman sosial mereka, sikap refleksinya atas lingkungan sosial dan lingkungan intelektual di mana mereka hidup, bukan tidak relevan dengan jenis teori sosiologi yang mereka kembangkan).
            Pengalaman-pengalaman seperti itu, terutama kalau digabungkan dengan perspektif ilmiah, merangsang proses berteori secara eksplisit atau secara sadar. Sesungguhnya mereka yang benar-benar mempunyai komitmen terhadap metode-metode dan nilai-nilai ilmiah dan yang mempunyai kesempatan untuk menjajagi pelbagai isu sosial dengan menggunakan perspektif ilmiah, mungkin dapat mengembangkan minat untuk berteori sosiologi, meskipun tanpa macam-macam pengalaman sosial yang luas, seperti yang sudah kita tunjukkan di atas. dipandang dari segi ini, teori sosiologi tidak hanya sekedar istilah tertentu yang hanya dimengerti oleh kelompok-kelompok tertentu saja sebagai hasil dari spekulasi abstrak dari kaum akademisi ; teori sosiologi merupakan kegiatan manusia yang hakiki yang membangkitkan kesadaran kita yang berhubungan dengan lingkungan sosial. Dengan membuka diri terhadap teori sosiologi kita menjadi lebish sadar akan pelbagai cara di mana dunia sosial dan dunia budaya kita itu diciptakan dan dipertahankan, atau diubah lewat kegiatan dan interaksi manusia. Kemampuan kita untuk memilih dari antara alternatif-alternatif dan kemampuan kita untuk merencanakan masa depan secara realistis dan kreatif harus didukung oleh pengalaman meningkatkan kesadaran akan perlunya mempelajari teori sosial.  

(Salah satu materi diskusi harian di Himpunan Mahasiswa Banten Jakarta pada semester 1)

Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an




Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an
            Al-Qur’an sendiri yang menyatakan bahwa keotentikan al-Qur’an dijamin oleh Allah SWT sesuai dengan firman Allah SWT :
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya[793].

[793] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

Dari ayat tersebut menyatakan secara tegas bahwa penurunan al-Qur’an serta pemeliharaannya merupakan urusan Allah SWT. Tetapi bukan berarti umat muslim boleh berpangku tangan tanpa menaruh kepedulian terhadap pemeliharaan al-Qur’an karena firman Allah di atas.
Dan upaya demikian (pemeliharaan al-Qur’an) telah berjalan sepanjang sejarah kaum muslimin sejak masa Rasulallah saw dan berlanjut pada masa sahabat dan berlanjut hingga masa kini, dan masa mendatang. Sejarah telah membuktikan pemeliharaan kesucian al-Qur’an dari ternodanya wahyu Allah oleh siapa, kapan dan dimanapun.

Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Rasulallah
             Rasulallah saw menunjuk beberapa orang sahabatnya (yang bisa menulis dan membaca) untuk menuliskan wahyu, antara lain, Khulafaurrasyidin, Mu’awwiyah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Khalid bin Walid dan lain-lain.
Mereka para penulis wahyu itu bertugas menulis dan meletakkan urutannya sesuai dengan petunjuk Nabi (Taufiqi) berdasarkan petunjuk Allah SWT melalui Malaikat Jibril.
Ayat-ayat al-Qur’an tersebut ditulis dihadapan Nabi pada benda-benda yang bermacam-macam seperti Lakhfah (kepingan batu halus), Ruq’ah (lembaran-lembaran kulit atau kertas), Kalfun (tulang unta atau domba), Qotbun (kayu di punggung unta), pelepah kurma dan sebagainya. itu semua disimpan di rumah Nabi dalam keadaan masih terpencar-pencar ayatnya, belum dihimpun dalam satu mushhaf/shuhuf, disamping itu para penulis wahyu secara pribadi membuat pula naskah dari tulisan ayat-ayat al-Qur’an bagi kepentingan pribadi masing-masing.
Alasan al-Quran tidak dikumpulkan dalam satu mushaf menurut al-Khattabi : Rasulallah tidak mengumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf karena masih datang ayat-ayat yang menasakh (menghapuskan) sebagian hukum-hukum al-Qur’an dan tilawahnya.

Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa Khulafaurrosidin
            Dan ketika selesai penurunan al-Qur’an bersamaan dengan wafatnya Rasulallah saw, kemudian Allah SWT memberi ilham kepada Khulafaurrosidin untuk mengumpulkannya, sebagai pelaksanaan janji Allah SWT yang benar dengan menjamin pemeliharaan al-Qur’an bagi umat ini.
            Ketika Abu Bakar RA menjabat sebagi khalifah, pada masa ini agama Islam menghadapi tantangan yang cukup berat yaitu memerangi orang-orang murtad (diantaranya adalah musailamah al kazdzdab yang mengaku sebagai Nabi). Maka dengan adanya perang itu, banyak kaum muslimin yang menjadi korban/syuhada yang diantaranya adalah para Qori dan Hafizh (yaitu kira-kira 70 orang).
Penulisan dan pengumpulan al-Qur’an pada masa khalifah Abu Bakar Asshiddiq Radapat dilihat pada kitab al-Itqon fi ulumil qur’an yang terjemahannya sebagai berikut :
“Al-Bukhori meriwayatkan dalam kitab shahihnya yang diterima dari Zaid bin Tsabit, katanya : Abu Bakar telah mengutusku ke medan perang yamamah. Umar bin Khattab pun sedang berada disampingnya, Abu Bakar lalu berkata : “Sungguh Umar bin Khattab datang kepadaku dan berkata : “sesungguhnya para penghafal al-Qur’an/hafizh banyak yang gugur dalam perang ini (yamamah). Aku khawatir akan banyak pula para penghafal al-Qur’an itu gugur dalam perang selanjutnya, karenanya aku menyarankan agar al-Qur’an itu cepat-cepat dikumpulkan (dibukukan)”. Maka Abu Bakar RA menjawab : Bagaimana aku mengerjakan sesuatu yang belum pernah dikerjakan Rasulallah SAW?... Umar menjawab : Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik”. Dan ia berulangkali memberi saran sehingga Allah SWT membukakan dadaku untuk mengumpulkannya, pendapatku akhirnya sama dengan pendapat Umar. Abu Bakar akhirnya memanggil Zaid bin Tsabit seraya berkata : Engkau adalah pemuda yang cerdas yang lebih aku percaya dan Engkau adalah sekertaris Nabi yang selalu menulis wahyu, karena itu periksalah ayat-ayat al-Qur’an kemudian kumpulkanlah!... Zaid bin Tsabit menjawab : Demi Allah seandainya mereka menyuruhku untuk memindahkan gunung, maka hal itu tidak seberat pekerjaanku, Zaid kemudian berkata : mengapa kamu berdua (Abu Bakar dan Umar) melakukan suatu pekerjaan yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasul?... maka Abu Bakar menjawab : Demi Allah ini adalah pekerjaan yang baik, kemudian Abu Bakar memberikan saran tentang kebaikan mengumpulkan al-Qur’an sehingga Allah SWT membukakan dadaku (Zaid bin Tsabit) untuk menerimanya sebagaimana terjadi pada Abu Bakar dan Umar RA, kemudian aku memeriksa ayat-ayat al-Quran dan mengumpulkannya dari daun, pelepah kurma, batu tipis, dada-dada para sahabat lainnya. dan aku menemukan akhir suroh at-Taubah pada Abu Khuzaimah al-Anshari, yang tidak aku temukan pada sahabat lain.”
Shuhuf itu kemudian disimpan di rumah Abu Bakar RA hingga beliau wafat, kemudian disimpan di rumah Umar bin Khattab, setelah Umar wafat maka shuhuf itu disimpan di rumah Binti Umar (Isteri Nabi Muhammad SAW) Sedemikianlah pernyataan as-Suyuthi dalam al-Itiqon.

Penyempurnaan Penulisan Al-Quran Pada Masa Khalifah
            Ketika Usman bin Affan menjabat sebagai khalifah dan para sahabat berpencar di berbagai Negara dan masing-masing membawa bacaan (al-Qiroah) yang didengarnya dari Rasulallah SAW dan diantara mereka ada yang memiliki bacaan yang tidak dimiliki oleh yang lainnya.
Setiap Qori mengunggulkan bacaan (Qiroah) nya dan menyalahkan bacaan Qori yang lainnya sehingga perselisihan terjadi antara ummat.
Kenyataan ini mengejutkan khalifah Usman RA disaat berita itu sampai kepadanya, beliau pun berkata : Kamu sekalian berselisih dihadapanku, maka orang-orang yang jauh dariku yang berada dipeloksok-peloksok akan lebih berselisih lagi.
Kenyataan Usman tersebut menjadi kenyataan ketika Khuzaifah ibn al-Yaman datang mengabarinya tentang perselisihan bacaan diantara penduduk Syam dan ‘Iraq dalam perang Armenia.
Dari sebab itulah Usman bermusyawarah dengan para sahabat yang kesepakatannya adalah untuk menyatukan bacaan manusia dalam satu mushaf agar tidak terjadi perselisihan. Kemudian Usman menulis surat kepada hafshah agar mengirimkan lembaran al-Qur’an yang telah ditulis pada masa Abu Bakar RA.
Selanjutnya Usman menegaskan kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair , Sa’id ibn al-‘Ash, Abdurrahman ibnu al-Harits, dan Ibnu Hisyam untuk menulis atau menyalin kembali lembaran tersebut ke dalam mushaf.
Usman berkata kepada kaum Quraisy : “Jika kamu sekalian berbeda pendapat (mengenai bacaan) dengan Zaid, tulislah bacaan itu sesuai dengan bacaan Quraisy, karena sesungguhnya al-Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka.”
Kemudian mereka pun menjalankan perintah itu dengan sebaik mungkin, yaitu menulis mushaf itu sesuai tertib surat-surat sebagaimana yang kita kenal sekarang. Setelah penulisan itu selesai, maka Usman mengirimnya ke setiap penjuru Negeri terkenal dan Ia juga menyuruh untuk membakar semua mushaf selain yang sastu ini, supaya kaum muslimin bersatu dalam bacaan dan melupakan perselisihan yang terjadi waktu itu.
Dengan demikian Allah SWT telah memberi petunjuk kepada Usman dan para sahabat untuk melakukan pekerjaan yang mulia ini, kemudian Usman mengembalikan Mushaf itu kepada Hafshah hingga akhir hayatnya (Hafshah). (yaitu pada tahun ke-41 H, menurut keterangan lain sampai 45 H).

Salah satu bahan diskusi mata kuliah Ulumul Qur’an di UIN SyariF Hidyatullah Jakarta 13 Oktober 2009

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*