Kamis, 17 Mei 2012

Hanya Berusaha Mengobati Hati dengan Kata-Kata



Hanya Berusaha Mengobati Hati dengan Kata-Kata
           
Sebenarnya untuk saat ini tak punya banyak waktu untuk bersantai-santai apalagi untuk menulis kata-kata yang mungkin aku sendiripun mengklaim sebagai kata-kata yang tiada artinya, namun seperti yang pernah kutuliskan pada kesempatan lain, meski demikian sebuah kata tak pernah ada kata-kata yang tercipta dengan tanpa arti apa-apa atau paling mudah aku membahasakannya dengan “tak ada kata-kata yang sia-sia” ya meski saat ini aku merasa kata-kata yang kubuat saat ini diklaim sebagai kata-kata yang sia-sia, tapi paling tidak ini bisa memberi sedikit arti bagi penulis untuk paling engga menutup sedikit celah kepenatan, kebencian, kerinduan, amarah, emosi, lelah, putus asa, merasa diri orang yang bodoh, merasa diri sebagai orang yang terbuang, merasa diri orang yang tak memiliki arti, merasa jadi seorang pecundang, merasa yang paling terhinakan, merasa menjadi orang yang paling culas, merasa menjadi orang yang paling mudah dibodohi, merasa orang yang mudah dipermainkan, merasa menjadi seorang laki-laki yang tak ada upaya, merasa menjadi manusia yang tak dianggap sebagai menusia, merasa kosong, merasa sepi, merasa sendiri dan merasa sunyi senyap. Dan dengan kata-kata ini saya berusaha menjadi manusia yang selalu bersyukur kepada Allah SWT tak peduli apa yang sedang aku alami sekarang.

            Aku benar-benar menyadari pada saat genting seperti sekarang seharusnya harus bisa lebih tenang dan santai dalam melakukan segala hal terutama hati ini, harus lebih hangat menyambut hari lebih hangat dari pada cahaya mentari ketika dhuha, seharusnya hati ini lebih santai seperti banyak orang yang hapyy di pantai, seharusnya hati ini lebih slowly seperti kebanyakan orang yang lagi bersantai di pulau, seharusnya hati ini lebih sejuk melebihi sejuknya angin pegunungan dan lebih suci dan bening melebihi suci dan beningnya embun pagi. Dan melalui kata ini aku hanya berupaya memetik semua itu tanpa harus mengganggu orang lain, tanpa harus mengganggu keluargaku, sahabatku atau orang yang saya cintai. Karena aku sadar betul mereka juga memiliki kesibukan yang lebih daripada kesibukanku yang sederhana ini.

Ya jika harus aku katakan, sebenarnya aku juga ingin ketika dalam keadaan seperti ini ada seorang yang kuimpikan datang untuk memberi sedikit teh manis untuk menemaniku duduk di depan meja kerja mungilku, membangunkanku ketika mulai kelelahan dan tertidur pulas meninggalkan pekerjaanku, memberitahu kalau waktu shalat telah tiba, membuatkan aku sarapan pagi dan makan bersamanya, atau paling tidak menanyakan tentang khabarku yang mulai dalam keadaan kelelahan. Tapi aku sadari itu memang belum waktunya buatku seperti itu. Dan untuk saat ini hanya kata-kata inilah yang mampu menemaniku membayangkan hal yang demikian indahnya.

“Tantangan utama” di bulan ini akan segera datang dalam beberapa hari lagi, dan aku menyadari betul persiapan yang telah kupersiapkan masih teramat jauh dari kesempurnaan, ditambah lagi pikiranku yang saat-saat seperti ini tak bisa kuajak kompromi, meski sudah kupaksakan untuk kututup lembaran itu paling tidak sampai semua pekerjaan dan tugasku selesai, namun entahlah hati dan perasaan memang susah sekali diajak kompromi, lebih sulit daripada sekedar menaklukan harimau atau singa yang buas. belum selesai dengan satu urusan yang meski kutahan sampai pada waktunya, sudah datang masalah lama yang mendobrak ketenaganku, menghimpit dada membuat aku sesak dan sulit sekali keluar dari cengkramannya, kalau boleh kuibaratkan saat ini saya seperti “berjalan diantara jalan setapak yang licin, disampingnya ada jurang terjal yang siap menerima jika aku terjatuh, ditambah lagi hujan batu api yang menghantamku dari atas”. tak usah terlalu dibangangkan semua itu hanya ibarat. Meski demikian saya tak akan menyerah. Cukup Allah bagiku

Ya cukup Allah bagiku, aku berdoa setiap saat tidak untuk lari dari setiap masalah yang telah Allah sediakan untuk mengujiku, aku hanya mampu berdoa kepada Allah untuk memberikan kekuatan dan mengajarkan kepadaku untuk menyelesaikan semua ujian itu dengan baik tanpa harus mengeluh dan tetap bersyukur akan segala Karunia dan Kekuasaannya. Tak hanya itu, Kutitipkan doaku untuk bidadari mungil yang ada disana, yang saat ini mungkin keadaannya lebih sulit daripadaku, aku titipkan ia pada Allah semoga ia diberikan kekuatan dan petunjuk untuk menyelesaikan semua ujian yang dihadapinya, aku yakin ia mampu menyelesaikan semua ujian kehidupan dengan baik dan benar.

Dan sekali lagi hanya dengan kata-kata ini aku mampu memeluk segala hal termasuk, angin, air, api, tanah, daun, ranting-ranting, sungai, gunung, lautan, matahari, awan, sahabat, keluarga, seseorang yang kuimpikan kelak, dan yang pasti Allah tak pernah lepas dari setiap kata yang keluar dari tubuh dan jiwa milik-Nya ini.

Terimakasih Allah...

Rabu, 09 Mei 2012

"09 May My Dusk"



Angel

My precious angel
My bright and shining angel,
Key of paradise
Key of paradise
I love this angel
If i could break the wings of the angel to force her to be with me
I guess that would just be my greed
Fly high, my angel, fly high and far
And whenever you are in need of rest, come back to me
I love you

Senin, 07 Mei 2012

Perempuan Yang Dicintai Suamiku



Perempuan Yang Dicintai Suamiku


“Pesan” dahsyat buat para suami (dan calon suami) untuk menjaga istrinya… Dan motivasi hebat buat para istri (dan calon istri) untuk tetap mencintai suaminya… Kehidupan pernikahan kami awalnya baik-baik saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku. Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itu pun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal-hal seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluar pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan anak-anak kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, di suatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit di rumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan di rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya.

Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah. Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan-akan waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat-kalimatnya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki-laki maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat 2-5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi di saat lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya, “Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya”, lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba-tiba saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun! Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba-tiba, membawakan donat buat anak-anak, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan-jalan, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu-lucu.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya. Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku, “Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?” Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,


Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya.

Ketika konflik-konflik terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya. Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon-pohon beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan-hutan belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki-laki yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart. yours,

Mario


Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku. Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain. Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa-sisa uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak-anakku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam-macam merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman-temanku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.

Mario terus menerus sakit-sakitan, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan pura-pura tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

**********

Setahun kemudian…

Meisha membuka amplop surat-surat itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

“Mario, suamiku…. Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..

Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, “kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku?” Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan. Istrimu, Rima”


Di surat yang lain,

“………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha……”

Disurat yang kesekian,

“…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah-marah padamu, aku tidak lagi suka membanting-banting barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah……. Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya……..”

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.

Disurat terakhir, pagi ini…
“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit. Tahukah engkau suamiku, Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda-tanda cinta mulai bersemi dihatimu ?………”

Jelita menatap Meisha, dan bercerita, “Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah-marah kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.

Mama memarkir motornya di seberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba-tiba mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……”.

Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.


Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah-marah dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba-tiba aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda-tanda aku mulai mencintainya?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak-anakku, tapi karena dia belahan jiwaku….

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Di wajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario……

Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi
meninggalkan kita.………………………………………


Sumber : Botefilia
Source deryudi
Shared By Kisah Penuh Hikmah

Jumat, 04 Mei 2012

Tujuan Penjatuhan Pidana Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif




Tujuan Penjatuhan Pidana
Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif

Tujuan Penjatuhan pidana Menurut Hukum Islam
Pengertian Hukuman
   Menurut Hukum Pidana Islam, hukuman adalah seperti didefinisikan oleh Abdul Qadir adalah sebagai berikut:
 العقو به هي الجزاء المقرر لمصلحة الجما عة على عصيا ن امر الشارع
            “Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk memelihara kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan syara.”
            Dari definisi tersebut dapatlah difahami bahwa hukuman adalah salah satu tindakan yang diberikan oleh syara’ sebagai pembalasan atas perbuatan yang melanggar ketentuan syara’ dengan tujuan untuk memelihara ketertiban dan kepentingan masyarakat, sekaligus juga untuk melindungi kepentingan individu.

Tujuan Penjatuhan Pidana
            Tujuan utama dari penetapan dan penerapan hukuman dalam syariat Islam adalah sebagai berikut:
a.      Pencegahan/ الردع والرجر
Pengertian pencegahan adalah menahan orang yang berbuat jarimah agar ia tidak mengulangi perbuatan jarimahnya, atau agar ia tidak terus-menerus melakukan jarimah tersebut. disamping mencegah pelaku, pencegahan juga mengandung arti mencegah orang lain selain pelaku agar ia tidak ikut-ikutan melakukan jarimah, sebab ia bisa mengetahui bahwa hukuman yang dikenakan terhadap orang lain yang juga melakukan perbuatan yang sama.
Oleh karena itu tujuan hukuman adalah pencegahan, maka besarnya hukuman harus sesuai dan cukup mampu mewujudkan tujuan tersebut, tidak boleh kurang atau lebih dari batas yang diperlakukan, dengan demikian terdapat prinsip keadilan dalam menjatuhkan hukuman.
b.      Perbaikan dan Pendidikan/ الا صلا ح والتهدذ يب
Tujuan yang kedua dari menjatuhkan hukuman adalah    mendidik pelaku jarimah agar ia menjadi orang yang baik dan menyadari kesalahannya. disini terlihat bagaimana syariat Islam terhadap diri pelaku. Dengan adanya hukuman ini, diharapkan akan timbul dalam diri pelaku suatu kesadaran bahwa ia menjauhi jarimah bukan karena takut akan hukuman, melainkan karena kesadaran diri dan kebenciannya terhadap jarimah serta dengan harapan yang dapat ridho dari Allah SWT.
Disamping kebaikan pribadi pelaku syariat Islam dalam menjatuhkan hukuman juga bertujuan membentuk masyarakat yang baik yang diliputi oleh rasa saling menghormati dan mencintai antar sesame anggotanya dengan mengetahui batas-batas hak dan kewajibannya.

Tujuan Penjatuhan Pidana Menurut Hukum Positif
Sebelum timbulnya teori terbaru tentang tujuan hukuman, hukum positif telah mengalami beberapa fase, fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Fase Balasan Perseorangan
Pada fase ini, hukuman berda di tangan perseorangan yang bertindak atas dasar perassaan hendak menjaga diri mereka dari penyerangan dan dasar naluri hendak membalas orang yang menyerangnya.

b.      Fase Balasan Tuhan dan Balasan Umum.
Adapun yang dimaksud dengan balasan Tuhan adalah bahwa orang yang berbuat harus menebus kesalahannya, sedangkan balasan umum adalah agar orang yang berbuat merasa jera dan orang lain pun tidak berani meniru perbuatannya. Hukuman yang didasarkan atas balasan ini tidak lepas dari unsur-unsur negatif seperti berlebihan dan melampaui batas dalam memberikan hukuman.
c.       Fase Kemanusiaan
Pada fase kamanusiaan prinsip-prinsip keadilan dan kasih sayang dalam mendidik dan memperbaiki diri orang yang berbuat telah mulai dipakai. Bahkan memberi pelajaran dan mengusahakan kebaikan terhadap diri pelaku merupakan tujuan utama. Pada fase tersebut muncul teori dari sarjana Italia Becaria yang mengatakan bahwa suatu hukuman harus dibatasi dengan batas-batas keadilan dan kepentingan sosial.
d.      Fase Keilmuan
Pada fase ini munculah aliran Italia yang didasarkan kepada tiga pikiran yaitu sebagai berikut:
1.      Hukuman mempunyai tujuan dan tugas ilmiah yang melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan jarimah dengan cara pencegahan.
2.      macam, masa, dan bentuk hukuman bukanlah aturan-aturan abstrak yang mengharuskan diperlakukannya perbuatan-perbuatan hukuman dalam tingkatan dan keadaan yang sama. Bessarnya hukuman juga harus memperhatikan berbagai faktor seperti keadaan pelaku. Faktor-faktor yang mendorongnya dan keadaannya dimana hukuman itu terjadi
3.      Kegiatan masyarakat dalam memerangi hukuman, selain ditunjukan kepada para pelakunya juga harus ditunjukan untuk menanggulangi sebab-sebab dan faktor-faktor yang menimbulkan hukuman tersebut.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan hukum pidana adalah untuk memenuhi rasa keadilan. Diantara para sarjana hukum diutarakan bahwa tujuan hukum pidana adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menakut-nakuti orang agar jangan sampai melakukan kejahatan, baik secara menakut-nakuti orang banyak (generale preventie) maupun secara menakut-nakuti orang tertentu yang sudah menjalankan kejahatan agar dikemudian hari tidak melakukan kejahatan lagi (speciale preventie).
2.      Untuk mendidik attau memperbaiki orang-orang yang sudah menandakan suka melakukan kejahatan agar menjadi orang yang baik tabiatnya sehingga bermanfaat bagi orang banyak.
Menurut pasal 10 KUHP tentang pidana terdiri atas:
a.       Pidana pokok
1.      Pidana mata
2.      Pidana penjara
3.      Pidana kurungan
4.      Pidana denda
5.      Pidana tutup
b.      Pidana tambahan
1.      Pencabutan hak-hak tertentu
2.      Perampasan barang-barang tertentu
3.      Pengumuman putusan hakim
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan penjatuhan pidana menurut hukum Islam dan hukum positif adalah untuk mencegah, memperbaiki, mendidik serta menjadikan seseorang merasa jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya dan menahan orang lain untuk tidak berbuat seperti itu serta menjauhkan diri dari lingkungan yang melawan hukum.

Referensi:
Projodikoro Wirjono, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2003).
Wardi Muslih Ahmad, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006).
KUHP dan KUHAP, (Bandung: Citra Umbara, 2007).
Waluyo Bambang, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008).

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*