Sabtu, 18 Juni 2011

“HANYA SEBUAH KEIKHLASAN”


“HANYA SEBUAH KEIKHLASAN”

Keikhlasan adalah memberi tanpa harus menerima, memberi cinta tanpa harus meminta cinta, memberi kasih sayang tanpa harus meminta kasih sayang, memberikan segala sesuatu tanpa harus meminta segala sesuatu atau juga tidak meminta meski hanya sedikit sesuatu, memberi tidak selamanya identik dengan menerima, berikanlah segala sesuatu untuk mereka semua tanpa mengharapkan balasan apapun, berikanlah walaupun akhirnya tak mendapatkan apa apa, jadilah orang yang suka memberi sesama, walaupun itu hanya senyuman, memberi di sini tentunya memberi dengan sesuai yang di tuntun oleh Islam biarlah Allah yang akan membalas amalan kita, karena tidak ada yang lebih baik balasannya melainkan Allah semata, kepada-Nya lah kita mengharap balasan atas pemberian kita kepada sesama.
Kita pasti masih ingat akan lagu yang sering kita nyanyikan saat kita masih kecil, “kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia…” (Nyanyiin ya sama nada-mu yg merdu). maka berikanlah segala sesuatu layaknya orang tua kita memberikan apapun untuk kita dan anak-anaknya, memberilah layaknya mentari yang terus bersinar tak henti-hentinya menemani kehidupan kita. Dan semoga saja tiap bait ini hanya menjadi sebuah keikhlasan, amien.

Tentang Ikhlas
Banyak para ulama yang memulai kitab-kitab mereka dengan membahas permasalahan niat (dimana hal ini sangat erat kaitannya dengan keikhlasan), di antaranya Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, Imam Al Maqdisi dalam kitab Umdatul Ahkam, Imam Nawawi dalam kitab Arbain An-Nawawi dan Riyadhus Shalihin-nya, Imam Al Baghowi dalam kitabMasobihis Sunnah serta ulama-ulama lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keikhlasan tersebut. namun, apakah sesungguhnya makna dari ikhlas itu sendiri ?
Sahabatku dan keluargaku yang baik hati, sedikit pemahaman saya tentang ikhlas yakni, keikhlasan adalah ketika kita menjadikan niat kita dalam melakukan suatu amalan hanyalah karena Allah semata, kita melakukannya bukan karena selain Allah, bukan karena riya (ingin dilihat manusia) ataupun sum’ah (ingin didengar manusia), bukan pula karena kita ingin mendapatkan pujian serta kedudukan yang tinggi di antara manusia, dan juga bukan karena kita tidak ingin dicela oleh manusia. Apabila kita melakukan suatu amalan hanya karena Allah semata bukan karena kesemua hal tersebut, maka ketahuilah saudaraku, itu berarti kita telah ikhlas. Fudhail bin Iyadh berkata, “Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amal karena manusia adalah riya.”

Dalam Hal Apa Kita Harus Ikhlas ?
Sebagian dari kita menyangka bahwa yang namanya keikhlasan itu hanya ada dalam perkara-perkara ibadah semata seperti sholat, puasa, zakat, membaca al qur’an, haji dan amal-amal ibadah lainnya. Namun sahabatku dan saudaraku yang manis, ketahuilah bahwa keikhlasan harus ada pula dalam amalan-amalan yang berhubungan dengan muamalah. Ketika kita tersenyum terhadap orang lain, maka kita harus ikhlas. Ketika kita mengunjungi orang lain, maka kita harus ikhlas. Dan tidaklah kita melakukan itu semua kecuali semata-mata karena Allah,
Rasulullah SAW bersabda: “Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau ?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini.” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: “Tidak, hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itu pun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena-Nya.” (HR. Muslim)
Subhanallah ya? tidaklah orang ini mengunjungi saudaranya tersebut kecuali hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Tidakkah kita ingin dicintai oleh Allah SWT?
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu.” (HR Bukhari Muslim)
Jika kita mampu merenungi sabda Rasulallah SAW tersebut ini, bahkan “hanya” dengan sesuap makanan yang seorang suami letakkan di mulut istrinya, apabila dilakukan ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Bagaimana pula jika kita mampu melakukan segala keikhlasan kita pada setiap detak jantung kita dan pada setiap perjalanan kehidupan kita? Sungguh merupakan suatu keberuntungan yang amat sangat besar dan amat teramat luar biasa seandainya kita dapat menghadirkan keikhlasan dalam seluruh kehidupan kita.

Jangan Mengharap “Terima Kasih” dari Seseorang
Entahlah pernah atau tidak saya berbuat demikian namun hal ini penting kita perhatikan ketika kita melakukan perbuatan yang baik kepada orang lain yakni jangan pernah mengharapkan tanda terimakasih kepada kita, apapun yang kita lakukan atau sebaik dan sebanyak apapun perbuatan baik kita kepada orang lain maka janganlah kita mengharapkan “terima kasih” dari seseorang tersebut.
Cobalah kita perhatikan pada kehidupan kita, dan kita tak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah terkejut, bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri yakni Allah SWT Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda. ( La Tahzan, DR ‘Aidh Al-Qarni, hal 12 )
Inilah tulisan yang tanpa sengaja aku temukan di internet ketika itu bisa membuat aku manangis. Tatkala hati sedang gundah, pikiran tak karuan dikarenakan pikiran negatifku yang beranggapan bahwa seseorang yang menurutku sangat menjadi prioritas dalam perhatianku, seseorang yang menurutku manjadi segalanya (menurut anggapan keliruku) tak berkenan ada ketika aku membutuhkanya, dan mudah mempermasalahkan hal-hal yang menurutku tak perlu dipermasalahkan, menurut Logika negatifku ia hanya baik ketika ia membutuhkan aku, tapi begitu ia tak membutuhkan aku ia seakan-akan membenciku dan menjauh dariku. Ketika perasaan kacau, ketika pekerjaaku teracuni olenya yang mengakibatkan sikapkupun tak seperti biasa, seseorang sahabatku, mengajarkan arti keikhlasan kepadaku. Ia berkata “Jika kita berharap pada manusia maka suatu saat kita pasti akan kecewa, maka barharaplah sesuatu hanya pada Allah maka kita tidak akan pernah kecewa”. DR ‘ Aidh Al-Qorni yaitu La Tahzan. Subhanalloh ketika membacanya seolah-olah aku mendapat obat atas segala sakit yang ada pada hatiku. Aku mendapat teguran-teguran yang dapat mengembalikan semangatku. Aku mandapatkan makna dari sebuah keikhlasan hati. Ternyata selama ini segala sesuatu yang aku lakukan untuk “nya” adalah penuh harap dan pamrih akan balasan kebaikan darinya. Setelah aku merenungi ternyata benar jika kita berbuat baik niatilah karena Allah, maka kita tidak akan kecewa jika seseorang yang telah kita tolong tidak membalas kebaikan kita bahkan kitapun tetap tersenyum manakala seseorang yang telah kita tolong atu orang yang kita cintai meninggalkan kita atau bahkan berbalik membenci kita. Allah akan membalas segala kebaikan kita tanpa harus melalui seseorang yang kita tolong. Dan Yakinlah Bahwa Allah Maha Bijaksana.
Dan seandainya kita pernah dalam kondisi seperti itu maka yang harus kita sampaikan adalah permohonan maaf kita pada sahabat kita begitupun saya ingin saya sampaikan pada sahabat kehidupanku Maafkanlah jika pernah terjadi segala pikiran dan logika negatifku akanmu Semoga Allah senantiasa memberikan hikmah dari setiap ketetapan-Nya pada kita Agar kita menjadi hamba yang selalu mandapat petunjuk-Nya Amiin, dan Terimakasih untuk semua sahabatku yang selalu mengulurkan tanganya ketika saya jatuh, Semoga Allah akan mengabadikan persaudaraan kita hingga kita berada di alam yang tanpa batasan waktu dan mengumpulkan kita ditempat orang-orang yang baik di syurga-Nya nanti amin.
Suatu saat adakalanya kita merasakan waktu dan tempat terasa sempit kecuali suatu tempat dari Rahmat  Allah SWT yang menguasai setiap hati manusia, betapapun kerasnya hati itu, dengan kekuasanya-Nya Ia dapat meluluhkan hati siapapun, sehingga waktu dan tempat itu terasa begitu lapang untuk kita yang bisa menghargai diri mereka sendiri, untuk mereka yang tulus bersahabat karena Allah, bukan karena harta, pangkat dan lainnya, maka ijinkan saya sekedar menganggap diri saya penting bagi kalian saudaraku dan sahabatku dan kepada semua saudara seiman yg ikhlas berteman karena Allah semoga diberikan kebaikan, karena-Nya lah kita bertemu, dan karena-Nya lah kita berpisah, sehinngga setiap waktu dan tempat itu terasa begitu lapang karena suatu hal yang sangat penting untuk kita pahami, bahwa hidup adalah untuk mempersembahkan yang terbaik, terbaik bagi dunia dan terbaik bagi akhirat kita semua semoga dapat menjadi bahan renungan bagi kita bersama, tak penting kapan kehidupan kita berakhir maka lakukanlah perbuatan yang baik dan terus berusaha untuk melakukan yang baik dengan segala keikhlasan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Ibnu Mas’ud RA berkata, “Perkataan dan perbuatan seorang hamba tidak akan bermanfaat kecuali dengan niat (ikhlas), dan tidaklah akan bermanfaat pula perkataan, perbuatan dan niat seorang hamba kecuali yang sesuai dengan sunnah (mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam)
Semoga saja keabadian kasih sayang dan cinta kita kepada siapapun itu selalu menemani sepi yang kerap menyap hati, mematri kasih hanya untuk sampai di penghujung waktu ajal terjemput menghadang langkah letih kehidupan kita yang senantiasa diselimuti senyuman keikhlasan, perjalanan ini panjang untuk kita tempuhi diatas pilar yang terjaga mari kita bergandeng berjalan bersama mengisi beranda kehidupan kita dengan sulaman cinta penuh warna kasih mesra dalam suka ataupun duka dan selalu terselimuti bulir_bulir keikhlasan dari kedalaman jiwa kita dan beralas tilam kesabaran dari ranting hati dan senantiasa kita merunduk dalam getar simpuh menderma baitan lafadz do’a kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Indah Pemilik Segala Keindahan, bersyukur hingga hari esok datang menjelang dan semoga cinta ini tak henti bersemi diatas lempung kesabaran tak bosan mengiring keikhlasan tak jua beranjak disaat itu, sekarang hingga hembusan nafas terakhir maka kini kupinta kepada Allah, Wahai Penilam Cahaya Kasihku, berikanlah kami kesabaran dan keikhlasan demi meraih keridhaan-Mu tuhan-Ku.

Pondok Mungil

Alye_bae geh…
Berbagai sumber..


Rabu, 15 Juni 2011

Ada yang hilang!!! “keindahannya”



Ada yang hilang!!! “keindahannya”

Kusambut segala keindahan yang hadir dengan kehangatan, walau keindahannya telah pergi aku tak mampu terbang dan menari bersama angin malam diantara awan-awan hitam yang melintang, aku tak mampu berlari disisi samudera yang luas senyumnya menapakan buih-buih kenangan, aku hanya bisa memandang keindahannya dari sini di sudut sepi kegelapan yang mengurung pikiranku, biarlah keindahannya mampu melangit dan terbang tinggi, biarlah aku sendu dalam sandiwara akbar kehidupan menjalani naskah yang tertuliskan untukku, aku yakini, meskipun kau membunuhku lalu kau membenamkanku di dasar yang tak berujung atau kau melemparku dalam pekat kegelapan yang tak bercahaya, masih ada sisi terangnya dari sisi keindaannya, permata tak bisa takhlukan kesunguhanku…

Ada yang hilang dan entahlah angin telah membawanya kemana, pada setitik asa yang tak biasa yang tak pernah kutemukan sebelumnya pada jalan yang membentang diantara mimpiku, betapa terasa hancur dan berubah menjadi kepingan yang hilang namun berbekas dihati sendu pilu sebuah janji atau hanya sebuah kisah dan perkataan ingkar juga pada yang tak pasti seperti ini, aku pernah mengukir dan berjanji akan menyudahi ini dan menghanyutkannya bersama sungai yang hilang diantara belantara kesunyian, aku pernah berjanji dan memaksa aku untuk kembali pada jalanku sendiri, ya jalanku sendiri dan tidak akan lagi aku berpaling pada keindahannya,  aku pergi saja mencoba menghilang namun pertemuan satu purnama berbekas rasa indah yang tak biasa kutemukan dari keindahan kehidupan ini, meruntuhkan segala jiwa memberikan tembang bermelodi indah pada segala tawa, pada apa pada siapa duhai Tuhanku Yang Maha Cinta Pemilik Segala Cinta, Yang Maha Indah Pemilik Jannah, Yang Maha Rahmah dan Rahim Pemilik Segala Kasih Sayang. berdosakah bila kusesali jalan ciptaan-Mu ini?. desah nafasku ketakutanku akan Kekuasaan-Mu kasihilah hamba-Mu ini, lelah hati ini lelah jiwa ini tak rela tapi inilah jalanku aku manusia biasa yang tak patut meminta yang bukan milikku ampuni dan bimbinglah hamba-Mu ini Ya Allah…

Hilanglah keindahannya, hanya mentari menemani segala kenangan itu dan rembulan menemani impianku, kegersangan bagai kemarau yang mencekik kehausan jiwaku yang meratapi cahaya hujung malam di kala sunyi saat hilang keindahannya, tinggal aku sendiri yang menjadi teman dan pemuja kesepian, Yang melayani Puisi cinta dan memenuhi dinding waktu dengan berjuta kata buat sang “keindahan” puteri dari segala keindahan, pedihnya hatiku yang terguris oleh tajamnya kerinduan dalam relung sepi, seandainya keindahannya mampu kembali hadir  ke alam nyataku ini, langitakan menangis haru biru, ya ya ya kerana keindahannya duniaku terus berputar, kerana keindahannya aku mampu bernafas, kerana tanpa keindahannya semangat jadi terikat tak bebas, karana keindahannya yang terindah, segala yang ada padaku biarpun jiwa aku pertaruhkan jua, asalkan saja keindahannya bersama kesederhanaanku…

Ada yang hilang dalam cerah hariku entahlah bagaimana aku ceritakan keindahannya yang terus melangit meninggalkanku di dasar jurang ini, ada yang hilang dalam canda tawaku entahlah bagaimana aku mampu menceritakan senyum manisnya mewarnai candaku, ada yang hilang dalam kebersamaanku entahlah bagaimana aku menceritakan sunyi sepiku tanpa nada-nada dari setiap tutur kata keindahannya, ada yang hilang dalam suka duka ku entahlah bagaimana aku ceritakan tiap tinta yang melukiskan kisahku, ada yang hilang dalam beranda-beranda kehidupanku entahlah beberapa kata dan image keindahanya yang terhapuskan, dari dinding-dinding waktuku dalam garis hidup ku yang hilang itu “keindahannya”, ada yang hilang dalam hati kecilku bagaimana aku tunjukan ini pada alam padahal aku bagian darinya, desah nafas dan detak jantungku dalam kerinduan, ada yang hilang dalam seluruh bagian hidupku bagaimana aku dapat menceritakan kisah-kisahku, ada yang hilang dalam harapan-harapan hidupku bagaimana aku berjalan tanpa tau tujuanku, ya ya ya yang hilang itu “keindahannya”…

Keceriaannya, suka dukanya, canda tawanya, senyum manisnya yang dibaluti gaun hijau bagaimana kini aku menemukan keindahannya, ia tak kan pernah tahu itu, takan pernah!, karena aku tahu kesederhanaan dan ketulusanku bukanlah jaminan bagi kesederhanaan dan keindahannya, itu semua yang membuatku tergerak tuk tuliskan setiap kata pada dinding waktuku, bahwa “ada yang hilang” ku sangat kehilangannya, ya ya ya itu keindahannya, alasanku yang bisa membuatku bertahan sampai saat ini, adalah setiap kata yang kuterbangkan bersama harapku dan bayangan keindahannya terkadang hadir dalam beranda hatiku  membuatku kuat dan mencoba memenangkan pertaruhan antara hidup dan mati meski berjalan dengan lelah hati dan jiwa.  membuatku bisa bertahan hidup hingga detik ini, keindahannya adalah alasanku bertahan sampai saat ini, “keindahannya” itulah  satu-satunya alasanku, saat keindahannya terus melangit dan tak lagi disisi sederhanaku, sungguh terasa ada yang hilang, yang hilang itu keindahannya, ya ya ya itulah “keindahanya”…

Entahlah kenapa ada yg hilang, entahlah kenapa keindahannya tak pernah lagi menyapaku sekedar dengarkan tutur katanya nan indah yang senantiasa membuatku tersenyum dari balik haruku, entahlah kenapa, keindahannya tak pernah lagi mampu kutatap, hanya punggungnya yang kulihat membelakangiku itupun saat terakhir yang kulihat, itulah sebuah kisah  tentang keindahannya terkelupas dengan temaram senja dan segala kegundahan menemani kehilangannya, keindahannya yang tenggelam di senja saat itulah aku merasa ada yang hilang, ya ada yang hilang tentang keindahannya ya ya ya keindahannya putri dari segala keindahan, disudut kota mertapolitan dari sebuah pondok mungil terkelupas rasa rindu dengan haru dan pilu ada segudang kegundahan ada kisah yang hilang, ketika itu tentang sebuah kerinduan dari alam keabadian  dan deru tangis meratapi kehilangannya, sepertinya hilang sudah harapan cita-citaku, oh Tuhan pemilik hatiku dan pemilik keindahannya kembalikanlah keindahannya pada sisi kesederhanaanku, orang yang kebingungan mencari keindahannya yang hilang…


pondok mungil.

Lye


Kamis, 09 Juni 2011

BAGAIMANA HARUS MENGAKHIRINYA???


BAGAIMANA HARUS MENGAKHIRINYA???

Di sana Dia hanya diam duduk di jendela kamarnya yang mulai dihiasi temaram cahaya rembulan dengan kerinduan yang luar biasa tak bergeming Tak pula berkata Meski masih menetra Dan memekak gendang telinganya mengingat setiap kata yang tercipta pada kisah kehidupannya, kemudian ia terbaring dengan kibasan romantisme keheningan menyelimuti sunyi sepinya, Sementara aku... Masih  menanam benih kerinduan Memupuk dengan ketidakpastian Menyiram dengan kesedihan yang yang pernah ku tuai mungkin hanya kekecewaan Tak peduli seberapa sakit hatiku Asal jantung masih berdetak itu cukup menandakan aku masih tetap bertahan untuk hidup dan melukiskan kisah-kisah kehidupanku entah sampai kapan?

Dia masih  terdiam duduk di jendela kamarnya yang mewah dihiasi lampu-lampu keindahan dan tak bergeming tak pula berkata mungkin hatinya dicuri sang malaikat tenggelam dalam dunia yang dia ciptakan dengan berbagai jenis permata keindahan yang memancarkan cahaya yang indah dan kehangatan yang luar biasa dalam kisah keindahan tentang cinta, Sementara aku... mulai menanam benih kebencian memupuk dengan dendam menyiram dengan ketidakwajaran dan kuharap akan kutuai kepuasan namun bukan itu yang kuinginkan aku hanya berharap senyumku yang tulus mampu membayar semua itu, dan mengubur kebencian itu didasar jurang yang tak mungkin bisa ku ambil lagi karena aku akan bahagia jika melihatnya senyum bahagia.


Kuasah parang yang bergerigi terbuat dari intan permata yang menghujam tepat di jantungnya Lebih baik detak jantungnya terhenti daripada hidup dan bergerak tanpa hati dan perasaan Ataukah harus kuakhiri saja? Telah banyak yang dikorbankan... Haruskah berhenti dipertengahan? Tidak!!! Semuanya harus jelas Kesungguhanku yang akan menjawabnya Entahlah!! Sekuat apa aku ? Entahlah, dan...entah!!! Yang pasti Tak kubiarkan jiwanya goyah Hanya karena kisah yang kau buat dan kau berikan dengan sedikit ketidakpastian, Haruskah berakhir sampai disini ? Jiwaku berontak, Otakku mendebat Haruskah kuakhiri saja ? sekali lagi tidak!!! Aku memang bukan petarung sejati, bukan manusia yang memiliki kekuatan yang luar biasa, namun perasaan kesetiaan… hanya kesetiaan yang hadir disisi-sisi jiwaku.


Saat dinding-dinding waktu kembali hadir dan berdetak kencang diantara sunyinya malam aku kembali terbangun oleh desahan malam yang menghamburkan rintik hujan di atas genteng,,, gemericiknya tertampar angin dan masuk lewat tempias kamarku. Membasahi kerinduanku yang mulai mengering dan membekukan hatiku ketika wajahmu terlintas melewati bayangan disisi hatiku, malam pun kian bising dengan gemuruh,, sesekali aku menengadah kelangit-langit kamarku, karena aku takut tertimpa rapuhnya. Entah kenapa aku jadi memikirkannya lagi malam ini… Wajahnya terlintas di benakku.. Jeritannya masih tersimpan kuat di otakku.. semuanya terekam begitu jelas meski pertemuanku hanya satu purnama, Keluh kesahnya bagai belati yang bersarang kokoh di jantung yang tak lagi lentuk, matanya yang sayup dengan sinaranya yang begitu sejuk terlintas pula dari sudut-sudut gelap malamku kini, dan aromanya tiba-tiba datang dan terasa sangat menyengat penciumanku.. oh,,,,,,,,!!!!!! Bagaimana kini aku, Akankah aku terbangun dalam mimpi atau aku mimpi dalam bangunku.. dia selalu membayangi dalam mimpiku namun ia sungguh telah hadir dan nyata dsi kehidupanku, dia nyata dikehidupanku namun ia hanya kan menjadi mimpi dalam nyataku.

Dan di atas sana gemuru semakin besar Seakan langit mau roboh olehnya. Gemericik hujan kini tak lagi terdengar merdu namun iramanya semakin besar dan semakin cepat di hantar kilat yang berserakan di udara.. sementara awan hitam menari berkejaran dan bernyanyi dengan riangnya, bagai menikmati pesta malam yang pongah.. menyaksikan si kecil ini dengan doa-doa yang kuterbangkan bersama angin-angin malam yang terbang kian kemari bersama derai hujan yang belum pula terhenti, sementara kerinduan ini semakin menggunung dan mengikuti arah angin yang membawanya, Kembali aku terjaga malam ini dalam hati yang resah, gundah, gelisah, dan bejubel ketakutan… Dengan kalimat seperti apakah harus ku akhiri secarik rajutan kata-kata ini dan bagaimana aku harus merajut mimpi, maka datanglah subuh sebagai awal dari penciptaan pagi. Kututup lembar malam ini dalam hitungan rakaat Episode hidup Hari berganti Selalu ada yang tertinggal Sekeping hati. Maka di situs ini kutitipkan puisi Sebab ragaku akan kembali menantang hari Menghargai kenyataan: Datang dan pergi… Lahir dan mati… tanpa berkesudahan dan senyumku hanya itu yang aku punya hingga hangatnya dhuha menyapaku aku ingin selalu tersenyum untukmu meski kau tak pernah tau.


Di antara bibir pantai yang mengangga kutatap lurus ke depan melihat angkuhnya jurang curam yang mengangga lebar diantara samudera nan luas, mempersilahkan tiap tubuh untuk segera memerdekakan diri bebas lepas dari kefanaan ini menawarkan sebuah kesenangan dan entahlah kesenangan seperti apa yang ditawarkan untuk beberapa hati yang tak terbingkis dengan keimanan, ada bisikan halus di telingaku "selangkah lagi...ayo..." lidahku kelu mulutku rapat membisu ketika peluh mulai mempermandikan tubuh kurus ini "ayo..selangkah lagi" "ya" bathinku mantap aku muak aku muntah dengan kesesakan ini aku mulai bosan dengan beberapa jalan yang kuambil dari kehidupan ini, aku mau melangkah selangkah lagi ketika sekonyong-konyong dingin udara menamparku dengan kebenciannya dan gemuruh ombak menabrakku membuat tubuhku gentar.... oh....dalamnya samudera pintu jurang ini "tidak" "tidak" aku takut mati… aku takut “mati”… aku mau melangkah lagi akan kucoba itu…

Seandainya kaki, tangan dan mataku bisa berbicara aku takan perlu lagi mengungkap kejujuran dengan lidahku yang tak pernah kau percaya. Semoga suatu saat nanti meski di Syurga akan kubuktikan itu… dan kau akan menyaksikan kebenaran itu dengan keyakinan yang meski terasa sia-sia akan mengalirlah airmata kasihmu yang sesungguhnya. Dan aku akan mampu tersenyum mensyukuri kebenaran yang tak lagi terhijab, syukurpun kupersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Agung.


alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*