Kamis, 03 Desember 2009

MODEL PEMBELAJARAN
TERPADU IPA














SMP/MTs/SMPLB
















DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL
PUSAT KURIKULUM


KATA PENGANTAR

Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35, mengenai standar nasional pendidikan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan.
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Salah satu tugas Pusat Kurikulum adalah mengembangkan model-model kurikulum berdiversifikasi sebagai bahan pertimbangan bagi BSNP untuk dapat menetapkan model-model kurikulum. Model-model tersebut adalah sebagai berikut ini.
1. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran.
2. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar.
3. Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal.
4. Model Pengembangan Diri.
5. Model Pembelajaran Terpadu IPA SMP.
6. Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP.
7. Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup SMP dan SMA.
8. Model Penilaian Kelas.
9. Model KTSP SD
10. Model KTSP SMP
11. Model KTSP SMA
12. Model KTSP SMK
13. Model KTSP Pendidikan Khusus
Model-model ini bersama sumber-sumber lain dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, sehingga pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Salah satu model diatas adalah Model Pembelajaran Terpadu IPA SMP. Model ini memberi contoh bagi guru IPA di SMP untuk menyusun program kegiatan dan pelaksanaan kegiatan serta penilaiannya.
Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, contoh-contoh KTSP dan model-model ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.



Kepala Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Depdiknas,



Diah Harianti
DAFTAR ISI




Kata Pengantar

Daftar Isi



Bab I. Pendahuluan
1
A.
Latar Belakang .………………………………………………………………………….
1
B.
Tujuan …………………………………………………………………………………………
2
C.
Ruang Lingkup ……………………………………………………………………………
2
D.
Sistematika
2



Bab II. Kerangka Berpikir
4
A.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam …………………………………………..
4
B.
Karakteristik Bidang kajian IPA ………………………………………………….
6
C.
Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu …………………………………………….
7
D.
Konsep Pembelajaran Keterpaduan dalam IPA ………………………….
8



Bab III. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu
13
A.
Perencanaan ……………………………………………………………………………….
13
B.
Model Pelaksanaan Pembelajaran ………………………………………………
15
C.
Penilaian ……………………………………………………………………………………..
17



Bab IV Implikasi Pembelajaran IPA Terpadu
20
A.
Guru
20
B.
Peserta Didik
22
C.
Bahan Ajar
23
D.
Sarana dan Prasarana
24


Lampiran:

1. Peta Kompetensi Dasar Yang Berpotensi IPA Terpadu ………………….
25
2. Contoh Silabus Pembelajaran IPA Terpadu …..........................
27
3. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu ………....
35
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil refleksi, pemikiran, dan pengkajian ulang dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini disusun untuk menciptakan tamatan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mewujudkan karakter nasional.

Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum.

Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615).

Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, dan materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.


B. Tujuan
Tujuan penyusunan Model Pembelajaran IPA Terpadu untuk SMP/MTs ini pada dasarnya untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Secara rinci, penyusunan model ini di antaranya bertujuan untuk:
1.memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajaran IPA terpadu pada tingkat SMP/MTs;
2.memberikan bekal keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian;
3.memberikan bekal kemampuan kepada guru agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran IPA terpadu;
4.memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait (misalnya kepala sekolah dan pengawas), sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu.


C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan Model ini meliputi pengertian IPA Terpadu, Karakteristik Pembelajarn IPA Terpadu, pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dan penilaian di kelas sehingga dicapai tujuan yang diinginkan.

Pembelajaran IPA secara terpadu harus menggunakan tema yang relevan dan berkaitan. Materi yang dipadukan sebaiknya masih dalam lingkup bidang kajian IPA.

Tema yang dibahas disajikan dalam konteks IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat, yang melibatkan aktivitas peserta didik secara berkelompok maupun mandiri. Aktivitas peserta didik perlu ditunjang oleh media pembelajaran yang memadai, agar peserta didik dapat memahami tema secara komprehensif dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

D. Sistematika

Model Pembelajaran IPA Terpadu memuat beberapa keterpaduan antar-Kompetensi Dasar. Model ini juga mencakup apa dan bagaimana seorang guru di SMP/MTs mengembangkan dan melaksanakan model tersebut. Sistematika anduan pengembangan pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut.

Bab satu, merupakan pendahuluan yang memuat penjelasan tentang latar belakang serta pentingnya keberadaan panduan. Selain itu juga mengungkapkan tujuan serta sistematika sajian.

Bab dua, berisi penjelasan tentang kerangka berpikir yang mencakup tentang pengertian, karakteristik, tujuan, konsep keterpaduan IPA, dan model keterpaduan berdasarkan topik.

Bab tiga, berisi tentang strategi pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu, yang menjelaskan tahapan tentang perencanaan (meliputi pemetaan Kompetensi Dasar, pemilihan topik, penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam indikator, penyusunan silabus, dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran), pelaksanaan pembelajaran (meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir serta tindak lanjut), dan penilaian.

Bab empat, berisi tentang implikasi pembelajaran IPA Terpadu yang menjelaskan peran guru, siswa, serta sarana dan prasarana pembelajaran.

Lampiran:
Model pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs








BAB II
KERANGKA BERPIKIR


A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
1.sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2.proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3.produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4.aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.

Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.


B. Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.

Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.

C. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu

Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.

1.Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, dan makhluk hidup dan proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.
Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.



2.Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.

Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

3.Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.


D. Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA

1. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, pada tingkat pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup IPA .

Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara laian sebagai berikut.
(a)Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang kajian tersebut (Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
(b)Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan.
(c)Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
(d)Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
(e)Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
(f)Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
(g)Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.

Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.

(a) Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.

(b)Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.

(c)Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.

(d) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

(e) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

(f) Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA.


2. Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA

Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa bidang kajian adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik.

Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu:
(a)peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri;
(b)peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
(c)peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan ‘melakukan’ kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya;
(d)memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik;
(e)belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.

Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkaitkan antara IPA–lingkungan- teknologi-masyarakat.

Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.


Contoh 1:





Lingkungan Materi dan sifatnya







Kesehatan Makhluk hidup dan
proses kehidupan

Gambar 2.1. Jaringan tema rokok


Contoh 2:















Gambar 2.2 Jaringan Tema Energi



Contoh 3:
















Gambar 2.3 Jaringan Tema Proses-proses Yang Terjadi di Lapisan Biosfer


BAB III
STARTEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU


PERENCANAAN

Secara konseptual yang dimaksud terpadu pada pengembangan pembelajaran IPA dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan evaluasi dalam mata pelajaran IPA.

Konsep-konsep yang dapat dipadukan pada semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang sama (tertentu) dengan tidak meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada semester lainnya.

Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA.

Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:





















Gambar 3.1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Langkah (1):
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar. Contoh lihat lampiran.

Langkah (2):
Langkah berikutnya dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan dan melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian IPA per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Contoh lihat lempiran.

Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut.
a.Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.
b.Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.
c.Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPA pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja.
d.Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.


Langkah (3):
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan tema pemersatu antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Tema yang dipilih harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan dan dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai bidang kajian IPA. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPA pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Contoh lihat lampiran

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPA Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.
a.Tema, dalam pembelajaran IPA Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian IPA.
b.Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
c.Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan.

Langkah (4):
Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan. Contoh lihat lampiran.

Langkah (5):
Setelah membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus. Contoh lihat lampiran.

Langkah (6):
Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu, dikembangkan dari berbagai indikator bidang kajian IPA menjadi beberapa kegiatan pembelajaran yang konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antara beberapa bidang kajian IPA. Komponen penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPA, Kompetensi Dasar, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber Belajar. Contoh lihat lampiran.

Langkah (7):
Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan tema yang terpadu, selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPA Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.

Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan. Contoh lihat lampiran.


MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu, dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut.

1. Kegiatan Awal/Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama.

Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.


2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka dan kegiatan non-tatap muka. Kegiatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di luar kelas atau di luar sekolah.

Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu, di antaranya adalah sebagai berikut ini.

a)Kegiatan yang paling awal: Guru memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah menuliskannya di papan tulis dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang akan dikuasai oleh peserta didik.

b)Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Guru menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator yng memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip belajar sesuai dengan ’konstruktivisme’ hendaknya dilaksanakan dalam pembelajaran terpadu

Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di bidang kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian lainnya. Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui pembelajaran yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan.

3. Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antaranya:
a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.



C. PENILAIAN

Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.

Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan terdapat pada lampiran. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian berbasis kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Objek penilaian mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
1.Teknik Penilaian
Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1) Kuis dan (2) Tes Harian.
Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah: (1) observasi, (2) angket, (3) wawancara,(4) tugas, (5) proyek, dan (6) portofolio.

2.Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah:
Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja
Nontes: panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, dan rubrik.

3. Instrumen
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi.
Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.


Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi dengan non-tes, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.























Gambar 3.2 Model penilaian pembelajaran terpadu


Guru dapat mempraktikkan beberapa teknik penilaian, baik yang termasuk dalam ranah kognitif, afektik, maupun psikomotor. Tugas berupa laporan baik secara individu maupun kelompok sebaiknya berupa tugas aplikasi, misalnya merupakan hasil pengamatan di luar kelas. Dapat pula berupa tugas sintesis dan evaluasi, misalnya tugas pemecahan masalah lingkungan dan usulan cara penanggulangannya. Melalui penugasan ini maka kemampuan berpikir dan kepekaan peserta didik akan terasah.

Untuk keperluan pelaporan hasil penilaian guru dapat memberikan bobot bagi setiap tugas yang diberikan tergantung pada pertimbangan guru sesuai dengan karakteristik tugas, baik tes maupun nontes. Penilaian untuk pelaporan mengacu pada pedoman penilaian. Oleh karena keterpaduan pembelajaran IPA meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, makhluk hidup dan proses kehidupan, maka dalam pelaporan hasil penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan menjadi nilai bidang kajian IPA .



BAB IV
IMPLIKASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU


Sesuatu yang baru atau merupakan inovasi tentu tidak mudah untuk dilaksanakan, karena memerlukan penyesuaian diri dan kemauan untuk beradaptasi. Begitu pula dengan pembelajaran IPA Terpadu. Pembelajaran terpadu biasa dilakukan jenjang pendidikan usia dini, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang SMP/MTs dan SMA/MA. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan.


A. Guru

Pembelajaran IPA Terpadu merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas.
Di sekolah pada umumnya guru-guru yang tersedia terdiri atas guru-guru disiplin ilmu seperti fisika, kimia, dan biologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada Kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya. Di samping itu, pembelajaran IPA juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.
Untuk itu, dalam pembelajaran IPA terpadu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: (a) team teaching, dan (b) guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing.
1. Team Teaching
Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team teaching; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari satu orang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1) pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa guru yang ahli dalam masing-masing ( Fisika dan Biologi ), (2) pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh satu orang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan (3) peserta didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan nara sumber dari berbagai disiplin ilmu.
Kelemahan dari sistem ini antara lain adalah jika tidak ada koordinasi, maka setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan sehingga pencapaian KD tidak akan terpenuhi. Selanjutnya, jika kurang persiapan, penampilan di kelas akan tersendat-sendat karena skenario tidak berjalan dengan semestinya, sehingga para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di dalam kelas.
Untuk itu maka diperlukan beberapa langkah seperti berikut.
(a)Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan SK yang harus dicapai dalam satu topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan berapa guru bidang studi IPA yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada topik tersebut.
(b)Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya KD yang termasuk dalam SK yang ia mampu, seperti misalnya SK-1 oleh guru dengan latar belakang biologi, SK-2 oleh guru dengan latar belakang fisika, dan seterusnya.
(c)Disusun skenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang termasuk ke dalam topik yang bersangkutan, sehingga setiap anggota memahami apa yang harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut.
(d)Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan sistem ini merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi kecanggungan di dalam kelas.
(e)Evaluasi dan remedial menjadi tanggung jawab masing-masing guru sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sehingga akumulasi nilai gabungan dari setiap Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi menjadi nilai mata pelajaran IPA.

Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa yang terpenting adalah kerja sama antarguru IPA yang ada di suatu sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran, mulai dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran hingga kesepakatan dalam bentuk penilaian. Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kerja sama antar guru IPA, baik yang ada di sekolah maupun dalam lingkup MGMP. Kerja sama ini meliputi saling mempelajari materi dari bidang kajian yang lain. Selain meningkatkan kerja sama, pembelajaran terpadu juga meningkatkan keharusan bagi guru untuk memperluas wawasan pengetahuannya.
2. Guru Tunggal
Pembelajaran IPA dengan satu orang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) IPA merupakan satu mata pelajaran, (2) guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan (3) oleh karena tanggung jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi untuk saling mengandalkan tidak akan muncul.
Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPA terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni: (1) oleh karena mata pelajaran IPA terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru yang tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut, (2) seorang guru bidang studi fisika tidak menguasai secara mendalam tentang kimia dan biologi sehingga dalam pembelajaran IPA terpadu akan didominasi oleh bidang studi yang selama diajarkannya ( bidang stuudi latar belakangnya ), serta (3) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.

Untuk tercapainya pembelajaran IPA Terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut.
(a)Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPA diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Fisika diberikan pelatihan tentang bidang studi Kimia dan Biologi.
(b)Koordinasi antarbidang studi yang tercakup dalam mata pelajaran IPA tetap dilakukan, untuk mereviu apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar yang ia mampu.
(c)Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak ke dalam pemaparan yang parsial bidang studi.
(d)Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai dengan target pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan.

Pembelajaran terpadu oleh guru tunggal dapat memperkecil masalah pelaksanaannya yang menyangkut jadwal pelajaran. Secara teknis, pengaturannya dapat dilakukan sejak awal semester atau awal tahun pelajaran. Hal yang perlu dihindarkan adalah pembahasan materi yang tidak seimbang karena wawasan pengetahuan tentang materi pelajaran yang lain kurang memadai. Hal utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran terpadu secara konseptual maupun praktikal.



B. Peserta didik

Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran IPA Terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif.

Selain itu, model pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan Kompetensi Dasar. Dengan mempergunakan model pembelajaran IPA Terpadu, secara psikologik, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.


C. Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam maka dalam pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya.
Sumber belajar utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam, lingkungan sosial sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya dapat pula memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti multimedia dan internet. Aktivitas peserta didik dalam penugasan dapat menjadi nilai tambah yang menguntungkan.
Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama maupun buku penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru, dalam hal ini, dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan.
Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.


D. Sarana dan Prasarana

Dalam pembelajaran IPA terpadu diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran IPA Terpadu, guru harus memilih secara jeli media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan bidang kajian.

Namun demikian, dalam pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana yang relatif lebih banyak dari pembelajaran monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, peserta didik harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang komprehensif untuk satu topik tertentu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA Terpadu.

A.PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR YANG BERPOTENSI IPA TERPADU

Kelas VII Semester 1
Fisika
Kimia
Biologi
Tema

STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar: 3.1
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia

Kompetensi Dasar: 4.1
Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat




-

Wujud Zat dan Kelarutan

STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar: 3.4
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia

Kompetensi Dasar: 4.2
Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia

Kompetensi Dasar: 4.4
Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana





-

Suhu, Kalor, dan Penyulingan
Kelas VIII Semester 1
Fisika
Kimia
Biologi
Tema

-

STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan

Kompetensi Dasar: 4.3
Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan

STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

Kompetensi Dasar: 1.4
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan


Bahan Kimia dalam Makanan

-

STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan

Kompetensi Dasar: 4.5
Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

Kompetensi Dasar: 1.5
Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

Rokok dan Kesehatan













B.PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR IPA TERPADU


Kelas VII Semester 1
Fisika
Kimia
Biologi
Tema
indikator

STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar: 3.1
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia

Kompetensi Dasar: 4.1
Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat




-

Wujud Zat dan Kelarutan
Mengamati terjadinya perubahan wujud suatu zat
Menggambarkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran
Menentukan titik didih, titik leleh dan titik beku bahan-bahan materi dan sifatnya di rumah tangga berdasarkan data percobaan.
Menunjukkan perbedaan antara titik didih dan titik leleh.
Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat berdasarkan data percobaan.
Menjelaskan variabel kontrol dan variabel manipulasi dalam proses pelarutan


STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar: 3.4
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia

Kompetensi Dasar: 4.2
Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia

Kompetensi Dasar: 4.4
Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana







Suhu, Kalor, dan Penyulingan
Menunjukkan pengaruh kalor terhadap:
perubahan suhu benda
perubahan wujud zat
Menyebutkan:
faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
Menentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
Menerapkan hubungan Q = m. C . t;
Q = m. U dan
Q = m. L untuk memecahkan masalah sederhana
Merancang dan membuat peralatan sederhana yang memanfaatkan prinsip kalor *)
Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor *)




Mengidentifikasi pemisahan campuran, berdasarkan ukuran partikel dan titik didih.
Melakukan percobaan untuk memisahkan campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi).





Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan warna.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan suhu (reaksi eksoterm dan reaksi endoterm).
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya endapan.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya gas.

Kelas VIII Semester 1
Fisika
Kimia
Biologi
Tema
indikator

-

STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan

Kompetensi Dasar: 4.3
Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan

STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

Kompetensi Dasar: 1.4
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan


Bahan Kimia dalam Makanan
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan makanan dan minuman kemasan.
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kima buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan pengembang) yang terdapat dalam bahan makanan kemasan.
Mendeskripsikan jenis makanan bagi bayi berdasar kandungan zat yang ada di dalamnya


-

STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan

Kompetensi Dasar: 4.5
Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

Kompetensi Dasar: 1.5
Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

Rokok dan Kesehatan
Menjelaskan dampak negatif rokok bagi kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Menjelaskan cara menghindarkan diri dari rokok Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya







SILABUS PEMBELAJARAN IPA TERPADU

SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VII/1
TEMA : Wujud zat dan kelarutan


Bidang Kajian
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran

Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar




Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh
Instrumen


Energi dan perubahannya
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Melakukan percobaan untuk menyelidiki terjadinya perubahan wujud



Mendiskusikan susunan dan gerak partikel pada berbagai perubahan wujud


Mengamati terjadinya perubahan wujud suatu zat



Menggambarkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran
Tes unjuk kerja






Tes tulis






Uji petik proses dan produk





Uraian







Rubrik lakukan percobaan tentang terjadinya perubahan wujud zat dan kelarutan zat

Gambarkan susunan partikel zat padat
4 jp
Buku IPA
Bahan referensi lainnya
Lingkung-an sekitar
Materi dan sifatnya
4.1 Membanding-kan fisika dan kimia zat
Menganalisis data titik didih, titik leleh dan titik beku beberapa bahan materi dan sifatnya di rumah tangga











Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat dan menentukan variabel kontrol dan variabel manipulasinya
Menentukan titik didih, titik leleh dan titik beku bahan-bahan materi dan sifatnya di rumah tangga berdasarkan data percobaan.
Menunjukkan perbedaan antara titik didih dan titik leleh.

Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat berdasarkan data percobaan.
Menjelaskan variabel kontrol dan variabel manipulasi dalam proses pelarutan
Tes tertulis















Tes harian
Uraian















Unjuk kerja
Tuliskan perbedaan antara titik didih dengan titik leleh












Ukur suhu air di gelas materi dan sifatnya I dan gelas materi dan sifatnya II mengguna-kan termometer.
Apakah terjadi perubahan wujud ketika proses pelarutan.







SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VII/1
TEMA : Suhu, Kalor, dan Penyulingan


Bidang Kajian
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar




Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen


Energi dan perubahan-nya
3.4 Mendeskripsi-kan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapan-nya dalam kehidupan sehari-hari
Melakukan percobaan untuk menyelidiki:
Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud zat
Faktor-faktor yang mempercepat penguapan
Cara memisahkan campuran
Cara menjernihkan air
Mendiskusikan:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
Variabel kontrol, manipulasi dalam proses kelarutan
Pemisahan campuran berdasarkan ukuran partikel dan titik didih
Menunjukkan pengaruh kalor terhadap:
perubahan suhu benda
perubahan wujud zat
Menyebutkan:
faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
Menentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
Menerapkan hubungan Q = m. C . t;
Q = m. U dan
Q = m. L untuk memecahkan masalah sederhana
Merancang dan membuat peralatan sederhana yang memanfaatkan prinsip kalor *)
Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor *)
Unjuk Kerja






Tes tertulis
Uji petik prosedur dan produk




Uraian
Lakukan percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud zat

Apa hubungan antara titik didih, titik beku, dengan perubahan wujud? Jelaskan!
8 jp
Buku IPA
Lingkungan Sekitar
Materi dan sifatnya
4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia

Mengidentifikasi pemisahan campuran, berdasarkan ukuran partikel dan titik didih.
Melakukan percobaan untuk memisahkan campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi).

Tes unjuk kerja
Tes identifikasi
Kelompokkan bahan berikut (setelah didiskusikan) sesuai dengan:
a.ukuran partikel
b.titik didih



4.4Mengidentifi-
kasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana
Melakukan percobaan terjadinya reaksi kimia berdasarkan: perubahan warna, perubahan suhu, terbentuknya endapan, dan terbentuknya gas

Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan warna.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan suhu (reaksi eksoterm dan reaksi endoterm).
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya endapan.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya gas.
Tes unjuk kerja
Unjuk kerja prosedur dan produk
Lakukan percobaan terjadinya reaksi kimia



SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VIII/1
TEMA : Bahan Kimia Dalam Makanan


Bidang Kajian
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar




Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen


Materi dan sifatnya
4.3 Mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
Mengklasifikasikan bahan kimia dalam makanan dan minuman dalam kemasan


















Mengidentifikasi bahan kimia dalam kemasan susu bayi dan kaitannya dengan kesehatan

Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan makanan dan minuman kemasan.
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kima buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan pengembang) yang terdapat dalam bahan makanan kemasan.
Tes unjuk kerja




















Tes tertulis
Tes identifikasi





















Uraian
Kelompokkan bahan-bahan makanan kemasan yang mengandung:
a. bahan pengawet
b. bahan penyedap
c. bahan pewarna












Sebutkan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam kemasan makanan, contoh: chiki!
Menjelas-kan efek samping bahan kimia dalam kemasan susu bayi!

4 jp
Buku IPA
Lingkungan sekitar
Makhluk hidup dan proses kehidupan
1.4 Mendeskripsi-kan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan


Mendeskripsikan jenis makanan bagi bayi berdasar kandungan zat yang ada di dalamnya







SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VIII/1
TEMA : Rokok dan Kesehatan

Bidang Kajian
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar




Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen


Materi dan sifatnya
4.5 Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.

Menggali informasi dampak negatif rokok dan penyakit pada sistem pernapasan
Menulis artikel atau membuat leaflet tentang cara menghindarkan diri dari rokok
Menjelaskan dampak negatif rokok bagi kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Menjelaskan cara menghindarkan diri dari rokok
Tugas
Tugas rumah
Buatlah artikel atau leaflet tentang bahaya rokok
2 jp
Buku IPA
Bahan referensi lainnya

Makhluk hidup dan proses kehidupan
1.5 Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan


Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya






Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VII/1
Tema : Wujud zat dan kelarutan
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)

A.Standar Kompetensi:
Energi dan Perubahannya (3) : Memahami wujud zat dan perubahannya
Materi dan sifatnya (4) : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia

B.Kompetensi Dasar dan Contoh Indikator:
Energi dan Perubahannya (3.1):
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengamati terjadinya perubahan wujud suatu zat
Menggambarkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran

Materi dan sifatnya (4.1):
Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat
Menentukan titik didih, titik leleh, dan titik beku bahan-bahan materi dan sifatnya di rumah tangga berdasarkan data percobaan.
Menunjukkan perbedaan antara titik didih dan titik leleh.
Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat berdasarkan data percobaan.
Menjelaskan variabel kontrol dan variabel manipulasi dalam proses pelarutan

C. Tujuan:
Setelah melakukan percobaan tentang wujud zat dan kelarutannya, peserta didik dapat:
1.menggambarkan susunan dan gerak paertikel berbagai wujud zat
2.menentukan titik didih, tiitk leleh, dan titik beku beberapa bahan kimia di rumah tangga
3.menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat
D. Pendekatan dan metode pembelajaran :
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Eksperimen
Diskusi kelompok

E.Langkah Pembelajaran:
Pertemuan I: Wujud zat dan kelarutan

Pengetahuan Prasyarat : Kelarutan zat dipengaruhi oleh beberapa faktor
Tahapan Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan Awal
Motivasi: Coba perhatikan bila satu sendok gula dilarutkan dalam segelas air dan diaduk! Apa yang terjadi pada gula tadi?
Kegiatan Inti
Siswa secara berkelompok melakukan kegiatan percobaan perubahan wujud zat
Diskusi kelompok tentang perubahan gerak partikel pada berbagai perubahan wujud
Presentasi hasil kegiatan
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman/kesimpulan dari kegiatan
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik


Pertemuan II

Prasyarat pengetahuan: Perbedaan titik didih dan titik beku
Tahapan Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan Awal
Motivasi: Coba perhatikan apa yang dapat kamu lihat jika es batu ini dimasukkan ke dalam air panas!
Kegiatan Inti
Siswa secara berkelompok melakukan percobaan memasak agar-agar
Diskusi kelompok tentang hasil perubahan wujud agar-agar dari padat menjadi cair, cair menjadi beku, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Presentasi hasil kegiatan
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman/kesimpulan dari kegiatan
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
Uji kompetensi

G. Lembar Kerja
1. Mengamati peruubahan wujud zat
Alat dan bahan:
- gelas, sendok
- air
- garam dapur kasar
- gula batu
- gula merah
- permen (gula-gula)

Langkah kerja:
a. Masukkan bahan-bahan tersebut ke dalam gelas yang berisi air
b. Amati bagaimana perubahan yang terjadi
c. Diskusikan hasil kegiatan dengan kelompok

2. Memasak agar-agar
Alat dan bahan:
- satu bungkus agar-agar
- panci
- kaki tiga
- asbes
- gelas kimia
- pengaduk/sendok

Langkah kerja:
a. Larutkan agar-agar dengan segelas air
b. panaskan sampai mendidih
c. masukkan dalam wadah yang kecil
d. biarkan sampai dingin/mengental

Bahan Diskusi:
1. Termasuk perubahan apakah kegiatan yang kalian lakukan?
2. Buatlah kesimpulan dari kegiatan tersebut!

F. Penilaian
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)

Rubrik Penilaian (Mengamati Perubahan Wujud zat)

No
Aspek
Skor
Jumlah
Nilai


5
4
3
2
1


1
Ketepatan menggunakan bahan







2
Ketepatan membandingkan bahan dengan pelarut







3
Kerjasama dengan teman kelompok







4
Berpartisipasi dalam membuat kesimpulan







5
Menghargai pendapat teman









No
Aspek
Skor
Jumlah
Nilai


5
4
3
2
1


1
Ketepatan menggunakan alat







2
Ketepatan melarutkan bahan







3
Memasukkan bahan yang sudah dilarutkan dalam wadah yang sesuai







4
Dapat bekerja sama antara teman kelompok







5
Berpartisipasi dalam kerja kelompok







6
Menghargai pendapat teman







7
Dapat menyumbangkan pendapat dan menyimpulkan hasil kegiatan









Nilai = Jumlah skor x 100
Skor maksimal

Uraian:
1.Gambarkan susunan partikel zat
2.Jelaskan perbedaan tiitk didih dan tiitk leleh!
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat!

G. Sumber belajar: buku IPA dan lingkungan sekitar





Mata Pelajaran : IPA
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII/1
Tema : Suhu, Kalor, dan Penyulingan
Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran (4 kali pertemuan)

A. Standar Komptensi:
Energi dan Perubahannya (3) : Memahami wujud zat dan perubahannya
Materi dan sifatnya (4) : : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia


B. Komptensi Dasar dan Contoh Indikator:
Energi dan Perubahannya (3.4) :
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Menunjukkan pengaruh kalor terhadap:
perubahan suhu benda
perubahan wujud zat
Menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
Menentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
Menerapkan hubungan Q = m. C . t;
Q = m. U dan
Q = m. L untuk memecahkan masalah sederhana
Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor *)

Materi dan Sifatnya: (4.2) :
Melakukan pemisahan campuran dengan beberapa cara berdasarkan sifat fisika dan kimia
Mengidentifikasi pemisahan campuran, berdasarkan ukuran partikel dan titik didih.
Melakukan percobaan untuk memisahkan campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi).

Materi dan Sifatnya: (4.2) :
Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan warna.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan suhu (reaksi eksoterm dan reaksi endoterm).
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya endapan.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya gas.

C. Tujuan :
Setelah melakukan percobaan tentang pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud, peserta didik dapat:
1.mendeskripsikan bahwa kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu maupun perubahan wujud suatu benda
2.menjelaskan bahwa pada saat terjadi perubahan wujud suhu zat tetap, karena kalor yang diterima tidak untuk menaikkan suhu melainkan untuk mengubah wujud zat.
3.menjelaskan perbedaan antara perubahan fisika dengan perubahan kimia
4.menjelaskan cara memisahkan campuran (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi). Misalnya
untuk penjernihan air
5.menjelaskan bahwa reaksi kimia dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu, perubahan warna, terbentuknya endapan , dan terbentuknya gas, berdasarkan reaksi tersebut
6.menjelaskan faktor-faktor yang mempercepat penguapan
7.menerapkan hubungan Q = m. C . t; Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah
sehubungan dengan kalor

D. Pendekatan dan metode pembelajaran :
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Eksperimen
- Diskusi kelompok
E. Langkah Pembelajaran :
Pertemuan 1 (Pengertian dan Pengaruh kalor) : 2 jam pelajaran

Pengetahuan Prasyarat : Kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud suatu benda
Tahapan Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan Awal
Motivasi : mengapa tangan terasa panas ketika menyentuh ceret panas ?

Kegiatan Inti
Peserta didik dibentuk kelompok
Peserta didik diminta diskusi bahwa “secara alamiah kalor dapat berpindah dari benda bersuhu yang lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah” dan melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa kalor yang diberikan zat padat dapat mengubah suhu dan mengubah wujud zat ”
Contoh LK ”Kalor yang diberikan pada zat padat dapat mengubah suhu dan wujud suatu zat”
Alat dan bahan :
 Es
 Kaki tiga
 Pembakar spiritus
 Termometer

Langkah kerja :
1. Masukkan air ledeng ke dalam bejana kaca tahan panas, kemudian masukkan es batu ke dalamnya.
2. Panaskan bagian dasar bejana dengan pembakar spiritus
3. Amati secara seksama angka yang ditunjukkan oleh termometer mulai dari es batu masih tampak, sampai beberapa saat setelah air mendidih. Cacat hasil pengamatan!
4. Nyatakan tentang pengaruh kalor pada suatu zat!
Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan dari kegiatan di atas.
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
- Kalor merupakan bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan.
Contoh: Gelas akan menjadi panas ketika diisi air panas, karena ada energi yang berpindah dari air panas ke gelas, sebaliknya gelas menjadi dingin ketika diisi dengan air es, karena ada energi yang berpindah dari gelas ke air es yang mengalami kenaikan suhu.
- Kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan kenaikkan suhu atau dapat mengubah wujud suatu zat.
Contoh :
 Es yang dipanaskan (diberi kalor) akan naik suhunya dan akhirnya mencair. Ketika es masih berbentuk padat suhunya masih di bawah 0⁰C, ketika melebur suhunya tepat pada 0⁰C (es berubah wujud menjadi cair)
 Ketika air itu dipanaskan lagi, maka lama-kelamaan air akan mendidih, dsb
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik


F. Penilaian Pertemuan I
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen :
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman konsep berkomunikasi :




No
Urut

No
Induk

Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor



A
B
C
D
E
F















Keterangan aspek yang dinilai :
A. Kemampuan menyampaikan informasi
B. Kemampuan memberikan pendapat/ide
C. Kemampuan mengajukan pertanyaan
D. Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
E. Kemampuan menggunakan bahan yang baku
F. Kelancaran berbicara

Cara Penilaian (Rubrik)
1. Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2. Baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3. Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat jelas

b. Pemahaman dan penerapan konsep akademis:
a. Apakah yang dimaksud dengan kalor?
b. Dapatkah kamu memanaskan suatu benda tanpa menaikkan suhunya? Jelaskan!
c. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja )


No Urut

No Induk

Nama Siswa
ASPEK YANG DINILAI

Skor Maks



A
B
C
D










NO
Penjelasan aspek yang dinilai

A
B
C
D
Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana
Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus
Cara membaca skala termometer

Kriteria skor (Rubrik):
3: Tepat, jika:
a.Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat cepat (terampil )
b.Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana hati-hati (air tidak tumpah)
c.Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus (hati-hati dan menutup lampu spiritus ketika akan dimatikan)
d.Cara membaca skala termometer (pandangan mata tegak lurus)
2: Kurang tepat, jika:
a.Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat dan tidak cepat (kurang terampil)
b.Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana kurang hati-hati (air tumpah)
c.Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus (kurang hati-hati dan menutup lampu spiritus ketika akan dimatikan)
d.Cara membaca skala termometer (pandangan mata kurang tegak lurus)

1: Tidak Tepat, jika:
a.Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat lambat (sama sekali tidak terampil)
b.Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana tidak hati-hati (air tumpah)
c.Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus (tidak hati-hati dan tidak menutup lampu spiritus untuk mematikan, melainkan ditiup)
d.Cara membaca skala termometer (pandangan mata tidak tegak lurus/salah membaca)

Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maksimal

G. Alat dan bahan:
Es
Kaki tiga
Bejana kaca tahan panas
Pembakar spiritus
Termometer
Air ledeng

H. Sumber Belajar:
Buku IPA, lingkungan sekitar

E. Langkah Pembelajaran:
Pertemuan 2 (Menguap, Mengembun dan Mendidih ) : 2 jam pelajaran
Pengetahuan Prasyarat : Kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud suatu benda
Tahapan Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan Awal
Motivasi : Peserta didik diminta diskusi Mengapa badan menjadi dingin sehabis mandi?

Kegiatan Inti
Peserta didik dibentuk kelompok
Peserta didik diminta melakukan diskusi tentang “ Menguap, Mengembun dan Mendidih”
Peserta didik diminta melakukan demonstrasi. untuk menunjukkan bahwa “sewaktu menguap zat memerlukan kalor“
Contoh LK ”Kalor yang diberikan pada zat padat dapat mengubah suhu dan wujud suatu zat”
Alat dan bahan:
Bejana kaca dan larutan alkohol berkadar rendah secukupnya.

Langkah kerja :
a. Tuangkan alkohol ke dalam bejana kaca dan celupkan jari telunjuk ke dalam alkohol tersebut!
b. Angkat segera jarimu dan perhatikan bagaimana alkohol menguap, apa yang kamu rasakan pada jari telunjukmu ketika alkohol menguap ?
Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan kegiatan di atas.

Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
- Kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan terjadinya perubahan wujud atau dapat juga menaikkan suhu.
- Pada saat terjadi perubahan wujud suhu zat tetap, hal ini disebabkan karena kalor yang diberikan tidak untuk menaikkan suhu tetapi untuk mengubah wujud dan ketika zat mengalami perubahan suhu, wujud zat tetap karena kalor yang diterima tidak untuk mengubah wujud tetapi untuk menaikkan suhu.
-2 Diagram perubahan wujud:

Gas
5
3 2
6
1
Padat Cair
4
Keterangan :
Perubahan wujud yang memerlukan kalor :
1. Melebur adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair.
2. Menguap adalah perubahan wujud dari cair ke gas
3. Menyublim adalah perubahan wujud dari padat menjadi gas

Perubahan wujud yang melepaskan kalor :
4. Membeku adalah perubahan wujud dari cair menjadi padat
5. Mengembun adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas.
6. Deposisi (mengkristal) adalah perubahan wujud dari gas menjadi padat

Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
Bukti pada waktu menguap zat memerlukan kalor adalah :
- tangan terasa dingin sehabis dicelukan ke dalam bensin, karena bensin yang menempel pada tangan akan menguap, menguap memerlukan kalor, kalor diambil dari tangan sehingga tangan menjadi dingin.
- Badan terasa dingin sehabis mandi, karena air yang menempel pada badan akan menguap, menguap memerlukan kalor, kalor diambil dari badan sehingga badan menjadi dingin.

Faktor-faktor yang mempercepat penguapan :
1. memanaskan
Dengan enrgi panas molekul-molekul akan lebih cepat bergerak, sehingga pakaian yang dijemur akan cepat kering.
2. memperluas permukaan
dengan memperluas permukaan berarti memperbanyak molekul-molekul yang zat cair yang dekat dengan permukaan, akibatnya molekul-molekul zat cair lebih mudah meninggalkan permukaan atau menguap.
3. meniupkan udara di atas permukaan
meniupkan udara di atas permukaan juga membawa molekul-molekul zat cair dekat ke permukaan, sehingga molekul-molekul tersebut lebih mudah meninggalkan permukaan dan menguap.
4. menyemburkan zat cair
semburan air memberikan suatu luas permukaan yang sangat besar, sehingga molekul-molekul mudah menguap.
5. mengurangi tekanan pada permukaan
dengan mengurangi tekanan di atas permukaan, berarti memberi jarak antarmolekul menjadi renggang.
Prinsip kerja lemari es menggunakan prinsip proses pendinginan yang disebabkan oleh penguapan.
- Freon digunakan sebagai zat cair yang menguap di dalam lemari es. Freon dipompa mengitari lingkaran pipa, di dalam pipa-pipa sebagian freon berwujud gas dan berwujud cair.
- Ketika freon melalui pipa di luar lemari es, freon dimampatkan dan diubah dari gas menjadi cair. Pada saat ini freon melepaskan kalor maka dinding lemari es terasa panas. Freon cair kemudian disalurkan melalui rangkaian pipa di dalam ruang beku, freon cair menguap memerlukan kalor, kalor diambil dari ruang sekitar sehingga ruang beku terasa dingin dan makanan, minuman di dalam lemari es pun terasa dingin.
- Zat cair dikatakan mendidih apabila gelembung-gelembung uap terjadi di dalam seluruh zat cair dan dapat meninggalkan zat cair.
- Pada saat mendidih (terjadi perubahan wujud dari cair menjadi gas) suhu zat tetap, hal ini dibuktikan jika air dipanaskan hingga mendidih yaitu pada suhu 100⁰C suhu air tidak akan naik lagi meskipun dipanaskan terus-menerus. 100⁰C disebut titik didih air. Begitu juga jika gas berubah wujudnya menjadi cair (mengembun) saat melepaskan kalor, suhu juga tetap dan titik embun pun sama dengan titik didih. Jadi tepat pada suhu 100⁰C air berubah wujud dari cair menjadi gas sebaliknya tepat pada suhu 100⁰C gas berubah wujud menjadi cair (mengembun). Akibatnya titik didih sama dengan titik embun dan kalor uap sama dengan kalor embun.
- Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didihnya disebut kalor uap.
- Besarnya kalor yang diperlukan oleh suatu zat cair bergantung pada massa dan besarnya kalor uap suatu zat cair. Dapat dirumuskan:
Q = m . U
Keterangan:
Q = kalor yang diperlukan (menguap) atau dilepaskan (mengembun). Satuan: joule (J)
M = massa zat cair, satuan: kg
U = kalor uap, satuan: J/kg
- Pengaruh tekanan terhadap titik didih, titik didih zat cair akan naik jika tekanan di atas permukaan dinaikkan.
Contoh: Panci pemasak bertekanan (pressure cooker) dapat memasak daging lebih cepat empuk, karena air dalam panci mendidih lebih dari 100⁰C atau kira-kira 120⁰C dan tekanannya sampai 2 atm. Akibatnya daging cepat empuk
- Naiknya titik didih karena tekanan di atas permukaan diperbesar :
 Otoklaf
 ketel uap
- Penurunan tekanan di atas permukaan dapat menurunkan titik didih, oleh karena itu makin tinggi tempat di permukaan bumi suhunya makin rendah karena makin tinggi tempat tekanannya makin rendah.
- Ketidakmurnian zat dapat menaikan titik didih.
- Contoh : air gula, air garam mendidih lebih dari 100⁰C, oleh karena itu jika memasak sayuran menggunakan garam dimaksudkan selain gurih rasanya juga cepat empuk.
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik

F. Penilaian Pertemuan II
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen :
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman konsep berkomunikasi :
No
Urut
No Induk
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor



A
B
C
D
E
F














Keterangan aspek yang dinilai :
A Kemampuan menyampaikan informasi
B Kemampuan memberikan pendapat/ide
C Kemampuan mengajukan pertanyaan
D Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
E Kemampuan menggunakan bahan yang baku
F Kelancaran berbicara
Cara Penilaian (Rubrik)
1) Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2) Baik , jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3) Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat jelas

b. Pemahaman dan penerapan konsep akademis
Mengapa makanan yang simpan di lemari es tidak cepat busuk ?
c. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja)

No
Urut
No Induk


Nama Siswa
ASPEK YANG DIUKUR
Skor Maks



A
B
C
D










NO
Penjelasan aspek yang dinilai

A
B

Cara menuangkan alkohol ke dalam bejana
Cara memasukkan jari ke dalam alkohol

Kriteria skor ( Rubrik ) :
2 : Tepat, jika:
cara menuangkan alkohol ke dalam bejana tepat (alkohol tidak tumpah) dan cara memasukkan jari ke dalam alkohol tepat.
1 : Tidak tepat, jika:
cara menuangkan alkohol ke dalam bejana tidak rapi (alkohol tumpah) dan cara memasukkan jari ke dalam alkoholpun salah (tidak mengerti maksudnya)


Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maxsimal
G. Alat dan bahan :
1Bejana kaca
2Alkohol berkadar rendah

H. Sumber Belajar :
1Buku IPA, lingkungan sekitar

E. Langkah Pembelajaran:
Pertemuan 3 (Melebur, membeku dan Penyulingan Air) 2 jp
Pengetahuan Prasyarat :
1.Menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas.
2.Melebur adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair
Tahapan Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan Awal
Motivasi : Bagaimana cara membuat air mawar yang seringdigunakan untuk kecantikan para wanita ?

Kegiatan Inti
Peserta didik dibentuk kelompok
Peserta didik diminta melakukan demonstrasi atau percobaan ”Mengamati proses melebur dan mebeku “ , mengamati proses ketidakmurnian zat terhadap titik lebur zat “
Peserta didik diminta melakukan diskusi tentang “ pemanfaatan sifat kalor ”
Contoh LK
1) Mengamati proses melebur dan mebeku
Alat dan bahan :
- Bejana, kaki tiga, lampu spiritus, air, lilin termometer, tabung reaksi dan penjepit.

Langkah kerja :
a. Melebur
Panaskan air dalam bejana kaca tahan panas, celupkan sebuah tabung yang mengandung lilin padat ke dalam air. Baca suhu lilin setiap setengah menit sampai semua lilin melebur.

b. Membeku
Keluarkan tabung yang telah berisi lilin cair dari air mendidih dalam bejana, biarkan lilin mendingin di udara an bacalah suhu lilin setiap setengah menit.

c. Mengamati proses ketidakmurnian zat terhadap titik lebur zat
- masukkan butir-butir es ke dalam gelas, tambahkan air ke dalam gelas sehingga es dan air kira-kira sama banyak
- aduk campuran es dan air, amati apa yang terjadi dan ukur suhunya!
- masukkan sesendok garam dapur ke dalam campuran air dan es itu, amati apa yang terjadi dan aduk hingá merata dan ukur kembali suhunya
- bandingkan suhu nomor 2 dengan nomor 3

2) Penyulingan air ( bisa didemontrasikan )
Alat dan bahan :
Alat penylingan air yang terdiri atas:
- Labu didih
- Kondensator
- Bejana
- Thermometer
- Lampu spirtus
- Kaki tiga dan air tidak murni secukupnya

Urutan kerja :
(1) Pasanglah alat dan bahan seperti gambar !
(2) Iisi labu didih dengan air tidak murni kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus sampai mendidih.
(3) Tampung uap air murni hasil sulingan ke dalam bejana ( gelas )
Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan dari kegiatan di atas.

Kegiatan Akhir/ Penutup
 Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
- Untuk melebur memerlukan kalor, pada saat melebur suhu zaat tetap. Sebaliknya untuk membeku zat melepaskan kalor dan pada saat membeku suhu zat tetap.
- Kalor yang diperlukan untuk meleburkan 1 kg zat padat menjadi 1 kg zat cair pada titik leburnya disebut kalor lebur, Sebaliknya kalor yang dilepaskan pada waktu 1 kg zat cair menjadi 1 kg zat padat pada titik bekunya disebut kalor beku.
- Untuk zat yang sama titik lebur sama dengan titik bekunya, sehingga kalor lebur sama dengan kalor beku.
- Kalor yang diperlukan untuk melebur sebanding dengan massa benda dan besarnya kalor lebur , sehingga dapat ditulis rumus :
Q = m x l
Keterangan :
Q : banyaknya kalor untuk melebur, satuan = joule (J)
m : massa benda, satuan = kg
L : kalor lebur, satuan = J/kg
- Pengaruh tekanan terhadap titik lebur: Titik lebur zat akan turun jika tekanan di atas permukaan zat diperbesar
Contoh: Peristiwa regelasi (regelation), adalah meleburnya balok es yang diberi beban dan membeku kembali sesaat setelah beban dihilangkan
- Pengaruh ketidakmurnian terhadap titik lebur zat. Titik lebur zat akan turun dengan menambah garam pada campuran es dengan air hingga – 20⁰C.
Contoh: Pembuataan es krim, karena penambahan garam es melebur di bawah 0⁰C. Untuk melebur zat memerlukan kalor, kalor diambil dari dalam es itu sendiri karena tidak ada suplai dari luar. Akibatnya suhu es akan turun di bawah 0⁰C meskipun sudah dalam wujud cair, Penyulingan air
- Penyulingan (destilasi) memanfaatkan prinsip penguapan pada titik didihnya. Penyulingan termasuk cara memisahkan campuran melalui titik didihnya. Penyulingan dengan cara seperti dapat digunakan untuk membuat air mawar. Caranya air tidak murni tadi ditambah bunga mawar, maka uap air yang ditampung menjadi air mawar.
Contoh lain penggunaan penguapan adalah cara membuat garam dari air laut. Cara membuat garam dari air laut:
 Air laut dibendung di areal tertentu, kemuadian terkena sinar matahari
 uap air menguap sehingga terjadilah garam yang dikenal dengan garam dapur.
- Azas Black
Apabila dua zat yang berbeda suhunya dicampur, maka kedua zat yang bercampur akan memiliki suhu yang sama. Hal ini disebabkan kalor akan berpindah dari zat yang suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah. Berdasarkan hukum kekekalan energi tidak ada energi yang hilang, sehingga dapat disimpulkan bahwa kalor yang diperlukan sama dengan kalor yang diterima.
Qterima = Qlepas
Azas ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah menghitung suhu
akhir campuran, dan dapat dirumuskan:
Qterima = Qlepas
M x c x (ta – suhu awal zat yang suhunya lebih rendah) = m x c x (suhu awal zat yang suhunya lebih tinggi - ta )
 Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik



F. Penilaian Pertemuan III
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen :
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman konsep berkomunikasi :

No Urut

No Induk

Nama Siswa
Aspek yang dinilai

Jumlah Skor



A
B
C
D
E
F











Keterangan aspek yang dinilai :
A Kemampuan menyampaikan informasi
B Kemampuan memberikan pendapat/ide
C Kemampuan mengajukan pertanyaan
D Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
E Kemampuan menggunakan bahan yang baku
F Kelancaran berbicara
Cara Penilaian (Rubrik)
1 : Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2 : Baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3 : Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat
jelas

b. Pemahaman dan penerapan konsep akademis
(1) Jelaskan bahwa penguapan dapat digunakan untuk memisahkan campuran!
(2) Apa pengaruh ketidakmurnian zat terhadap titik beku suatu zat?
(3) Bagaimana prinsip pembuatan es krim?

c. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja)


No Urut

No
Induk

Nama Siswa
Aspek yang dinilai

Skors Maks



A
B
C
D











Melebur dan membeku :
NO
Penjelasan aspek yang dinilai

A
B
C
D

Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus
Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana
Cara membaca skala thermometer




Kriteria skor (Rubrik) :
3 : Tepat, jika :
a Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat terlihat terampil.
b Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus tepat dengan aturan.
c Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana, hati-hati dan
tidak salah atau tumpah
d Cara membaca skala thermometer, pandangan mata tegak lurus
2 : Kurang Tepat, jika :
a.Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan, kurang mantap (ragu-ragu)
b.Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus, kurang tepat
c.Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana, kurang hati-hati sehingga ada air tumpah
d.Cara membaca skala thermometer, kurang tepat

1: Tidak Tepat, jika :
a.Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan, ada kesalahan
b.Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus, salah
c.Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana, tidak hati-hati sehingga ada air tumpah
d.Cara membaca skala thermometer, salah

Penyulingan:
No
Penjelasan aspek yang dinilai
A
B
C
D
Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih)
Cara membaca skala pada thermometer
Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah

Kriteria skor Rubrik) :
3: Tepat, jika :
a.Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat dan terlihat terampil
(tidak ragu-ragu)
b.Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih), hati-hati tidak tumpah.
c.Cara membaca skala pada thermometer (pandangan tegak lurus ke arah skala thermometer.
d.Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah dengan hati-hati tidak ada yang tumpah.
2 : Kurang Tepat, jika :
a.Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan kurang tepat dan terlihat kurang trampil (ragu-ragu), tetapi benar.
b.Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih), kurang hati-hati tidak tumpah-tumpah.
c.Cara membaca skala pada thermometer (pandangan tegak lurus kea rah skala thermometer tetapi tidak tepat).
d.Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah dengan kurang hati-hati ada yang tumpah.
1 : Tidak Tepat, jika:
a.Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tidak tepat dan terlihat ragu-ragu dan salah.
b.Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih), tidak hati-hati sehingga ada yang tumpah-tumpah.
c.Cara membaca skala pada thermometer (pandangan tidak tegak lurus ke arah skala thermometer sehingga salah).
d.Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah dengan cerobong ada yang tumpah.


Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maksimal



G. Alat dan bahan:
Alat penylingan air yang terdiri atas:
1Labu didih
2Kondensator
3Bejana
4Thermometer
5Lampu spirtus
6Kaki tiga
7Dan air tidak murni secukupnya

H. Sumber Belajar :
Buku IPA, lingkungan sekitar

I. Strategi Pembelajaran
Pertemuan 4 (Reaksi kimia): 2 jp

Pengetahuan Prasyarat: Sifat zat
Tahapan Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan Awal
Motivasi : Tahukah kamu bagaimana cara mempercepat kematangan buah, misalnya buah mangga, buah pisang sehingga selain warnanya menjadi bagus juga cepat matang?

Kegiatan Inti
Peserta didik dibentuk kelompok
- Peserta didik diminta melakukan percobaan tentang “perubahan fisika dan perubahan kimia” serta ” Mengenal ciri-ciri reaksi kimia ”.
- Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan dari kegiatan di atas.
Contoh LK
1) Perubahan fisika dan perubahan kimia
Alat dan bahan : lilin, kawat, lampu spiritus
Langkah kerja :
a. Panaskan kawat dengan lampu spiritus, setelah beberapa saat biarkan kawat menjadi dingin!
b. Amati apa yang terjadi setelah kawat itu dingin kembali? Patahkan lilin menjadi beberapa potong, apakah fisik lilin berubah?
c. Bakarlah kertas, sampai menjadi abu, amati apa yang terjadi! Apakah menghasilkan zat yang baru?
d. Buat kesimpulan dari kegiatan di atas!
Informasi :
Perubahan yang tidak menghasilkan zat baru atau tidak merubah identitas zat disebut perubahan fisika, sedangkan perubahan yang menghasilkan zat yang baru (berbeda) disebut perubahan kimia.

2) Mengenal ciri-ciri reaksi kimia
Alat dan bahan : Pb (NO3), KL, gelas kimia, karbit, air secukupnya, thermometer

Langkah kerja :
a. Reaksi antara Pb (NO3) dengan KL
1.Ambil 20 ml larutan Pb (NO3), masukkan dalam gelas kimia 100 ml
2.Ambil 20 ml larutan Kl , campurkan dengan larutan Pb (NO3) , dalam gelas kimia 100 ml
3.Amati perubahan yang terjadi!
b. Reaksi antara karbit dengan air
1.Ambil 20 ml air , masukkan dalam gelas kimia 100 ml
2.Ukur suhu air tersebut!
3.Ambil cuplikan karbit dan masukkan dalam air yang telah disiapkan
4.Amati perubahan yang terjadi dan ukur suhu air pada saat reaksi berlangsung!
3) Analisa :
a.Reaksi manakah yang menghasilkan endapan?
b.Reaksi manakah yang menghasilkan perubahan warna?
c.Reaksi manakah yang menghasilkan gas?
d.Apakah reaksi antara karbit dan air mengakibatkan perubahan suhu?

Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
1. Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru atau tidak merubah identitas zat.
Contoh:
- Besi dipanaskan sampai memabara, setelah dingin menjadi besi kembali
- Semua perubahan; membeku, mendidih, menguap, sublimasi, mengembun termasuk perubahan fisika.
2. Perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat yang baru (berbeda).
- Contoh:
- Besi berkarat, telor membusuk, rati dibakar, kembang api meledak dst.
3. Ciri-ciri reaksi kimia:
a. menghasilkan endapan
Contoh: Air keruh diberi tawas, akan terjadi pengendapan, sehingga air menjadi jernih.
b. menghasilkan perubahan warna
Contoh: Besi bereaksi dengan udara dan air warnanya berubah menjadi kehitaman.
c. menghasilkan gas
Contoh: Karbit dicampur akan menghasilkan gas, gas ini yang digunakan untuk mempercepat pemasakan buah.
d. mengakibatkan perubahan suhu
Contoh: petasan yang meledak menghasilkan perubahan suhu, ledakan itulah hasil reaksi kimia.
4. Reaksi kimia yang menghasikan energi disebut reaksi eksoterm.
Contoh: semua pembakaran
5. Reaksi kimia yang memerlukan energi disebut reaksi endoterm.
Contoh: fotosintesis
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik

F. Penilaian Pertemuan IV
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen:
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman dan penerapan konsep berkomunikasi:


No
Urut

No Induk

Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor



A
B
C
D
E
F













Keterangan aspek yang dinilai:
.AKemampuan menyampaikan informasi
.BKemampuan memberikan pendapat/ide
.CKemampuan mengajukan pertanyaan
.DKemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
.EKemampuan menggunakan bahan yang baku
.FKelancaran berbicara

Cara Penilaian (Rubrik)
1) Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2) Baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3) Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat jelas

Pemahaman dan penerapan konsep akademis
1. Sebutkan contoh sehari-hari yang termasuk perubahan fisika maupun perubahan kimia!
2. Jelaskan bagaimana cara agar buah cepat matang!

b. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja)

No Urut

No Induk

Nama Siswa
Aspek yang dinilai

Jumlah Skor



A
B














No
Penjelasan aspek yang dnilai
A
B

Cara membakar kawat di atas lampu spiritus
Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL


Kriteria skor (Rubrik):
3 : Tepat, jika:
1 Cara membakar kawat di atas lampu spiritus, benar baik cara memegang maupun cara mematikan dan menyalakan lampu spiritus.
2Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL, terlihat terampil baik ukuran maupun cara mencampurnya.

2 : Kurang Tepat, jika:
1Cara membakar kawat di atas lampu spiritus, benar baik cara memegang maupun cara mematikan sedangkan menyalakan lampu spiritus kurang tepat.
2Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL, terlihat kurang terampil (ragu-ragu) baik ukuran maupun cara mencampurnya.

2 : Tidak Tepat, jika:
1Cara membakar kawat di atas lampu spiritus, benar baik cara memegang maupun cara mematikan sedangkan menyalakan lampu spiritus salah.
2Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL, terlihat tidak trampil (sangat ragu-ragu)
Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maxsimal

G. Alat dan Bahan:
lilin, kawat, lampu spiritus, Pb (NO3) , KL, gelas kimia, karbit, air secukupnya, thermometer

H. Sumber Belajar:
Buku IPA, lingkungan sekitar




Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VIII
Tema : Bahan Kimia dalam Makanan


A.Standar Kompetensi
Materi dan perubahannya (4) : Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan

Makhluk hidup dan proses kehidupan (1) : Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

B. Kompetensi Dasar dan Contoh Indikator
Materi dan perubahannya (4.3):
Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan makanan dan minuman kemasan.
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kima buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan pengembang) yang terdapat dalam bahan makanan kemasan.

Makhluk hidup dan Proses Kehidupan(1.4):
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Mendeskripsikan jenis makanan bagi bayi berdasar kandungan zat yang ada di dalamnya

C.Tujuan :
Setelah melakukan kegiatan belajar-mengajar, peserta didik dapat :
1. Mengidentifikasi bahan kimia alami.
2. mengidentifikasi bahan kimia buatan
3. membedakan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan


D.Pendekatan dan metode pembelajaran
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi

E.Langkah Pembelajaran
Prasyarat pengetahuan: Jenis zat yang dibutuhkan manusia

Tahap Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan Awal
Motivasi : Pernahkan kalian memperhatikan bahan apa saja yang terkandung dalam sebuah kemasan makanan atau minuman?
Kegiatan Inti
Sebelum jam pelajaran/hari sebelumnya peserta didik perkelompok diberi tugas untuk membawa kemasan makanan dan minuman.
Setiap kelompok membawa kemasan kosong yang berbeda-beda.
Kegiatan di kelas :
a. Peserta didik perkelompok mengidentifikasi bahan kimia yang terdapat pada kemasan makanan dan minuman, mencatatnya dan mendiskusikan serta mempresentasikan, sehingga semua peserta didik memiliki data bahan kimia yang terkandung dalam semua kemasan makanan dan minuman.
b. Guru menunjukkan bahan-bahan kimia alami.
Kemudian peserta didik perkelompok mendiskusikan bahan kimia alami yang dapat digunakan pada bahan makanan. Dan menggantikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan
Peserta didik perkelompok mendiskusikan berbagai jenis makanan yang sehat.
Kegiatan Akhir / Penutup
Peserta didik diminta membuat kesimpulan.
Contoh kesimpulan :
I. Bahan kimia alami :
1. Bahan kimia alami yang dibuat sebagai pewarna:
a. Daun suji: warna hijau
b. Kunyit: warna kuning
c. Daun Jati: warna merah kecoklatan
d. Keluak: warna coklat kehitaman
e. Bit: warna merah dll.
2. Bahan kimia alami sebagai pemanis:
a. gula pasir
b. gula jawa, gula aren
c. gula batu
3. Bahan kimia alami sebagai pengawet:
a. gula
b. garam dapur dll
4. Bahan kimia alami sebagai penyedap:
a. kayu manis: biasanya untuk minuman
b. daun panda : membuat aroma dalam makanan kecil dll
II. Bahan kimia buatan dalam kemasan:
5. Bahan kimia kemasan sebagai pewarna:
a. Tartrazine
b. Carmoisine
c. F D & C Yellow no.5
d. F D & C Red no.2
e. F D & C Blue no.1
f. F D & C Green no.2 dll
6. Bahan kimia kemasan sebagai pemanis
a. Aspartam
b. Siklamat
c. Sakarin dll.
7. Bahan kimia kemasan sebagai pengawet
a. Asam benzoat: pengawet minuman sari buah, minuman karbonat, sambal botol dll. Sebagai anti mikroba.
b. Asam cuka 25% : pengawet acar, asinan dll. Menghambat pertumbuhan jamur.
c. Asam sorbat: pengawet minuman sari buah, produk keju dll. Mencegah pertumbuhan jamur.
d. Garam nitrat dan nitrit: pengawet daging.
8. Bahan kimia kemasan sebagai penyedap:
a. monosodium glutamat (MSG)
MSG atau vetsin berasal dari glutamat yang terbuat dari sisa pembuatan gula tebu, jagung, tapioka. Komposisi MSG terdisi dari natrium, glutamat dan air.

F.Penilaian
1.Teknik : Tes kajian
2.Bentuk Instrumen : Soal uraian
3.Instrumen
a.Penilaian pemahaman konsep komunikasi
No
Urut
No
Induk
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Jumlah Skor



A
B
C
D










Keterangan aspek yang dinilai:
A.Kemampuan menyampaikan informasi
B.Kemampuan mengajukan pertanyaan
C.Kemampuan mengajukan argumentasi
D.Kelancaran berbicara

Cara penilaian:
3 : Sangat baik
2 : Baik
1 : Kurang baik
Nilai : Skor yang diperoleh x 100 Range nilai : 80 – 100 = A
Skor maksimal 70 – 85 = B
≤ 69 = C

b. Penilaian pemahaman dan penerapan konsep Skor

1.Bahan pewarna alami apa yang menghasilkan warna …………
a. hijau 1
b. merah kecoklatan 1
c. kuning 1
2.Untuk membuat segelas teh manis, air teh dapat ditambahkan pemanis buatan, yaitu ………… 1
3.Jenis makanan dan minuman apa yang biasa ditambah
a. garam nitrat 1
b. asam benzoat 1
4. Mengapa pemakaian MSG harus dibatasi? 2
5. Bagaimana cara mengawetkan ikan? 2
Total Skor = 10
Nilai : Skor yang diperoleh x 100
10

G.Alat, bahan dan sumber belajar
1. Alat dan bahan:
- Beberapa kemasan kosong makanan dan minuman
- Beberapa bahan kimia alami: kunyit, daun suji, daun pandan dll.
2. Sumber belajar: buku IPA


Mengetahui, Jakarta, ……………………
Kepala SMP……… Guru IPA
Mata Pelajaran : IPA
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VIII
Tema : Rokok dan Kesehatan


A. Standar Komptensi:
Materi dan Perubahannya (4): Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan

Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (1): Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

B. Komptensi Dasar dan Contoh Indikator:
Materi dan Perubahannya (4.5) :
Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika
Menjelaskan dampak negatif rokok bagi kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Menjelaskan cara menghindarkan diri dari rokok

Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (1.5):
Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya

C. Tujuan :
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, peserta didik mampu:
1.Mengidentifikasi kandungan yang berbahaya dalam rokok dan pengaruhnya tehadap kesehatan, ekonomi, dan sosial
2.Mengindarkan diri dari pengaruh rokok
3.Mendeskripsikan penyakit pada sistem pernapasan yang disebabkan olah rokok

D. Pendekatan dan metode pembelajaran :
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi

E. Langkah Pembelajaran :

Pengetahuan Prasyarat : kandungan zat yang terdapat dalam rokok dan zat adiktif lainnya

Tahapan Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan Awal
Mengadakan tanya jawab dengan anak tentang “siapa yang merokok, ciri-ciri fisik perokok, dan pengaruhnya terhadap kesehatan

Kegiatan Inti
Guru memberikan tugas ke peserta didik secara berkolompok untuk mengidentifikasi zat adiktif dalam rokok berdasarkan buku-buku IPA atau sumber lainnya
Peserta didik mendiskusikan cara pencegahan dan akibat penggunaan zat adiktif dan psikotropika
Peserta didik mendiskusikan penyakit pada pernapasan yang disebabkan oleh rokok
Secara bekelompok peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, dan kelompok lain menanggapinya.

Kegiatan Akhir/ Penutup
 Peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusi yang sudah dipresentasikan dan membuat leaflet
Contoh kesimpulan:
- zat adiktif adalah kelompok zat atau obat-obat keras yang mempengaruhi susunan saraf pusat, dan dapat menimbulkan ketergantungan dalam jangka panjang
- contoh zat adiktif adalah rokok, kopi, minuman keras
- rokok mengandung nikotin dalam tembakaunya dan asap hasil pembakaran mengandung gas CO2, CO yang membahayakan kesehatan
- kopi, mengandung kafein yang dapat menimbulkan ketergantungan
- minuman keras adalah semua jenis minuman yang mempunyai kandungan alkohol
- akibat rokok, kopi, dan minuman keras bagi kesehatan diantaranya adalah:
1. asap rokok mengandung zat-zat penyebab kanker
2. rusaknya alveoli dalam paru-paru, karena endapan nikotin yang masuk bersama asap rokok, menyebabkan darah tidak dapat mengikatt oksigen (O2) dengan sempurna
3. bronkitis, merupakan peradangan pada bronkus atau saluran pernapasan yang terinfeksi oleh bakteri. Karena nikotin yang dihasilkan oleh rokok memperlemah syaraf bronkus sehingga mudah terkena infeksi
4. Jantung koroner, disebabkan oleh penimbunan lemak di dalam pembuluh darah. Nikotin mempengaruhi kerja lemak sehingga terjadi penimbunan lemak dalam pembuluh darah, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah
5. imsomnia, atau sulit tidur disebabkan oleh kafein yang berlebihan
6. penyakit kekurangan gizi, disebabkan oleh alkohol karena sifat alkohol yang menghalangi penyerapan zat gizi. Pemakaian alkohol yang berlebihan menyebabkan timbulnya komplikasi pada hati, muntah darah, atau gangguan fungsi hati, koma dan bahkan meninggal dunia secara mendadak.
- Obat-obat psikotropika mempunyai pengaruh pada susunan syaraf pusat
- Ciri-ciri fisik korban ketergantungan zat adiktif dan psikotropika diantaranya adalah sebagai berikut:
Jenis zat akdiktif dan obat psikotropika dan ciri-ciri korban

Opioda
 Sembelit
 Mengurangi nafsu makan


Ganja
 Menurunkan kekebalan tubuh
 Mengganggu keterampilan berbicara, membaca, dan berhitung
 Keracunan pada janin
 Menimbulkan bronkitis

Kokain
 Menimbulkan gangguan pada jantung

Amfetamin
 Menimbulkan gangguan pada jantung


F. Penilaian Pertemuan I .
1 Teknik : Tugas
2. Bentuk Instrumen : Hasil diskusi
3. Soal/Instrumen :
a. Materi presentasi
leaflet pangaruh zat adiktfif dan obat psikotropika bagi kesehatan

G. Sumber belajar: buku IPA

0 komentar:

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*